NovelToon NovelToon
Kubalas Kesombongan Keluarga Suamiku

Kubalas Kesombongan Keluarga Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / nikahmuda / Balas Dendam / Berbaikan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami
Popularitas:30.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ika Dw

"Kau hanyalah sampah yang dipungut dan dijadikan ratu oleh putraku. Bagiku sampah tetaplah sampah! Sampai dunia kiamat pun, aku tidak akan pernah merestui hubungan kalian!"

Cacian begitu menyakitkan telah dilontarkan oleh wanita tua, membuat gadis muda yang bernama Diana Prameswari hanya bisa menangis merutuki nasibnya yang begitu buruk.

Semenjak masih bayi dia sudah terpisah dari orang tua kandungnya, dia ditemukan di semak-semak dan dipungut oleh seorang wanita tua yang tidak memiliki keturunan.

Bertemu dengan seorang pria tampan yang begitu terobsesi oleh kecantikannya dan mengajaknya untuk membina rumah tangga, membuatnya bahagia. Diana berpikir keluarga dari suaminya akan merestui hubungannya, tapi sebaliknya, keluarga suaminya sangat membencinya karena ia hanyalah wanita miskin yang tidak memiliki apa-apa.

Mampukah Diana bertahan hidup bersama keluarga suaminya yang tidak pernah menghargainya?

Penderitaan seperti apa yang dirasakan Diana ketika tinggal bersama mertuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30. Jangan Pernah Ada Rahasia

Indira meraih punggung Diva dan menangis. Hatinya begitu tersayat sakit, tak sanggup mendengar celotehan Diva, jika dia bukanlah anaknya yang sudah lama hilang.

Dia begitu yakin kalau Diva adalah anak perempuannya yang delapan belas tahun lalu diculik dan dibuang oleh wanita jahat yang ingin menghancurkan rumah tangganya.

"Tidak nak, jangan katakan seperti itu, Mama sangat yakin kalau kamu adalah anaknya Mama. Papa kamu sudah banyak cerita sama Mama saat menemukanmu di dalam jurang. Papa kamu juga yakin kalau kamu ini adalah Diva kami, jadi kamu nggak usah ragu kalau kamu ini bukanlah putri kami. Kalau kamu memang masih juga tidak percaya, kita bisa melakukan tes DNA untuk membuktikan kebenarannya. Walaupun buktinya kamu bukan putri kami, Mama akan tetap menjadi Mamamu dan kita akan tetap bersama seperti ini."

Indira menggenggam tangan Diva yang nampak begitu dingin.

Sekarang dia tahu apa alasan Diva mengurung diri di dalam kamarnya, dan ternyata Diva diam-diam meragukan dirinya sebagai anak dari dokter Yuda.

Indira bersedia untuk melakukan tes DNA kalau Diva masih juga meragukan identitasnya.

"Terima kasih banyak ya Ma. Aku menemukan orang tua yang begitu baik. Mama begitu perhatian sama aku. Aku hanya takut sudah menyakiti hati Mama karena  sudah membohongi Mama seperti ini."

Diva berucap syukur atas apa yang didapatkannya saat ini. Mendapatkan orang tua yang begitu menyayanginya dan mempedulikannya apapun yang diinginkannya terpenuhi tanpa harus meminta.

Karena kebaikan dokter Yuda dan keluarganya, dia sampai ketakutan karena tidak bisa berbalas budi pada mereka.

Diva berharap agar segera mengingat kembali ingatannya yang hilang, dengan begitu ia akan tahu siapa ia yang sebenarnya.

"Buat apa kamu berterima kasih pada  kami, Diva. Ini sudah menjadi tanggung jawab kami sebagai orang tuamu. Kami ingin memberikan yang terbaik buat kamu. Mama memang tidak pernah tahu masa lalumu, tapi Mama bisa menerimanya, Mama  sangat yakin kamu adalah anak yang baik."

Sudah terasa lega setelah menyatakan semua kemelut di dada yang membuatnya gelisah.

Kini ia bisa tenang dan tidak perlu khawatir dengan hujatan orang yang mengatainya sangat buruk.

Walaupun tidak tahu secara pasti, tapi ia yakin keluarga barunya akan memberikan pembelaan jika ia dalam masalah.

"Sekarang cerita sama Mama, apa yang sudah membuatmu sedih dan mengurung diri di dalam kamar seperti ini? Kamu jauhin Mama, kamu jauhin Papa, apa kami punya salah sama kamu sehingga kamu begitu marah sama kamu?"

Belum begitu puas sebelum Diva menjelaskan dari mulutnya sendiri. Ia tidak akan pernah bisa tenang sebelum semuanya terungkap.

Diva ragu-ragu untuk menjelaskannya, ia hanya takut dianggap sudah mengadu domba antara orang tua dan tetangga kompleks yang rese.

"Diva, kenapa kamu diam, ayo bicara! Mama nggak suka kamu memendam masalahmu sendirian. Apa gunanya kami sebagai orang tuamu kalau kamu nggak mau terbuka sama kami. Nggak usah takut, bicaralah!"

Mendapati anaknya yang diam, semakin gemas saja Indira yang sudah tidak sabaran ingin mendengarkan pengakuan Diva.

Dengan helaan napas berat, Diva akhirnya memutuskan untuk memberikan penjelasan pada Indira agar Indira tidak lagi curiga dan penasaran padanya.

"Sebenarnya aku kesel aja sama warga kompleks di sini Ma. Mereka mengatakan Aku begitu buruk."

Bola mata Indira terbelalak lebar. Dugaannya benar, Diva dihujat buruk saat keluar rumah.

Indira sudah memberikan nasehat agar tidak keluar, tapi Diva yang bandel tetep keukeh merengek meminta izin buat keluar.

Sekarang dia baru tahu bagaimana kehidupan di luar, tidak semua orang bisa menyukainya, apalagi orang itu masih terasa asing karena belum pernah mengenalinya.

"Benarkan apa yang Mama katakan kemarin? Jangan coba-coba buat keluar rumah sendirian tanpa pengawasan Mama ataupun keluarga kita yang lain, karena kehidupan di luar itu sangatlah keras, tapi kamu tetap ngeyel dan memaksa  untuk keluar. Sekarang apa yang kamu dapatkan? Cacian dari warga kompleks? Memangnya mereka mengataimu apa?" tanya Indira.

Indira ikut geram dengan sikap tetangganya yang sudah usil ikut campur urusan orang lain.

Hampir delapan belas tahun lamanya, ia tidak pernah berbaur dengan tetangga sekitar.

Indira bahkan baru saja mulai kembali bersosialisasi dengan rekan-rekan suaminya di rumah sakit dan juga keluarga dekatnya. Untuk berbaur dengan warga kompleks, memang sengaja ia hindari karena tidak ingin membuat sakit hati dirinya sendiri.

"Ada beberapa ibu-ibu yang tengah mengataiku sebagai istri simpanan Papa. Mereka benar-benar sudah gila Ma, katanya aku memanfaatkan keadaan di saat Mama sedang sakit. Padahal aku tidak pernah memanfaatkan keadaan Mama. Aku juga tidak pernah tahu rencana Papa membawaku kemari. Saat aku tidak bisa mengenali diriku sendiri langsung memberiku nama Diva dan mengajakku pulang ke sini, kan beliau juga mengatakan kalau aku ini anaknya yang hilang beberapa tahun yang lalu. Walaupun aku masih ragu, Aku hanya bisa mematuhinya, Ma."

Diva berterus terang menceritakan kepada Indira mengenai rasa sakit yang ditorehkan oleh warga sekitar kompleksnya.

Tak peduli seperti apa tanggapan Indira, yang paling penting ia sudah berusaha untuk jujur.

"Kurang ajar sekali mereka. Mulut mereka itu rupanya nggak pernah makan bangku sekolah, makanya kalau ngomong suka ngejeplak. Kenapa kamu diam saja nggak bilang Mama dari kemarin kalau kamu dihujat begitu sama warga di sini Diva, harusnya kamu cerita sama Mama, jangan diam saja. Orang seperti itu harus dikasih pelajaran, kalau didiemin bakalan ngelunjak, mereka pikir kamu nggak berani sama mereka."

Indira geram, ia tidak terima anak perempuannya direndahkan oleh orang lain.

Walaupun ia tidak tahu permasalahan yang terjadi pada Diva dengan tetangganya, tapi ia tetap tidak membenarkannya.

"Sekarang ayo kita keluar, kita temui orang yang sudah membuatmu sedih. Kamu tunjukkan saja yang mana orang yang sudah menghujatmu, biar Mama yang akan hadapi."

Indira beranjak dari tempat duduknya, ia sudah tak sabar ingin segera menemui orang orang rese pembuat ulah di lingkungannya.

Saat hendak melangkahkan kakinya keluar kamar, Diva langsung mencegahnya. Ia tak ingin masalahnya berkepanjangan.

"Mama, jangan Ma, jangan temui mereka. Aku nggak mau Mama bermasalah dengan mereka. Lagian masalahnya udah kelar kemarin. Dokter Alka kemarin sudah  membelaku."

Indira mengerutkan keningnya dengan tatapan mata begitu dalam saat dokter Alka disebut sebagai penyelamat oleh Diva.

Bagaimana dokter Alka mengetahui Diva tengah bermasalah dengan tetangganya, sedangkan ia sebagai orang tuanya tidak mengetahuinya sama sekali.

"Apa Diva? Dokter Alka sudah membelamu? Kok dia tau kamu sedang bermasalah dengan warga sini? Memangnya dia lagi bersamamu?"

"Diva menggeleng lemah. "Tidak Ma, dia lagi joging dan tak sengaja melihatku dihujat ibu-ibu di depan sana. Aku sendiri juga nggak tau kenapa dokter Alka juga ada di situ," jawab Diva.

Indira merasa lega setelah mendengar penjelasan Diva yang sudah dibela oleh dokter Alka.

Lagi-lagi dokter Alka selalu ada buat membela Diva, ia sangat berharap mereka berdua saling membuka hati, dan sadar kalau diantaranya memang ada kecocokan.

"Diva, dokter Alka begitu baik padamu, tidakkah kamu berkeinginan untuk membuka hatimu?"

1
Ipoen She Mandja
lanjut lagi donggg
Sumar Sutinah
hadeh alka suami macam apa istri g d belikan hp dn g d kasih nafkah uang katanya orang kaya apa d rmh g ada cctpnya
Ma Em
Diana atau Diva mungkin itu orangtua kandungnya semoga kamu cepat kembali pulih ingatanmu kalau benar dr Yuda orang tuamu cepat balas Malena dan Karin agar dia merasakan sakit seperti yg kamu rasakan.
Ma Em
Luar biasa
Ma Em
Semoga saja Diana selamat dari kekejaman mertua dan Karin dan segera ditemukan oleh orang tua kandungnya untuk balas dendam pada kedua orang biadab yg tdk punya hati
Ika Dw
Halo semuanya 🤗, ini novel ke 3 ku, siap ramaikan 👍😁, jangan lupa like komen ya? Buat penyemangat author 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!