Dikhianati oleh adiknya, dibuang oleh suaminya, kehilangan anak dalam kandungannya, hidup Huang Miaoling tidak bisa lebih buruk daripada sekarang. Ketika dia berusaha menyelamatkan suami yang sangat dia cintai, yang dia dapatkan adalah dua bilah pedang yang menembus tubuhnya tanpa belas kasihan.
"Di kehidupan berikutnya, aku, Huang Miaoling, akan membalas semuanya!"
Sebuah sumpah yang terucap karena hati yang tak rela. Tidak ada yang menyangka kalau sumpah itu akan membawanya ke sepuluh tahun sebelumnya. Sepuluh tahun sebelum semua mimpi buruk itu terjadi.
"Dengan kesempatan ini, aku akan membalas semua orang yang telah menindasku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LuciferAter, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Umpan
Setelah musik berhenti dan semua orang membuka mata, mereka menyadari kalau mata mereka berkaca-kaca. Nyanyian Huang Miaoling dan Wang Junsi terdengar begitu menyayat hati. Setiap kalimat membuat para tamu membayangkan dengan jelas diri mereka berada pada posisi seseorang yang merindukan kekasih yang pada akhirnya meninggalkan mereka.
Kepahitan semacam itu … lebih buruk dibandingkan tersayat oleh pedang.
Musik yang berhenti membuat ruangan itu diselimuti keheningan. Kasim Gao, tangan kanan sang Kaisar di istana, memanggil-manggil pria agung itu, “Yang Mulia, Yang Mulia!”
Setelah panggilan kedua yang cukup keras, Kaisar membuka matanya dengan kaget. “A—ah, ya! Pertunjukan yang bagus, luar biasa!” puji Kaisar sembari bertepuk tangan. Reaksi Kaisar menyadarkan semua orang yang juga langsung bertepuk tangan.
Semua mata tertuju kepada Huang Miaoling dan Wang Junsi. Sekilas, di benak mereka, kedua orang itu adalah pasangan yang sangat cocok. Ketika sadar bahwa Miaoling dijodohkan dengan Pangeran Mahkota, mereka menghela napas, menyayangkan kenyataan itu.
Di saat ini, keempat orang yang baru saja menyelesaikan pertunjukan itu membungkuk di hadapan Kaisar dan Permaisuri. Kemudian, mereka memberikan hormat mereka kepada Huang Qinghao.
Wang Junsi adalah orang pertama yang membuka mulutnya, “Jenderal, maaf kalau pertunjukan kami kurang memuaskan. Alih-alih menunjukkan penghormatan, kami sebaliknya menyanyikan kesedihan.”
Qinghao tertawa. “Yang Mulia, ucapanmu salah.” Jenderal itu tersenyum. “Perang tidak selalu berakhir dengan kehormatan dan perayaan. Ada saatnya di mana kita harus merasakan kesedihan agar kita mengerti perasaan mereka yang kehilangan sanak saudara mereka di medan perang. Pertunjukan kalian … sungguh memuaskan,” ujarnya sembari memberikan tatapan puas kepada Miaoling, tidak menyangka anaknya itu berkembang pesat selama sepuluh bulan ini.
Ketika merasa kalau istrinya sungguh diam, Kaisar menoleh dan mendapati Permaisuri Mingmei sedang menyeka air matanya yang berusaha kabur. Melihat hal ini, Kaisar kaget. ‘Jarang sekali Mingmei menunjukkan emosi seperti ini.’ Kaisar tertawa keras. “Ucapan Jenderal Huang tidak salah! Pertunjukan ini adalah pertunjukan yang luar biasa. Nona Huang—!” Kemudian, Kaisar menyadari sesuatu. “Maksudku, Nona Pertama Huang, puisi dan nyanyianmu sungguh menakjubkan. Benar-benar orang berbakat.”
Mendengar ucapan Kaisar membuat semua orang mengangguk. Siapa yang bilang Nona Pertama keluarga Huang hanya tahu bermain pedang? Tidak hanya dia ahli memainkan Erhu, dia juga bisa bernyanyi dan piawai menyairkan puisi. Gadis itu … gadis itu adalah seseorang yang penuh dengan talenta!
Pujian demi pujian yang diterima Miaoling membuat Huang Wushuang mengepalkan tangannya. Karena semua orang begitu terisap nyanyian puisi Miaoling, tidak ada yang memperhatikan tariannya. ‘Kurang ajar!’ teriak Wushuang dalam hati selagi mencengkeram pinggir roknya.
Di sisi lain, Wang Zhengyi bahkan tidak menyadari kalau melodi serulingnya dituntun mengikuti alunan Erhu milik Miaoling. Tarian Wushuang yang sangat dia nantikan bahkan tidak sempat dia lihat karena dia terbawa emosi musik yang bermain.
“Pangeran Keempat,” panggil Kaisar.
“Ya, Ayahanda,” balas Junsi.
“Aku tidak pernah tahu kalau kau mahir memainkan sitar. Kalau ada kesempatan, bermainlah untukku.”
Kaisar berpikir kalau sudah lama sejak dia memberikan perhatian kepada Wang Junsi. Melihat kalau anaknya memiliki keahlian selain menggoda wanita membuat Kaisar sedikit senang.
Ucapan Kaisar membuat Junsi terbengong sesaat. Ketika dia sadar, Junsi segera berlutut. “Tentunya, Ayahanda.”
***
Setelah semua orang selesai memberikan pertunjukan, langit sudah menjadi sangat gelap. Canda tawa pun sudah mulai mereda menunjukkan kalau sebagian besar orang mulai kelelahan. Permaisuri dan Kaisar akhirnya memutuskan untuk mengakhiri perjamuan, para tamu pun satu per satu meninggalkan istana.
Di saat Miaoling menginjak tangga pertama menuju kereta kudanya, seseorang memanggil dirinya. “Nona Pertama Huang!”
Langkah Miaoling pun berhenti dan dia menoleh ke arah sosok yang berjalan cepat menghampiri keretanya. Gadis itu kemudian menapakkan kakinya ke tanah lagi. “Pangeran Keempat,” sapanya.
Wushuang yang berada di dalam kereta segera mengintip keluar dari celah kecil di tirai jendela. Melihat Wang Junsi menghampiri Miaoling membuatnya menggertakkan gigi. Bahkan Pangeran Mahkota tidak mengantarkannya pulang, kenapa Pangeran Keempat malah mengantarkan Miaoling? Tidak adil!
Wang Junsi mengeluarkan sebuah tusuk konde dari lengan bajunya dan mengulurkannya kepada Miaoling. Miaoling menatap konde yang diulurkan kepadanya untuk beberapa saat sebelum berkata, “Apa … ini?”
Pertanyaan Miaoling membuat Junsi mengerutkan dahinya. “Tidak ada masalah dengan matamu, bukan? Jelas-jelas ini adalah sebuah tusuk konde,” jawabnya.
Pelipis Miaoling berkedut, Miaoling tahu kalau Junsi tahu dengan jelas maksud pertanyaan Miaoling. Akan tetapi, karena terdengar ambigu, Junsi mengambil kesempatan itu untuk mengejeknya. “Maksudku, untuk apa kau memberikanku tusuk konde ini, Pangeran? Aku tidak merasa aku telah melakukan sesuatu yang membuatku layak menerima hadiah ini.”
Alis Junsi bermain, berpura-pura baru mengerti maksud pertanyaan Miaoling. “Ah … begitu maksudmu,” ucapnya. “Anggap ini tanda terima kasih karena telah menunjukkan keahlianmu yang luar biasa itu.”
Jawaban Junsi membuat Miaoling bertanya-tanya dalam hati. Haruskah dia menerima konde itu atau tidak? Kalau dia menolak, itu sama saja dengan bersikap tidak sopan kepada Pangeran Keempat. Akan tetapi, kalau dia menerima, Miaoling bersikap tidak sopan kepada Pangeran Mahkota yang berstatus sebagai calon suaminya sekarang. ‘Astaga, kenapa mereka selalu mempersulit hidupku?’ gerutunya dalam hati.
Melihat kerutan di dahi Miaoling mendalam, Junsi mengerti apa yang ada di pikiran gadis itu. “Nona Pertama Huang, kau tidak perlu khawatir. Ini hanyalah sebuah tanda pertemanan dan bukan hal lain. Selain itu, aku memberikannya di depan orang banyak dan bukan ketika kita hanya berdua. Pelayan dan prajurit di sekitar bisa menjadi saksi kalau ini hanya hadiah biasa.”
Pandangan Miaoling segera menyapu sekeliling dan menyadari kalau ucapan Pangeran Keempat ada benarnya. Akan tetapi, rumor tetap akan terbentuk dari hal ini. Di masa depan, kejadian kecil ini bisa menjadi malapetaka. Tidak salah kalau Miaoling berhati-hati, bukan?
Miaoling segera berlutut dan mengangkat tangannya untuk menerima konde tersebut, seperti seseorang yang menerima sebuah penghargaan. “Huang Miaoling berterima kasih atas penghargaan yang diberikan oleh Pangeran Keempat.”
Melihat Miaoling berlutut di depannya membuat Junsi terbelalak. Dia segera menyentuh pundak Miaoling. Akan tetapi, gadis itu tidak bergeming. Pria itu akhirnya menghela napas dan meletakkan tusuk konde itu di tangan Miaoling. “Kau adalah wanita yang cerdas,” bisik Junsi dengan suara yang hanya bisa didengar Miaoling.
Setelah menerima hadiah tersebut, Miaoling berdiri. “Pangeran Keempat berlebihan.”
“Pergilah. Malam sudah larut.”
Miaoling memberi hormat terakhirnya dan naik ke dalam kereta. Gadis itu melirik Wushuang sesaat, wajah adiknya itu dihiasi senyuman tipis. Miaoling ingin tertawa, tapi dia menahannya. Setelah itu, Miaoling mengetuk kereta. “Berangkat.”
Sebelum kereta mulai bergerak, Miaoling membuka tirai dan menganggukkan kepalanya kepada Wang Junsi yang masih berdiri mengantarkan kepergiannya. “Kita masih akan berjumpa lagi,” Wang Junsi berkata tanpa suara.
Walaupun dia tidak bisa mendengar ucapan Wang Junsi, Miaoling bisa membaca gerakan bibir pangeran itu dengan jelas. Miaoling menutup tirainya dan menghela napas dalam hati. ‘Semoga saja tidak. Kejadian hari ini terlalu melelahkan.’
Setelah beberapa saat, Huang Wushuang mengangkat suaranya, “Kakak, aku tidak pernah tahu kalau kau bisa memainkan Erhu.” Sebuah senyuman menghiasi wajahnya yang cantik itu. Akan tetapi, pancaran matanya seakan menuduh, ‘Kenapa kau menyembunyikan hal ini? Apa tujuanmu?’
“Sekarang, kau tahu,” jawab Miaoling singkat dengan sebuah senyuman tipis.
Wushuang menggertakkan gigi di balik senyumannya. ‘Jalang ini.’ Kemudian, Wushuang kembali berkata, “Aku tak menyangka hubungan Pangeran Keempat begitu baik denganmu.”
Mendengar ucapan Wushuang ini membuat Miaoling tersenyum. “Aku juga tak menyangka kalau Pangeran Mahkota begitu menyukaimu. Kau suka padanya?” tanya Miaoling dengan terus-terang.
Mata Wushuang terbelalak, tak percaya kalau Miaoling akan menanyakan hal ini. Wushuang berpura-pura kaget. “Kakak, aku sama sekali tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Pangeran Mahkota. Aku bahkan tak menyangka dia akan mengundangku untuk tampil bersamanya.”
Miaoling mendengus. “Walaupun kau tak menyangka, tidak seharusnya kau menerima undangannya. Pernikahanku dan Pangeran Mahkota baru saja diumumkan. Akan tetapi, kau malah membantunya mempermalukanku di depan semua orang? Kau adalah adik yang begitu mulia, bukan begitu?” sindir Miaoling tanpa ampun.
Wushuang mengepalkan tangannya. “T-tapi, aku tidak bisa menolak Pangeran Mahkota. Tidakkah itu akan mempermalukannya dan dia akan menyimpan dendam kepadaku?” tanya Wushuang dengan tidak berdaya.
“Kau bilang kau tidak bisa menolak?” tanya Miaoling mengulangi ucapan Wushuang. Miaoling tertawa membuat adiknya itu kebingungan. “Tidak masalah. Asalkan kau tahu, dengan kau menerima undangan pangeran bodoh itu, kau sudah membuat Permaisuri membencimu.”
Mata Wushuang terbelalak. ‘Pangeran bodoh, katanya? Permaisuri benci padaku?’
Miaoling menarik tangan Wushuang dan menepuknya pelan. “Wushuang, walaupun dia bodoh, Pangeran Mahkota … adalah calon suamiku. Ada baiknya kau menjaga jarak dengannya. Kau mengerti? Ini semua untuk kebaikanmu sendiri,” jelas Miaoling dengan nada lembut.
‘Kebaikanku?’ Wushuang mendengus dalam hati. ‘Dia hanya takut aku akan merebut calon suaminya.’
Di sisi lain, Miaoling tertawa dalam hati. ‘Ya, Wushuang. Terpancinglah. Semakin kau bersemangat merebut pria itu dariku, semakin bagus.’
😭😭😭😭😭😭
hiks....m