Cahaya?

[ WARNING ]

1. BANYAK KATA - KATA KASAR.

2. KARYA PERTAMA, MAKLUMI KALAU ADA KESALAHAN DALAM DIKSI.

3. MAKLUMI TYPO.

4. KOMENTAR YANG SOPAN.

5. HARGAI KARYA PENULIS.

TERIMAKASIH!!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -...

Keesokan harinya.

"Gimana Rel? Udah nemu yang sesuai sama keinginan kakek lo?" Tanya Rion sambil menyantap makanan nya.

Aurel merespon dengan anggukan, "Tua bangka banyak mau. Pusing gue." Ujar nya memasukkan sendok ke dalam mulut nya.

Rion terkekeh, "Gitu - gitu kaya bro."

"Iya, itu plus nya." Ucap Aurel jujur.

Aurel kembali menyantap makanan nya, sampai tanpa sengaja mata nya menangkap seseorang yang baru saja masuk ke restoran.

Netra nya dengan netra orang itu bertemu tanpa sengaja, mereka sama - sama membeku di tempat. Rion melirik ke arah Aurel yang masih mematung dengan wajah terkejut nya. "Woy, lo kenapa?" Tanya Rion melambaikan tangan ke depan wajah Aurel.

Sadar, Aurel langsung mengalihkan pandangan nya dan menunduk. "Engga, ga kenapa - napa."

.

"Tuan, ayo masuk. Atau anda mau pindah ke restoran lain?"

Alvarez menggeleng, mengalihkan pandangan nya. "Disini." Ujar nya melangkah masuk. "Baik tuan."

Orang itu mengarahkan Alvarez ke ruang privat meja yang sudah di duduki oleh seorang pria.

"Tuan Alvarez sudah datang, silahkan duduk." Ucap pria itu berdiri dari tempat nya.

Alvarez duduk.

"Perkenalkan, saya Theo. Perwakilan dari WIVALS Group." Ujar pria itu memperkenalkan diri nya dan mengulurkan tangan. Alvarez membalas uluran tangan itu, "Alvarez, L.Bies company."

"Jadi tuan, perusahaan kami berencana untuk mendirikan panti asuhan supaya anak - anak tanpa keluarga bisa tinggal disana." Theo mulai menjelaskan visi dan misi perusahaan nya membuat panti asuhan tersebut.

Alvarez diam, pikiran nya berkeliaran kemana - mana. Suara - suara mulai masuk ke pendengaran nya, tatapan nya mulai kosong. Suara Theo seakan tak ada.

"Kami membutuhkan bantuan dana tuan untuk pembangunan nya. Kalau tuan bergabung, itu pasti akan sangat membantu kami." Ucap Theo.

Masih sama. Tak ada respon dari Alvarez. "Tuan?"

"Tuan Alvarez?" Theo melambaikan tangan nya di hadapan Alvarez. Tapi, tatapan nya tampak kosong. Menelan saliva nya takut, Theo menyentuh bahu Alvarez dengan takut - takut. "T-tuan."

Tubuh Alvarez tersentak kaget, ia langsung menghindar dari sentuhan Theo sebagai refleks, "J-jangan!" Ucap nya refleks.

"Maaf tuan!"

"Tadi anda ngelamun."

Alvarez tersadar, ia mengusap wajah nya kasar, "Ya? Tadi apa? Panti asuhan?"

"Iya tuan."

"Itu ide bagus. Saya setuju. Nanti, atur aja dengan asisten saya." Ucap Alvarez.

Theo mengangguk dan memberikan senyum, "Baik, terimakasih atas kerjasama nya, tuan."

Alvarez mengangguk singkat, ia berdiri, "Kalau gada apa - apa lagi, saya permisi dulu ya." Alvarez langsung melenggang pergi begitu saja tanpa menunggu respon Theo.

Langkah nya di percepat, menuju keluar ruang privat. Ia mengedarkan pandangan nya, mencari sosok perempuan yang membuat nya melamun sejak tadi Theo menjelaskan. Namun, nihil. Ia memelankan langkah nya. Perempuan itu sudah tak ada. Aurel pergi lagi, meninggalkan nya.

Alvarez menunduk dalam, menyesali kenapa tadi ia tak langsung menemui Aurel. Kenapa ia harus berusaha acuh?

......................

Di tempat Aurel saat ini, ia baru saja sampai di mansion Valentino, rumah kakek nya, tempat ia tinggal selama 3 tahun terakhir.

"Hei, darimana aja kamu?" Tanya Zora.

Aurel melirik Zora malas, "Kenapa?"

"Anna sama Winda ga masuk kerja hari ini. Kamu beres - beres rumah dong."

"Tante ada janji arisan nih, ga bisa beresin rumah." Ujar Zora.

"Aku juga ga bisa. Ada kerjaan." Jawab Aurel acuh, ia melangkahkan kaki nya hendak menuju kamar.

"Tck! Aurel!" Zora menahan tangan Aurel dan menarik Aurel ke hadapan nya.

"Apa sih tante?!"

"Kamu jangan kayak beban dong, disini kerjaan nya cuma makan tidur doang. Apa susah nya sih bantu beres - beres?"

Aurel memutar bola mata nya jengah, "Tante juga sama. Lagian, aku ga makan tidur doang. Aku kerja, menghasilkan uang kan? Dan itu di nikmati juga sama tante. Daripada ibu rumah tangga yang bukan nya beresin rumah, eh.. malah nongki - nongki sama temen nya, lupa umur." Sindir Aurel.

Setelah nya, ia melepaskan tangan Zora dan berlalu pergi begitu saja. Zora mengepalkan tangan nya, wajah nya bahkan memerah karena menahan amarah.

"Anak itu.." Geram nya.

Aurel berjalan menuju kamar nya di lantai 2. Tak ada yang ia lakukan. Ia hanya berbaring, memejamkan mata nya, mengistirahatkan tubuh nya.

.

Beberapa hari berlalu.

"Nanti, ada CEO dari L.Bies company yang dateng buat lihat pembangunan panti asuhan kita. Kamu yang nemenin ya."

"Kok aku sih? Kan udah aku bilang, aku gamau kalau harus ketemu - ketemu orang luar. Biar aku urus bagian dalam aja." Ucap Aurel menolak.

"Tck! Kan kamu yang ngeidein bikin panti asuhan itu. Bangunan nya juga konsep nya, kan ide kamu semua itu."

"Kakek gamau tau, pokoknya kamu yang urus itu. Theo udah susah - susah kompromi sama CEO L.Bies company, jadi kamu harus lanjutin."

"Kenapa ga Theo aja?" Tanya Aurel.

"Dia harus ngurus bagian lain, Aurel."

Aurel mendengus, tapi tak terdengar penolakan lagi dari nya.

"Jam berapa?"

"2 jam lagi. Kamu siap - siap, terus, langsung berangkat aja ke lokasi pembangunan nya." Jelas Willy. Terdengar helaan nafas Aurel, ia berdehem setelah nya.

Aurel langsung menuju kamar nya, membersihkan tubuh nya, mengganti pakaian, bersiap - siap untuk berangkat. Sekitar satu jam bersiap - siap, ia terlihat rapi dengan mengenakan kemeja putih polos juga celana panjang warna hitam. Di raih tas berwarna hitam dengan merek terkenal itu--Dior--. Lalu, ia keluar kamar, menuju garasi.

...----------------...

Perjalanan memakan waktu sekitar setengah jam lama nya. Akhirnya ia sampai di pembangunan panti asuhan yang merupakan proyek dari ide nya.

"Belum ada yang dateng ya pak?"

"Belum non."

Aurel mengangguk sebagai respon, "Nanti kalau ada yang datang, chat saya dulu ya. Biar saya bisa siap - siap. Saya mau liat - liat dalam dulu."

"Oke non."

Setelah nya, ia berkeliling mengecek pembangunan yang berjalan, sambil menunggu kedatangan CEO L.Bies Company, yang sejujurnya, ia tak tau siapa.

Tak menunggu lama, pesan chat masuk dari seorang pekerja, menginformasikan kedatangan tamu nya. Aurel segera berjalan ke bagian depan kembali, untuk menyambut kedatangan tamu nya.

Sebuah mobil mewah berwarna hitam berada tepat di depan pembangunan panti asuhan yang masih belum jadi itu. Sopir turun, lalu membuka kan pintu untuk tuan nya. Bersamaan dengan itu, Aurel melangkah mendekat menuju mobil.

Namun, langkah nya terhenti saat melihat siapa orang yang keluar dari mobil itu. Tubuh nya mematung seketika.

.

.

.

......•BERSAMBUNG•......