NovelToon NovelToon
Maaf Yang Terlambat

Maaf Yang Terlambat

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Anak Kembar / Masalah Pertumbuhan / Keluarga / Persahabatan / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rianti Marena

Konon tak ada ibu yang tega 'membuang' anaknya. Tapi untuk wanita seperti Ida, itu sah-sah saja.
Lalu tidak ada yang salah dengan jadi anak adopsi. Hanya, menjadi salah bagi orang tua angkat ketika menyembunyikan kenyataan itu. Masalah merumit ketika anak yang diadopsi tahu rahasia adopsinya dan sulit memaafkan ibu yang telah membuang dan menolaknya. Ketika maaf adalah sesuatu yang hilang dan terlambat didapatkan, yang tersisa hanyalah penyesalan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rianti Marena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengalah

Ayu berjalan mondar-mandir di hadapan suaminya. Sementara itu Gunung mencoba untuk meredakan kegelisahannya dengan duduk tenang. Baru beberapa menit berselang sejak keduanya kembali menginjakkan kaki di rumah, suasana yang tadinya menyenangkan berubah suram. Cenderung menegangkan malah.

"Ini semua gara-gara Ida!" Ayu mulai berbicara, menyuarakan kekesalannya. "Sudah hilang akal sehatnya. Dasar perempuan stress!" Ayu mengumpat.

Telepon dari Ida lewat ponsel Gunung pukul sembilan malam menjadi awal mula perubahan suasana hati pasangan suami istri yang baru pulang dari kegiatan. Rekreasi bersama para anggota Komunitas Pedagang Batik DIY yang dilangsungkan selama dua hari satu malam cukup menguras energi keduanya.

Baik Ayu maupun Gunung tidak habis pikir, Ida akan kembali menghubungi mereka setelah teleponnya yang sebelum ini tak begitu digubris. Telepon Ida tadi isinya adalah permintaan Ida untuk bertemu. Permintaan yang cenderung memaksa. Reaksi pertama Gunung dan Ayu adalah menolak permintaan Ida. Namun, pertanyaan demi pertanyaan Ida mulai mengusik.

Hingga akhirnya Ida melunak, beralasan ia ingin pamit dan tidak akan menginjakkan kaki lagi di Yogyakarta. Untuk itulah Ida ingin bertatap muka dan berbicara langsung dengan Gunung dan Ayu. Setidaknya begitulah kata-kata Ida.

"Nggak salah ini, Pak? Ida mengajak kita bertemu hanya karena ingin pamit? Mencurigakan. Sulit dipercaya, Pak! Ingat, 'kan, mulut Ida seperti apa?"

Gunung berdiam sejenak sebelum menanggapi omelan istrinya. Ia pun mampu menangkap arah pemikiran pasangan hidupnya itu. Berurusan dengan Ida bukanlah hal yang mudah dan menyenangkan. Entah apa yang ada dalam pikiran istri adik iparnya itu sehingga dapat punya keinginan bertemu.

"Bu, menurut Ibu apakah kita punya alasan untuk mengabaikan Ida? Apakah dengan menolak dan menghindari Ida kita jadi bisa hidup tenang?" tanya Gunung berhati-hati.

Ayu menoleh ke arah suaminya. Tatapannya sedikit kesal. "Yo tapi kita jadi bisa menghindar dari masalah baru, Pak. Ida itu identik dengan masalah. Belum lagi kalau dia tanya-tanya soal anaknya."

"Bu, wajar kalau Ida bertanya soal anaknya. Dia toh ibunya. Ibu kandungnya. Maka kalaupun Ida tanya, ya tinggal dijawab saja," ujar Gunung, menjawab berdasarkan logika paling sederhana.

"Pak, Ibu ini sudah hafal. Karakteristik Ida itu seperti apa kalau diladeni. Anak yang dia serahkan sudah menjadi anak kita, Pak. Lantas apa Bapak mau kalau anak yang kita sayangi direbut paksa oleh Ida?" Ayu berbicara dengan nada berapi-api.

Ahh, bicara tentang Ida memang tidak pernah mudah dan menyenangkan, Gunung membatin. "Justru itu, Bu. Barangkali dengan bertemu Ida, menjelaskannya secara langsung, akan membuat Ida mengerti. Bapak pikir tidak ada ruginya menemui Ida. Sekalian, kita bisa tahu apa maunya."

"Tapi, Pak.... "

"Bu, kita ini lebih dewasa," potong Gunung. "Kita perlihatkan bahwa kita dengan tegas melindungi anak-anak kita. Termasuk anak yang dulu diserahkan Ida karena ia melepas tanggung jawab sebagai orang tua. Buat Ida paham, kalau dia ingin bertindak macam-macam sampai menyakiti anak-anak kita, maka kita tidak akan tinggal diam."

...*...

Lagu pop yang penyanyinya sedang naik daun diperdengarkan lewat pengeras suara. Para pengunjung larut dalam suasana. Beberapa diantaranya bercengkerama satu dengan yang lain sambil menikmati makanan dan minuman yang mereka pesan.

Dari area parkir tampak Suryani berjalan mendampingi Ayu meninggalkan mobil. Keduanya terus berjalan memasuki kawasan kuliner Food Court di tengah taman terbuka. Beberapa anak kecil berlarian. Sebagian bermain ayunan dan jungkat-jungkit di area bermain anak.

Hari ini langit cerah. Bunga-bunga sepatu merah mekar sempurna, menambah indah suasana. Namun wajah Ayu tidak menunjukkan rona yang sama. Dalam hatinya Suryani bertanya-tanya, ada apa?

Suryani sebenarnya merasa agak bingung ketika majikan perempuannya meminta dia menemani bertemu seseorang. Ini kali pertama Suryani didaulat begini. Aksi menemani Bu Ayu jadi terasa aneh dan penuh tanya.

"Bu, nggak salah, nih, kita kok malah jajan di sini? Katanya janjian mau ketemu orang. Kenapa malah ke tempat begini?" tanya Suryani memberanikan diri.

"Ya memang janjiannya di sini, Budhe," jawab sang majikan. "Pokoknya, nanti Budhe Sur nggak boleh he-boh. Janji, lho!"

"Memangnya kenapa, to, Bu? Emang saya biasanya heboh?" tanya Suryani dengan nada bercanda.

"Iya. Makanya, sekarang Budhe harus janji, nanti begitu lihat orangnya, dan selama kami bicara nanti, Budhe nggak boleh heboh," kata Ayu.

"Ah, Ibu, tuh. Sudah tahu saya senengnya heboh sendiri, kenapa Ibu ngajak saya, nggak ngajak Bapak atau yang lainnya?"

"Karena yang bisa saya ajak ya cuma Budhe. Bapak ada tamu penting."

Suryani manggut-manggut. "Yo ngajak anak-anak, salah satu?"

"Nggak mungkin saya mengajak salah satu dari anak-anak, wong yang mau dibicarakan terkait sama anak-anak dan rahasia, kok," jawab Ayu dengan nada meninggi.

"Ooowalah. Yo, maap. Lha memangnya Ibu janjian sama siapa, to?"

Ayu menghela napas panjang. Lalu Ayu memberi jawaban. "Sama istri Yunus, kalau Budhe masih ingat."

Suryani terperanjat tanpa mampu menahan keterkejutannya. "Haah? Istri Mas Yunus? M-m-maksud Ibu, m-mbak Ida?"

...*...

1
Sabina Pristisari
yang bikin penasaran datang juga....
Rianti Marena: ya ampun.. makasih lo, udah ngikutin..
total 1 replies
Sabina Pristisari
Bagus... dibalik dinamika cerita yang alurnya maju mundur, kita juga bisa belajar nilai moral dari cerita nya.
Sabina Pristisari: sama-sama... terus menulis cerita yang dapat menjadi tuntunan tidak hanya hiburan ya kak...
Rianti Marena: makasih yaa..
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!