Pulau Janda Terbuang
"Mak, Munah nggak mau ke pulau itu. Munah nggak mau. Kok Mak dan Bapak tega sih buang Munah." Ucap Munah sambil tersedu.
Walaupun ia seorang wanita tangguh, akan tetapi saat mendengar akan di buang ke pulau terpencil, ia juga sangat sedih. Apalagi jika harus berpisah dengan kedua orang tua yang selama ini sangat ia sayangi.
" Munah, dengarkan Mak. Semua itu sudah menjadi peraturan di desa ini. Kita tidak bisa menolak permintaan mereka nak."
"Tapi Mak, Munah bahkan masih pera-wan. Munah Bahkan tidak tahu siapa dan seperti apa rupa suami Munah yang kata nya anak kota itu. Tolong lah Mak! Tolong selamat kan Munah."
"Nyawa Mak dan Bapak taruhan nya nak, jika kau tidak ingin pergi ke pulau itu. Apa kau mau? Belum lagi ada adik mu yang sakit-sakitan itu."
"Tidak. Munah sayang Mak dan Bapak. Baiklah, Munah akan pergi ke sana. Maafkan nasib dan takdir buruk Munah ya Mak. Doakan Munah panjang umur."
Mereka pun berpelukan sambil berurai air mata. Besok pagi, di saat matahari terbit, Munah harus sudah pergi dari desa itu.
Sebuah perahu kecil, yang menjadi sarana transportasi Munah di lautan, telah siap untuk membawa Munah menuju Pulau seberang. Beberapa perlengkapan maupun peralatan telah di siapkan di dalam nya.
Munah memakai kain sarung cantik dan kebaya berwarna senada. Tidak lupa selendang yang sama. Cantik rupa nya. Sintal tubuh nya. Ia berkulit putih walaupun mereka tinggal di dekat laut.
Banyak yang bilang, jika Munah bukan lah anak juragan Ikan. Ia ditemukan nyangkut di salah satu jaring saat juragan menjala ikan dulu.
Setelah Munah datang ke kehidupan nya, Baru lah ia bisa sukses seperti sekarang ini. Mereka juga sangat menyayangi Munah yang begitu baik dan rajin.
"Apa kau sudah siap Janda?"
Munah masih termenung. Bagaimana mungkin ia bisa hidup saat tidak ada orang tua di samping nya.
"Mengapa harus di buang ke pulau? Apa seorang janda tidak bisa tinggal di sini dan membaur?" Tanya Munah dengan mata kosong menatap hamparan laut yang akan menjadi teman nya nanti.
"Sudah, jangan banyak tanya. Janda itu dari dulu adalah suatu kesialan bagi warga di sini. Maka dari itu, setiap kali ada Janda, maka harus di buang ke pulau. Masih mending sih. Dari pada kalian kami bu-nuh."
"Menjadi Janda bukan lah keinginan kami."
"Sudah, Diamlah kau munah! Cepat naik!" Ucap Pria yang memimpin upacara adat.
Munah pun masuk ke dalam perahu sendirian. Belum pergi saja ia sudah gemetaran. Ia bahkan tidak tahu sejauh apa jarak menuju Pulau terbuang itu.
Gigi nya bergemeletuk karena menahan dingin nya cuaca di pagi hari. Suara burung-burung yang ada di sekitar pantai menambah horor nya suasana di pagi itu.
Para Tetua melakukan upacara adat untuk melepas kesialan dari desa mereka. Apalagi Munah, si-al nya memang keterlaluan dan yang paling berat. Ia bahkan belum bermalam pengantin.
"Ini nama suami mu. Sesampainya kau di sana, berdoalah untuk suami mu setiap hari, agar kesialan mu dijauhkan." Ucap Tetua adat sambil menyerahkan nisan yang bertuliskan nama suami nya Munah.
"Joko bin Jaka"
Begitulah nama yang tertulis di batu nisan milik suami nya Munah yang sampai saat ini tidak pernah ia lihat wujud nya.
Saat pernikahan itu terjadi, Munah tidak di izinkan melihat calon suami nya. Begitu lah peraturan yang harus di taati di desa yang aneh itu.
Perahu mulai berjalan di atas bening nya hamparan laut. Saat Munah sudah jauh dari tepian, ia pun berdiri.
"Woy Joko! Ku-rang a-jaaaaaar kau! Laki-laki bia-dab! Gara-gara kau aku di buang. Awas saja kalau aku ketemu kau di alam lain, akan ku ce-kik kau hingga ma-ti untuk kesekian kali nya." Ucap Munah sambil berteriak-teriak.
Suara nya menggema ke segala arah. Ia berteriak sambil sesekali menyeka air mata yang dari tadi terus menerus menetes.
Para tetua dan warga yang lain begitu terkejut dengan reaksi Munah. Baru kali ini ada Janda yang seberani Munah. Menghina suami yang telah tiada.
Biasa nya para Janda akan mendekap batu nisan milik suami mereka dan meratapi kepergian suami nya untuk selama nya.
"Sungguh anak mu akan di timpa ke sialan. Baru kali ini kami melihat ada Janda yang berani seperti itu. Entah apa yang akan terjadi pada pulau itu nanti nya." Ucap salah satu tetua yang ada di desa itu.
"Maafkan anak saya Munah. Dia masih sangat muda. Dia juga selalu di manja selama ini." Ucap Ibu nya Munah.
Kedua orang tua Munah hanya menangis. Mereka tidak berdaya dan juga tidak menyalahkan Munah. Harus nya dari dulu saja mereka mengembalikan Munah ke orang tua nya.
Tapi sekarang, semua sudah terlambat dan sudah terjadi. Mereka pun tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi mereka adalah orang terpandang di desa. Jadi, mereka tidak bisa macam-macam dengan adat istiadat yang sudah lama berjalan di desa itu.
Desa tanpa Janda. Begitu lah nama Desa itu. Desa itu masi berdiri hingga saat ini karena menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan leluhur mereka.
Janda adalah suatu kesia-lan. Mereka harus membuang si-al jika ingin Desa mereka bersih dan makmur. Apalagi bagi Juragan seperti orang tua nya Munah. Mereka adalah orang terpandang dan harus menjadi contoh.
Adapun setiap anak gadis yang sudah waktu nya menikah, akan di carikan jodoh oleh orang tua mereka. Ataupun akan ada keluarga dari pihak laki-laki yang akan datang meminang.
Semua kehidupan diatur oleh adat yang ada di sana. Mereka tidak boleh membantah, karena akan terkena kutukan.
Pernah ada wanita yang telah dilamar, kemudian ka-win lari bersama pacar nya, tidak lama kemudian mereka meninggal dengan cara yang tidak wajar. Dan hal itu, terjadi bukan sekali dua kali.
Sudah banyak kejadian yang menimpa pasangan-pasangan yang suka berpacaran. Desa itu pun melarang keras muda mudi saling berdekatan dan berpacaran.
Jika ketahuan, mereka akan di kenakan sangsi. Jika keluarga nya kaya, maka harus menyerahkan semua kekayaan nya pada Tetua adat dan bersiap untuk di eksekusi jika menolak.
Begitu lah konsekuensi bagi warga yang tidak mematuhi peraturan yang ada di sana. Ingin pergi dari desa itu itu pun mustahil. Harus ada izin dan ridha dari tertua adat agar mereka tidak tersesat di kota yang gemerlap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
IndraAsya
👣👣👣
2024-11-07
0
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Mampir
2024-08-11
0
Ririn Santi
aturan gak boleh pacaran sih setuju bgt, tp membuang para janda itu gak manusiawi lah, udah jatuh tertimpa tangga pula. belum lg gimana nasib anak anak dr janda tsb , siapa yg mengurus dan berasa sudah yatim dipaksa piatu pula
2024-08-01
1