Kubalas Kesombongan Keluarga Suamiku
"Saya terima nikah dan kawinnya Diana Prameswari binti Bapak Fuad dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar Rp2.250.000,- dibayar tunai!"
Suara terdengar cukup lantang di ruangan kecil mengumandangkan ijab kabul yang dilakukan oleh pemuda yang bernama Alka Wardhana.
Gadis desa yang berhasil membuat seorang dokter muda Alka Wardhana tergila gila oleh kecantikannya, kini telah resmi dipersunting sebagai pasangan hidupnya.
Diana Prameswari, yang akrab disapa Diana itu sangat bahagia mendapatkan pasangan yang baik dan tentu sangat mencintainya. Tak membutuhkan waktu lama mereka menjalin hubungan, akhirnya Alka mengajaknya menikah, walaupun di saat pernikahannya tak seorangpun dari keluarganya ada yang hadir mengiringi kebahagiaan mereka.
"Bagaimana para saksi?"
Seorang penghulu yang tengah menikahkan mereka menatap di sekelilingnya yang ada beberapa orang tetangga dan kerabat dekat Diana yang tengah menyaksikan pernikahan mereka.
Orang tua Diana memang tidak banyak mengundang tetangga, bahkan tak semua kerabat dekatnya diundang. Pernikahan Diana memang terbilang cukup sederhana, sangat jauh dari kata mewah.
"Sah."
Semua orang yang ada di ruangan kecil itu berseru mengesahkan pernikahan mereka.
Diana adalah sosok wanita yang periang dan penyayang, dia suka membantu siapapun yang membutuhkannya.
"Alhamdulillah, akhirnya kita sah menjadi pasangan suami istri sayang. Sekarang aku lega, karena kamu sudah sepenuhnya menjadi milikku. Setelah ini, kamu dan aku tidak akan pernah terpisah oleh jarak. Aku akan membawamu untuk hidup bersamaku."
Diana mengulas senyum bahagia. Walaupun ada rasa sedih karena setelah ini akan berpisah dari orang tua yang sudah berjasa membesarkannya.
Walaupun bukan orang tua kandungnya sendiri, Diana sangat menyayangi mereka, karena mereka yang sudah berjuang untuk memberikan kehidupan untuknya
Sampai saat ini Diana belum pernah bertemu dengan orang tua kandungnya sendiri, entah gimana keberadaan orang tuanya saat ini, ia juga tidak tahu kenapa dirinya dibuang, apa orang tuanya memang sengaja membuangnya, atau ada hal lain yang membuatnya ditinggalkan di semak-semak.
"Terimakasih banyak mas, aku nggak nyangka kamu beneran nikahi aku. Ini bagaikan mimpi, mas Alka adalah dokter ternama, sedangkan aku hanyalah gadis desa yang miskin, tidak memiliki apa-apa. Apakah orang tua mas Alka bisa menerimaku dengan baik?"
Walaupun dalam hatinya masih ragu akan diterima baik oleh keluarga Alka, tapi ia buang jauh-jauh pikiran negatifnya, dan berharap keluarga Alka bisa menerimanya.
Tangan kekar pemuda itu terulur mendongakkan dagu wanita yang sudah sah menjadi pasangannya.
Alka tau Diana tidak nyaman jika tinggal bersamanya di kota, mengingat saat ini tak satupun keluarganya ada yang datang memberinya restu, tapi ia janji akan membuat keluarganya mau menerima Diana dengan baik sebagai menantunya.
"Sayang, kamu jangan selalu merendahkan diri, di dunia ini kita sama, kaya ataupun miskin tidak ada bedanya, tetap sama di mata Tuhan. Mulai sekarang kita akan sama-sama menjalani mahligai rumah tangga. Kamu jangan sedih, aku yakin kalau keluargaku akan menerimamu dengan baik. Mungkin mereka sekarang lagi sibuk dan nggak bisa datang ke sini, ya perlu dimaklumi, jarak rumah mas sama rumah kamu di sini juga nggak dekat, butuh waktu tiga sampai empat jam perjalanan untuk sampai sini."
Walaupun Alka sendiri sangat yakin orang tuanya sengaja tidak mau datang di acara pernikahannya, tapi ia tidak mau mengumbar keburukan keluarganya di depan orang banyak, termasuk di depan keluarga istrinya.
Sejahat-jahatnya orang tua, tentu saja sangat tidak pantas jika ia harus mengumbar aib orang tuanya sendiri, dan ia harus tetap menghormatinya jika tidak ingin citranya tersebar buruk di kalangan masyarakat.
"Iya, bisa jadi keluarga kamu lagi sibuk, kan mereka kebanyakan dari kalangan pebisnis, tentunya akan banyak halangan untuk bisa datang memberikan restu pada kita. Nggak apa-apa kok, kalaupun mereka nggak datang, aku bisa memakluminya, tapi yang membuatku sedih, aku akan meninggalkan Ayah sama ibu. Rasanya berat sekali meninggalkan mereka"
Diana menoleh ke arah orang tua angkatnya yang tengah mengobrol dengan saudara-saudaranya.
Ada rasa sesak di hatinya dan tak sanggup untuk meninggalkan mereka yang sudah tua.
Selama ini mereka sudah banyak berjuang untuknya, bahkan orang tuanya sendiri tidak pernah sekalipun terlihat tengah mencarinya.
"Selama ini merekalah yang sudah berjuang membesarkanku, menyekolahkanku, dan sekarang aku harus meninggalkan mereka demi ikut suamiku. Apakah aku ini terlalu egois?"
Untuk menelan salvianya saja sangatlah berat. Entah ia bisa tenang atau tidak saat berjauhan dengan kedua orang tuanya.
Statusnya kini sudah menjadi istri orang, tentunya harus mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh suaminya.
"Kamu nggak usah sedih meninggalkan mereka di sini. Mereka tidak sendirian kok, masih banyak saudara yang lain juga tinggal di sini. Nanti kalau aku ada waktu senggang, aku akan mengantarmu datang ke sini."
Alka memberikan nasehat pada istrinya agar tidak terlalu terbawa oleh suasana yang membuatnya semakin sedih.
Ia bahkan berjanji akan selalu ada untuk menjadi pelindungnya hingga membuatnya nyaman tanpa gangguan dari siapapun.
"Kamu serius akan mengantarku ke sini bertemu dengan ibu dan Ayah?"
"Iya, tentu saja. Aku akan mengantarmu ke sini bertemu dengan keluargamu."
Seutas senyuman manis terbit hingga nampak terlihat lesung pipinya.
Diana akhirnya bernafas lega saat suaminya memberikan penjelasan jika dia akan menemaninya untuk bertemu dengan orang tua angkatnya.
"Terimakasih banyak mas Alka, kamu baik banget, sudah perhatikan sama aku."
Setelah selesai acara ijab Kabul, tinggallah Diana, Alka dan kedua orang tuanya saja. Saudara dan tetangga juga sudah kembali ke rumahnya masing-masing.
Kedua paruh baya itu mewanti-wanti agar Alka menjaga Diana dengan baik dan tidak menyia-nyiakannya.
Sebenarnya mereka tidak ikhlas melepaskan Diana untuk ikut suaminya ke kota, tapi mereka juga tidak punya hak lagi untuk menahan Diana agar tidak ikut bersama dengan suaminya.
"Nak Alka, Bapak minta, tolong jaga Diana dengan baik, jangan pernah menyia-nyiakannya. Dia putri kami satu-satunya. Diana anak yang baik, dia pasti akan nurut sama kamu."
Alka mengangguk menyanggupi syarat yang diajukan oleh mertuanya.
Baginya tidak terlalu sulit untuk membuat Diana bahagia dan nyaman bersamanya. Dia memiliki apa yang tidak dimiliki oleh Diana, Diana pasti senang diperistri olehnya.
"Bapak tenang saja, saya janji akan menjaga Diana dengan baik, saya akan memuliakannya Pak. Percayalah sama saya, saya bukan orang yang suka mengobral janji, saya akan buktikan pada Bapak dan ibu, kalau saya bisa menjadi suami yang baik buat anak kalian."
Kedua paruh baya itu hanya bisa pasrah dan berharap Alka menepati janjinya, akan menjaga Diana dengan baik.
Tutur kata Alka juga membuat mereka yakin, walaupun agak berat hati, mereka pun lega melepaskan Diana pada orang yang tepat.
"Anakku Diana, pakailah kalung ini."
Sang ibu memberikan sebuah kalung dengan liontin bulan bintang dengan bertuliskan huruf D, ditengah-tengah lingkaran bulan bintang.
Kalung itu ditemukan melekat di leher Diana sewaktu ia menemukannya.
Selama ini ia memang tidak pernah memberikan kalung itu pada Diana, tapi ia pikir, Diana harus memakainya di saat ia menikah.
"Kalung? Ini kalau siapa Bu?"
Diana mengerutkan keningnya dengan menerima kalung itu.
Ia pikir ibunya sengaja membelikannya sebagai hadiah pernikahannya.
"Ibu mendapati kalung itu melekat di leher kamu sewaktu ibu menemukanmu. Kalung ini bukan emas, tapi ibu yakin, kalung ini akan bermanfaat buat kamu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments