Berjuang dengan penyakit yang dia derita selama ini malah mendapatkan pengkhianatan dari suami.
Arkan. Suami yang dia percaya selama enam tahun untuk menjaga anaknya, malah mengkhianatinya.
Yang membuat dirinya sakit hati, ternyata Arkan sedang bercinta dengan perawat yang bekerja di rumahnya untuk membantunya sembuh.
Nyatanya mereka berdua mengkhianatinya, saat itu juga dia bertekad untuk membohongi keduanya supaya kebusukan yang mereka lakukan terbongkar.
Bisakah Amel membongkar semua kebusukan yang mereka lakukan selama ini? Atau memilih setia dalam rumah tangga untuk kebahagiaan kedua anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30 : masa kehamilan Lea
Satu bulan penuh Rev bekerja sama dengan semua art di rumah untuk mengawasi Arkan, selama satu bulan Rev merasa lega kalau ayahnya tidak melakukan tindakan yang aneh-aneh lagi, dari data dan informasi yang diberikan oleh art di rumah mereka memberitahu kalau Arkan tidak melakukan hal apapun di rumah.
Malah Arkan selalu membantu dan merawat Amel, Rev merasa lega saat mendengarnya. Jadi dia tidak perlu khawatir masalah yang akan terjadi nantinya.
Sedangkan Arkan sangat pandai menyembunyikannya, selama satu bulan Rev memintanya untuk merawat dan menjaga Amel. Tapi diam-diam dia membawa Imelda ke kamar untuk bersenang-senang, gak hanya itu Arkan mempunyai ruangan rahasia tanpa sepengetahuan orang rumah.
Ruangan tersebut hanya dia tahu, Rev sama sekali tidak mengetahuinya malah art yang bekerja di rumah tidak tahu rencana busuk yang sudah disusun oleh Arkan.
Ada dua pintu rahasia yang bisa terhubung dengan kamar Imelda dan kamar Lea, sewaktu-waktu Arkan akan datang untuk meminta sesuatu dari kedua wanita tersebut. Sekarang di ruangan tersebut terdapat satu kamar yang luas, dan juga terdapat kamar mandi dan ruang tamu.
Sama persis dengan rumah dibawah tanah, Arkan membangun beberapa ruangan tanpa sepengetahuan Rev dan juga Amel.
Lea masuk ke tempat kerja Arkan saat dia sedang membersihkan ruangan tersebut, di ruangan itu terdapat Arkan yang sedang duduk sambil menatap kearah Lea.
Lea menutup pintu dengan rapat, lalu langkahnya menuju kepada Arkan yang masih menatapnya.
Lea memberikan sebuah amplop berwarna putih, dia memberikan amplop putih itu ke Arkan dan Arkan yang melihatnya menatap Lea. Lea mengangguk, Arkan membuat isi dari amplop putih tersebut.
Arkan dibuat terkejut saat melihatnya, lalu benda kecil berbentuk persegi panjang itu dilempar olehnya, membuat Lea menatap.
"Kenapa kamu melemparnya? Bukannya itu sudah jadi bukti kalau aku ini hamil?" ucap Lea menatap Arkan dengan kesal.
"Hamil? Bukan berarti anak itu adalah anak aku, siapa tahu anak itu adalah anak dari pria lain." elak Arkan yang menolak anak yang ada di rahim Lea.
"Bukan anak kamu? Jadi selama ini aku berhubungan sama pria lain begitu? Tidak ada pria lain termasuk kamu Arkan, kamu harus tanggung jawab sama anak ini. Kamu tidak bisa meninggalkan tanggung jawab kamu, apa kamu mau aku beritahu istri dan anak kamu tentang anak ini."
Mendengar ancaman yang diberikan Lea Arkan bergegas bangun dan mencengkram leher Lea, merasa lehernya dicengkeram dengan kuat membuat nafasnya hampir habis.
"Ingat ucapan saya Lea, jangan berani kamu macam-macam dengan saya atau anak yang ada di rahim kamu akan saya paksa untuk keluar." Arkan melepaskan cengkraman tangannya, tubuh Lea terjatuh ke lantai saat cengkraman Arkan terlepas.
"Tapi kamu harus tanggung jawab Arkan, kamu gak boleh pergi dari rasa tanggung jawab kamu. ARKAN!!" erang Lea yang melihat Arkan pergi, sedangkan dirinya masih tidak percaya dengan nasibnya sendiri.
Bagaikan bisa dia menemukan lelaki yang tidak bertanggung jawab seperti itu, kenapa harus dia yang merasakan nasib yang menyedihkan.
Bayi yang ada dikandungan Lea sudah memasuki satu bulan, selama itu Lea terus menyembunyikan perutnya. Satu sampai tiga bulan Lea masih bisa menyembunyikan perutnya, tapi empat sampai sembilan bulan tidak mungkin disembunyikan lagi.
Lama kelamaan akan ketahuan, tidak mungkin ia tutupi lagi. Rev dari jauh terus memperhatikan gerak gerik Lea, walau dia disibukan dengan kantor dan masalah ayahnya dia juga memperhatikan gerak gerik Lea selama ini.
***
Ada yang aneh dari wanita itu, selama satu bulan Lea mengalami hal-hal aneh seperti muntah akibat bau badanya. Apalagi saat ada dirinya pasti wanita itu tidak mau mendekat, Rev semakin dibuat bingung dengan Lea.
Apa dirinya semenakutkan itu sampai Lea lari pergi, "Kamu tidak apa-apa?" Lea mundur saat mendengar suara Rev, lelaki itu berdiri dibelakangnya saat dia disibukan dengan merapikan alat masak.
"Tuan Rev saya tidak apa-apa. Ada yang tuan butuhkan?" tanya Lea yang terus menutup hidung menggunakan sapu tangan.
"Apa kamu sakit? Kenapa saya perhatikan kamu terus menghindar dari saya, apa saya punya salah sama kamu Lea." kata Rev menatap Lea, wanita itu tidak berani menatap Rev ia masih menunduk.
"Lea." panggil Rev dengan lembut.
Saat Rev ingin menyentuh Lea, Lea menghindar dan wanita itu kembali mengurus yang lain. Rev menatap dengan bingung sama kelakuan Lea akhir-akhir ini, apa ada yang salah dengannya sampai Lea menghindarinya.
Rev seperti biasa mengurus kantor dan mengurus bisnis lainnya, selama ini Lea terus menyembunyikan kandungannya. Dan selama itu bayi yang ada di kandungannya tidak rewel sedikitpun, walau nanti ia akan mengalami ngidam mungkin akan dia usahakan tanpa bantuan orang lain.
"Maafkan ibu ya nak. Walau kamu tidak diakui oleh ayah kamu, tapi ibu janji ibu akan menjaga kamu sepenuh hati." ucap Lea yang bicara dengan bayi dan mengelus perutnya yang belum terlalu besar.
Akhir-akhir ini Lea ingin sekali meminta bubur kacang hijau, Lea bangun dari dari tempat tidur saat bayi yang ada di kandungannya menginginkan bubur kacang hijau. Dia melihat jam dinding ternyata sudah jam satu malam, jam segini apa ada tukang dagang jualan.
Lea mengambil jaket dan memakai pakaian hangat, dia membuka pintu kamar saat keluar Lea tidak sengaja bertemu dengan Rev yang ada di luar sepertinya lelaki itu sedang sibuk mengurus pekerjaan.
"Kamu belum tidur Rev?" tanya Lea yang melangkah kearah Rev.
"ya, aku lagi ngurus kantor. Banyak sekali yang harus saya selesaikan di kantor makanya saya belum tidur." Lea mengangguk lalu Rev kembali bicara, "Kamu kenapa keluar? Ini udah jam berapa Lea kenapa kamu belum tidur."
"Saya belum ngantuk tuan. Tiba-tiba saja saya mau bubur kacang hijau, enak kali ya makan di jam segini." kata Lea yang membayangkan bentuk bubur kacang hijau.
"Bukannya kamu tidak suka dengan bubur kacang hijau?" timpal Rev, dulu Lea pernah mengatakan kalau dia tidak menyukai hal yang berbau dengan bubur tapi kali ini Lea menginginkan semangkuk bubur kacang hijau.
Apa dia tidak salah dengar? "Itu dulu tidak sekarang. Tapi sudah jam segini mana mungkin ada orang dagang."
"Gimana kalau saya buatkan bubur kacang hijau yang kamu mau." kata Rev membuat Lea menoleh dengan wajah senang.
"Apa aku tidak merepotkan kamu?"
Rev tersenyum, "Tidak sama sekali."
Lea memperhatikan Rev yang sibuk di dapur, rasanya sangat indah kalau ada seseorang yang membuatkan sesuatu untuknya. Sedangkan ayah kandung dari anaknya tidak mau bertanggung jawab.
"Ini bubur yang kamu mau sudah jadi." Rev memberikan satu mangkuk bibir kacang hijau, Lea yang melihat itu segera melahapnya.
Sangat lahap bubur buatan Rev, rasanya sama persis saat pertama kalinya dia mencoba masakan yang dibuat Rev.
"Makan pelan-pelan aja saya tidak akan mengambilnya." ucap Rev menatap Lea yang melahap makanan yang dia buat dengan lahap.