NovelToon NovelToon
Berkorban Demi Cinta

Berkorban Demi Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Romansa
Popularitas:24.2k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Morgan Zavierson, dipenjara demi kekasih tercintanya, Kelly Thompson. Akibat kesalahpahaman membuat Morgan membenci sang gadis tersebut.

Apa sebabnya Kelly yang dikenal gadis polos dan ceria, dianggap mengkhianati Morgan? sehingga pada akhirnya Morgan memilih menikahi Zoanna, yang adalah sekretarisnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ciuman Morgan dan Juny

"Markus, kamu tidak memahamiku. Sejak awal aku sudah memilih. Pilihanku tidak akan berubah sampai kapan pun!" jawab Morgan dengan tegas, sorot matanya menunjukkan keteguhan hati.

"Aku tidak tahu siapa pilihanmu. Asalkan jangan karena merasa bersalah sehingga kamu memaksakan diri untuk membuat keputusan," kata Markus, mencoba menyelami perasaan Morgan, namun ia tetap tidak bisa memahami sepenuhnya.

***

Di dapur, Kelly berusaha fokus pada tugasnya. Ia menyediakan bahan sesuai perintah dari atasannya yang sedang mengawasinya dengan tajam. James Horiz, pemilik restoran, juga berperan sebagai koki utama. Ia memperhatikan setiap gerakan Kelly dengan cermat.Keterampilan Kelly menarik perhatian James. Cara kerjanya yang rapi dan cepat seakan menunjukkan bahwa ia telah memiliki keahlian yang mumpuni.

"Di mana kamu belajar dulu?" tanya James, memecah kesunyian dapur yang hanya diisi oleh suara peralatan masak.

"Saya hanya belajar sendiri, Tuan. Lama-lama saya jadi bisa," jawab Kelly sambil tetap fokus pada tugasnya, tangannya bergerak cekatan.

"Apakah kamu memiliki hobi di dapur?" tanya James, lebih penasaran.

"Iya, saya sering buat untuk diri sendiri dan berlatih agar tangan saya tidak kaku," jawab Kelly sambil mengaduk bahan masakan dengan teliti. Selain menyediakan bahan masakan, ia juga membersihkan kepiting dengan hati-hati, memotong, dan menyiapkan bumbunya dengan presisi.

James terus mengawasinya, kagum dengan bakat alami Kelly. "Gadis ini memiliki bakat luar biasa, layak untuk menjadi tangan kananku. Mungkin saja aku akan membawanya ke Korea," pikir James dalam hati, menimbang kemungkinan tersebut dengan serius.

"Setelah ini selesai, aku ingin memintamu membuat menu Korea!" perintah James, suaranya tegas namun penuh harapan.

"Baiklah, Tuan," jawab Kelly dengan semangat, matanya bersinar penuh antusiasme. Tantangan baru selalu membuatnya bersemangat, dan kali ini ia bertekad untuk menunjukkan kemampuannya yang sesungguhnya.

Malam itu, Kelly melangkah di pinggir jalan dengan wajah lesu. Hari kerja yang panjang di dapur tak seberapa dibandingkan dengan beban pikirannya mengenai hubungannya yang tak pasti dengan Morgan. Setiap langkahnya seakan diiringi oleh pertanyaan-pertanyaan yang terus mengusik hatinya.

"Memikirkan hubungan ini lebih melelahkan daripada seharian berdiri di dapur. Satu tahun... Kelly, kamu harus menunggu satu tahun untuk memastikan pilihannya. Apakah aku harus menunggu sesuatu yang tidak pasti," batin Kelly, rasa gelisah menghantui setiap detiknya.

Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti di samping Kelly. Ia menoleh dan melihat Morgan menurunkan jendela mobilnya."Kelly, masuklah, kita akan pergi makan!" ajak Morgan, suaranya terdengar riang.

"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Kelly dengan nada terkejut.

"Aku pulang lebih awal dan ingin menjemputmu untuk makan bersama," jawab Morgan dengan senyum yang menawan.

Kelly ragu sejenak, namun akhirnya ia membuka pintu mobil dan masuk. Mereka menuju sebuah restoran mewah, tempat yang biasa dikunjungi Morgan.

Sesampainya di sana, seorang pelayan dengan sigap menyajikan steak ayam, makanan kesukaan Kelly.

Morgan menatap Kelly dengan perhatian, "Bagaimana dengan tidurmu semalam? Apakah cukup tidur?" tanyanya, mencoba memecah kebisuan di antara mereka.

"Iya, aku tidur dengan baik. Aku sengaja ingin fokus bekerja agar lelah dan bisa cepat tidur. Jadi tidak perlu minum obat lagi," jawab Kelly, suaranya berusaha terdengar tenang meski hatinya masih bergejolak.

"Bagaimana dengan hari pertamamu?" tanya Morgan, memecah keheningan sambil memandang Kelly dengan penuh perhatian.

"Aku diberi tugas menyediakan bahan makanan, dan aku berhasil melakukannya. Bosku juga baik dan mengajariku dengan sabar. Aku rasa aku sangat suka pekerjaan ini," jawab Kelly, wajahnya sedikit cerah ketika berbicara tentang pekerjaannya.

"Baguslah kalau begitu. Aku berharap kamu bahagia bekerja di sana. Kalau merasa lelah, jangan dipaksakan!" jawab Morgan dengan nada penuh perhatian.

"Kelly, aku akan berangkat minggu depan setelah semua pekerjaanku selesai di sini. Robby akan tinggal. Kalau kamu butuh sesuatu bisa hubungi dia!"

"Tidak perlu, aku bisa jaga diriku sendiri," jawab Kelly dengan cuek. Ia tidak ingin bertanya lebih banyak, menyimpan perasaannya sendiri.

"Apakah kamu ingin sesuatu? Aku bisa mengirimnya untukmu!" Morgan mencoba menawarkan bantuan lagi.

"Aku tidak butuh apa-apa!" jawab Kelly sambil memotong steaknya, berusaha mengalihkan perhatian pada makanan di depannya.

Tidak lama kemudian, handphone Morgan berbunyi. Ia melirik layar dan melihat nama Juny tertera di sana."Hallo!" sahut Morgan, menjawab panggilan tersebut.

"Morgan, mobilku rusak, jalan di sini sangat sepi. Apakah kamu bisa menjemputku?" tanya Juny di seberang sana, suaranya terdengar cemas.

"Baiklah, tunggu sebentar!" jawab Morgan yang kemudian memutuskan panggilan. Ia langsung menghubungi asistennya, Robby.

"Hallo, Tuan," sahut Robby dengan cepat.

"Robby, sebentar lagi aku akan mengirim lokasi Juny. Mobilnya mengalami kerusakan. Kamu pergi jemput dia!" perintah Morgan dengan tegas sebelum memutuskan panggilan.

Kelly menyaksikan semua itu dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia senang Morgan begitu perhatian terhadapnya, tetapi di sisi lain, ia tidak bisa menghilangkan perasaan cemburu yang tiba-tiba muncul. Ia menyadari betapa rumitnya perasaan yang harus ia hadapi.

Morgan menatap Kelly dengan penasaran, merasa ada sesuatu yang berubah dalam sikap gadis yang dia pacari. Kelly kini menjadi lebih diam dan tidak bertanya apapun, seolah menyimpan banyak hal dalam pikirannya.

"Kenapa kamu tidak bertanya siapa yang menghubungiku?" tanya Morgan, mencoba memecah keheningan.

"Itu adalah bisnismu, tidak baik aku ikut campur! Kalau kamu sibuk, kamu bisa pergi dulu," jawab Kelly dengan santai sambil menyantap makanannya, tidak ingin menunjukkan perasaannya yang sebenarnya.

Morgan mengerutkan kening, merasa ada jarak yang semakin lebar di antara mereka. "Kenapa setelah pulang ke rumahnya, dia menjadi lebih diam dan tanpa topik apapun," batin Morgan, mencoba mencari jawaban di balik sikap Kelly yang berubah.

Setelah beberapa saat berpikir, Morgan mencoba pendekatan lain. "Bagaimana kalau aku mencarikan supir untukmu, agar kamu bisa lebih berleluasa pulang pergi. Lagi pula menggunakan supir pribadi lebih aman daripada bus," ujarnya dengan nada perhatian.

Kelly menatap Morgan sejenak sebelum menjawab, "Tenang saja! Selama ini aku selalu menggunakan bus, dan tidak ada masalah. Aku hanya seorang pekerja bagian dapur. Kalau menggunakan supir pribadi terlalu menarik perhatian. Nyatanya, orang miskin sepertiku memiliki supir pribadi akan menjadi bahan topik rekan kerjaku," jawab Kelly dengan tegas, suaranya mencerminkan keteguhan hati.

Morgan merasa frustasi, tidak mengerti mengapa Kelly selalu menolak bantuannya. "Kelly, kenapa kamu selalu menolak bantuanku? Aku hanya ingin yang terbaik untukmu," tanya Morgan, suaranya sedikit memohon.

Kelly meletakkan garpunya, menatap Morgan dengan mata yang penuh ketegasan. "Kalau memang ingin yang terbaik untukku, maka biarkan aku yang tentukan hidupku. Jangan memberi bantuan apapun. Aku tidak ingin bergantung padamu. Aku ingin hidup mandiri dan menghadapi semua rintangan dengan caraku sendiri," jawab Kelly, setiap kata yang diucapkannya menggambarkan keinginan kuat untuk mandiri.

Morgan terdiam sejenak, merasakan betapa pentingnya hal ini bagi Kelly. Ia menghela napas panjang, mencoba memahami sudut pandang Kelly. "Aku mengerti, Kelly. Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja. Tapi aku akan menghormati keinginanmu," jawab Morgan akhirnya, meski hatinya masih dipenuhi kekhawatiran.

Dua hari kemudian, Morgan dan Juny mengadakan konferensi pers besar-besaran. Mereka berdiri di depan para media, menandatangani kontrak kerja sama yang telah mereka pertimbangkan dengan matang. Sorotan kamera dan kilatan lampu terus mengarah pada mereka, menangkap setiap momen penting.

Berita tersebut dengan cepat menyebar luas, hingga sampai ke telinga Kelly yang sedang istirahat makan siang di kantin restoran. Ia melihat di layar televisi berita yang menampilkan Morgan bersalaman dengan Juny. Senyum mereka yang penuh profesionalitas seakan menguatkan ikatan kerja sama mereka.

"Mereka sangat serasi," komentar salah satu rekan kerja Kelly yang duduk di sebelahnya.

"Morgan Zavierson adalah pengusaha sukses. Kalau saja dia bersama wanita itu, bukankah sangat cocok?" sahut yang lainnya, suaranya terdengar kagum.

"Iya, mereka berasal dari keluarga kalangan atas, sama-sama pebisnis," tambah yang lain lagi, membenarkan.

"Tidak ada yang tahu siapa pacar Morgan Zavierson sebelumnya. Atau dia memang belum memilikinya," sambung seorang rekan kerja sambil mengunyah makanannya.

Gosip bertebaran di antara rekan kerja Kelly yang duduk sambil makan siang, masing-masing memberikan pendapat dan spekulasi mereka sendiri. Kelly hanya diam, berusaha fokus pada makanannya meski hatinya terasa berat. Ia mendengarkan semua komentar tanpa bisa menghindarinya. Setiap kata seakan menambah beban di hatinya, membuatnya semakin tertekan.

Sambil memotong makanannya, pikirannya melayang ke arah Morgan. Ia tahu betapa pentingnya kerja sama tersebut bagi karir Morgan, tetapi ia tidak bisa menghilangkan rasa cemburu dan kekhawatiran yang perlahan merayapi hatinya. Kelly mencoba menenangkan dirinya, meyakinkan bahwa semua ini hanyalah bagian dari pekerjaan Morgan, namun bayang-bayang keraguan terus menghantui.

Di malam itu, Morgan dan Juny merayakan kesuksesan kerja sama mereka dalam sebuah acara yang dihadiri oleh seluruh karyawan perusahaan. Para pemegang saham juga ikut hadir, memberikan suasana yang meriah dan penuh kebahagiaan.

Morgan tampak menikmati malam itu, menghabiskan banyak wine dengan senyum terlukis di wajahnya.

"Kamu minum begitu banyak, apakah tidak takut akan mabuk?" tanya Juny, suaranya penuh kekhawatiran.

"Aku tidak akan mabuk. Lagi pula, ada Robby yang menemaniku," jawabnya dengan percaya diri.

Acara berlangsung selama empat jam lamanya, diwarnai dengan tawa dan percakapan hangat. Namun, Morgan mulai merasa sedikit pusing setelah beberapa saat. Ia memutuskan untuk menuju ke ruangan lain untuk istirahat sejenak. Duduk di sofa yang empuk, Morgan memijit dahinya yang berdenyut.

Tak lama kemudian, Juny melangkah masuk ke dalam ruangan dan menghampirinya. Wajahnya memancarkan keprihatinan."Kamu pasti sudah mabuk, kan? Sudah ku katakan jangan banyak minum," ujar Juny, duduk di samping Morgan dengan nada lembut.

Morgan tersenyum tipis, matanya masih tertutup. "Mungkin faktor usia. Dulu walau menghabiskan beberapa botol juga tidak masalah," jawabnya.

Juny menatap wajah Morgan yang tampan, menyadari bahwa tidak ada perubahan sedikitpun di wajah pria itu sejak pertama kali mereka bertemu. Juny mendekatkan dirinya dan tersenyum lembut. "Siapa yang memilikimu, dia pasti sangat beruntung," ucapnya dengan suara pelan.

Morgan membuka matanya dan menatap Juny. "Salah! Aku yang beruntung karena memiliki dia yang begitu mencintaiku," jawab Morgan, menyandarkan diri lebih nyaman di sofa. Namun, rasa pusing semakin membuat penglihatannya buram.

Juny menatap Morgan dengan intens. "Di sini hanya ada aku dan kamu. Tatap mataku, Morgan!" ujarnya, sambil menyentuh wajah Morgan dengan lembut.

Morgan menatap mata Juny selama beberapa menit, kemudian ia pun tersenyum, "Aku mencintaimu," ucap Morgan dengan suara serak, senyum mengembang di bibirnya sebelum akhirnya ia mencium bibir Juny sambil memeluknya erat.

Juny mencium Morgan dengan penuh nafsu, dan memeluknya dengan erat. Ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk memiliki pria itu.

1
FITRI LUTHFIA RACHMI
Makanya kamu, markus. jadi orang jangan buat morgan lebih dari keganasan morgan. bisa saja punyamu yang akan di gigit hewan peliharaan morgan. lanjut lagi donk hari ini, soalnya semakin bagus saja alur ceritanya.
Citra Merdeka
ya ampun si jaqob kok lemah banget sih 😂
Lasman Silalahi
lanjut
yuning
mau tau kalau Morgan cemburu 😁
Kinara Widya
🤣🤣🤣🤣Kelly kenapa JD suka gigit2 sih....Morgan cemburu pd Markus...panasin terus Markus...biar Morgan kepanasan...🤣🤣🤣🤣🤣
Linda W
Luar biasa
Lasman Silalahi
lanjut
FITRI LUTHFIA RACHMI
wah cari masalah aja si markus itu. bikin morgan naik darah aja. lanjut lagi donk, ceritanya. makin bagus. aq tunggu kelanjutannya hari ini. klo perlu segera. jangan lama2.
yuning
Markus cari mati 🤣🤣🤣
Citra Merdeka
markuuussssss..... 😁
Kartika Lina
jelaslah kelly berubah setelah sekian banyaknya penderitaan dan kekecewaan yg kelly alami
Kartika Lina
kenapa harus disembunyikan morgan?? apa kau masih menyimpan rasa untuk juny? poor kelly ☹️
Kartika Lina
nyesek bacanya 😭😭😭😭
Kartika Lina
gimana mau ngadu, kamu sendiri aja ga mau ngomong sama kelly, morgan 😡
FITRI LUTHFIA RACHMI
wah gawat morgan bakalan keluar taringnya, nich jika kelly di sakiti sama orang lain. lanjut lagi donk. bikin penasaran saja kelanjutannya seperti apa pastinya akan lebih seru dg kekonyolan kelly.
Kartika Lina
berasa di posisi kelly baca part ini,, rasanya nyuuutttt,, sakitttt 😭😭😭😭
yuning
makin suka sama Kelly yang bar bar
Lasman Silalahi
lanjut
Kinara Widya
siap2d lempar ke hutan lagi ke habitatnya s babi hutan....🤣🤣🤣
.
Citra Merdeka
mantap Kelly... bar2 dan gak kenal takut walau tidak pandai bela diri 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!