BURUK RUPA JADI RATU TUAN KEJAM

"Dua ratus juta" terdengar suara pria dari pojok paling belakang.

Semua pengunjung berbalik.

"Wow fantastik, seorang perempuan yang wajahnya ditutupi dengan topeng bisa memiliki harga setinggi langit. Bukankah itu sama halnya dengan membeli kucing dalam karung?

"Mungkin dia sudah mabuk. Mana mungkin orang yang sehat pikirannya menawar harga setinggi itu. Kalau beli perkilonya bisa dapat satu ruangan ini."

"Apa masih ada penawaran lebih tinggi? kami beri waktu lima menit untuk berpikir."

Suasana dalam ruangan yang tadinya riuh kini sepi mencekam.

Hanya sesekali terdengar bisikan kecil diantara mereka.

"Kami coba sekali lagi sebelum acara ini kami tutup. Dua ratus satu kali, dua ratus dua kali, dua ratus tiga kali. Tok.....tok...tok... Pemenang kali ini jatuh pada tuan yang duduk di sana. Silahkan di jemput pilihannya."

"Bawa dia ke hotel." Perintah pria itu pada ajudannya lalu keluar.

Semua mata menatap kepergiannya. Ada yang mengenalnya samar-samar banyak juga yang tak mengenal sama sekali.

"Seperti aku mengenal pria itu, tapi siapa?

"Kalau dilihat dari penampilan dan dia memiliki seorang ajudan pasti dia bukan orang biasa."

"Betul sekali, dia bukan dari kota ini, dia pasti milyader dari kota lain. Andai dia berasal dari sini pasti salah satu dari kita mengenalnya, toh rata-rata orang yang hadiri disini orang-orang kelas atas."

Setelah menyelesaikan semua persyaratan, Medi mendekat kearah Kania.

"Ayo ikut Aku."

"Kemana?

"Nanti juga kamu tahu?

Tanpa banyak bertanya Kania mengangguk, ini adalah konsekuensi yang harus dia terima demi menyelamatkan nyawa ibunya.

Mobil meninggalkan kasino menuju hotel dimana Abraham sudah menunggu.

Dalam hati Kania antara takut, panik dan merasa berdosa bercampur jadi satu.

Demi mendapatkan uang untuk pengobatan ibunya dia rela melepaskan kesuciannya pada orang yang tak di kenal.

Dalam perjalanan tiba-tiba handphone Kania berdering.

Sebuah nomor tidak di kenal memanggil.

"Hello ini dengan siapa?

"Kami dari pihak panitia, Kami sudah mentransfer hasil kerja anda dengan potongan 20% sesuai kesepakatan."

"Terima kasih."

"Baik kalau begitu, selamat malam."

Mobil terus melaju hingga mereka tiba juga di depan sebuah hotel berbintang.

"Silahkan." Medi membuka pintu buat Kania.

"Terima kasih." Kania keluar dari dalam mobil .

"Mari ikut Aku."

Keduanya melangkah memasuki hotel dan langsung menuju ke pintu life.

Life membawa mereka kelantai atas dimana Abraham sudah menunggu.

"Silahkan masuk." Medi membuka daun pintu setelah sebelumnya mengetuk sebanyak dua kali.

Kamar luas dengan pemandangan menyeramkan, samar-samar dengan aroma parfum yang menyengat hidung.

"Keluarlah, dan tinggalkan dia disini." terdengar suara seorang pria di tengah gelapnya ruangan.

"Baik tuan."

Medi memutar badan lalu keluar dan tidak lupa menutup pintu.

Ketakutan semakin menjadi dalam hati Kania. Berduaan dengan pria asing dalam satu kamar yang gelap.

Abraham berdiri lalu menyalakan lambu, kedua mata Kania melotot ketika melihat siapa pria itu.

"Aku mau pulang." Kania berbalik, belum juga melangkah terdengar kembali suara Abraham.

"Silahkan, tapi kamu harus mengganti uangku dua kali lipat."

"Dua kali lipat?

"Aku tidak biasa mengulang ucapanku. Tinggal atau terima konsekuensi."

"Kenapa kamu selalu menggangguku. Tidakkah kamu puas menyiksaku dan membuat ibuku sekarat di rumah sakit."

"Aku tidak akan puas sebelum balas dendam adikku terbalaskan."

"Terus apa maumu?

"Cepat layani aku, dasar perempuan malam."

Abraham menarik kasar baju Kania hingga gadis itu terhempas diatas pembaringan.

"Tolong jangan lakukan ini padaku. Kamu sudah banyak menyakitiku, apa itu belum cukup?

Air mata Kania menetes, Abraham sama sekali tidak peduli dengan itu. Semakin Kania menangis dia semakin beringas.

Di robeknya gaun Kania hingga hanya menyisakan pakaian dalamnya saja.

Tatapan Abraham liar, inci demi inci tubuh Kania tidak lepas dari tatapannya.

Tangis Kania semakin menjadi, air mata membasahi sprei dengan kedua tangan menutupi bagian tertentu dari tubuhnya.

"Malam ini aku akan membuatmu menderita hingga kamu tidak akan pernah lupa kejadian ini."

Satu-persatu Abraham melepaskan pakaiannya hingga tidak tersisa sehelai benang pun.

Tubuhnya yang kekar di tumbuhi bulu-bulu halus membuat Kania semakin ketakutan.

Abraham merangkak naik diatas pembaringan dan melepas paksa kain yang masih menutup tubuh Kania.

"Tolong jangan lakukan ini padaku."

Kania meronta hingga membuat Abraham geram.

"Diam, dasar perempuan penghibur."

Plak......

Satu tamparan keras mengenai pipi kiri Kania hingga membuat gadis itu diam.

Pasrah atau Abraham semakin melakukan kekerasan padanya.

Melihat Kania sudah tidak lagi melakukan perlawanan, Abraham mulai merambat sedikit demi sedikit.

Tidak se inci pun dari tubuh perempuan itu lepas darinya.

Beberapa tanda merah sengaja Abraham buat agar Kania mengenangnya.

Kania memejamkan mata, air matanya menetes bak anak sungai mengalir tanpa henti.

Hingga terdengar jeritan histeris dari Kania. Kedua tangan mungilnya mencengkram erat sprei saat ada hentakan keras dari Abraham.

Abraham tersenyum, dia benar-benar puas melihat Kania tersiksa.

Dendam Aldo dalam surat itu akhirnya terbayarkan juga malam ini.

Rintihan dan jeritan Kania sama sekali tidak membuat Abraham iba pada perempuan itu.

Abraham malah semakin beringas dan tidak memberi ampun.

Tubuh Kania terkulai lemah dan sudah tak sadarkan diri bersama dengan munculnya mentari pagi di ufuk timur.

Barulah setelah itu Abraham menghentikan penyiksaannya.

Pria itu turun dari atas pembaringan, tersenyum puas melihat kondisi Kania yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi lalu masuk kedalam kamar mandi.

Di biarkan tubuh Kania begitu saja diatas pembaringan tanpa sehelai benang.

"Aldo, dendammu pada perempuan itu sudah terbalaskan. Dia tidak akan pernah melupakan kejadian malam ini. Dia akan trauma sepanjang hidupnya, depresi dan mengakhiri hidupnya seperti yang kamu lakukan, jadi aku tidak harus mengotori tanganku untuk mengirimnya ke neraka."

Tidak lama kemudian Abraham keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk sebatas pinggang.

Dia tidak lagi menemukan kania diatas tempat tidur. Hanya sprei yang acak-acakan dan juga bekas noda darah melekat pada kain itu.

"Kemana perempuan itu? Apa dia sudah pergi? Apa dia hanya pura-pura pingsan untuk mengelabuhi ku?

Pertanyaan demi pertanyaan muncul di begitu saja dalam pikiran Abraham.

"Aku sudah tidak peduli dimana pun dia sekarang. Yang penting aku sudah menghancurkan masa depannya dan membalaskan dendam adikku."

Sementara itu, Kania yang baru saja meninggalkan kamar berjalan sempoyongan, seluruh persendiannya terasa sakit masuk dalam life.

Gaunnya yang sobek di tutup dengan tangannya.

Pintu life kembali terbuka, di depan pintu berdiri beberapa orang yang menatapnya penuh rasa jijik.

Kania menerobos orang-orang itu dan berlari keluar hotel.

Dengan mengendarai sebuah taxi, Kania kembali ke rumah.

Di sepanjang perjalanan Kania hanya menangis menatap keluar jendela.

Sementara pak supir turut iba melihat kondisi kania. Dia sering sekali mengantar penumpang seperti Kania.

Bukanya mendapat kenikmatan duniawi dari pelanggan, mereka malah mendapat penyiksaan yang tidak manusiawi.

👉JANGAN LUPA UNTUK TERUS MEMBERI DUKUNGANNYA DENGAN CARA LIKE, KOMEN DAN VOTE AGAR PENULIS SEMAKIN BERSEMANGAT. TERIMA KASIH.