Elina adalah seorang pengacara muda handal. Di usianya yang terbilang masih muda, dia sudah berhasil menyelesaikan banyak kasus penting di karirnya yang baru seumur jagung.
Demi dedikasinya sebagai seorang pengacara yang membela kebenaran, tak jarang wanita itu menghadapi bahaya ketika menyingkap sebuah kasus.
Namun kehidupan percintaannya tidak berbanding lurus dengan karirnya. Wanita itu cukup sulit melabuhkan hati pada dua pria yang mendekatinya. Seorang Jaksa muda dan juga mentor sekaligus atasannya di kantor.
Siapakah yang menjadi pilihan hati Elina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdebatan Alot
“Kalau memang klien anda tidak bersalah, untuk apa dia sampai diberi red notice? Kenapa klien anda harus susah-susah memblokir jalannya untuk mendapatkan karir yang bagus di perusahaan lain?”
“Karena dia meributkan hal yang tidak perlu diributkan. Dia bahkan berencana mengumbar masalah penilaian perekrutan yang tidak adil ke media. Klien saya hanya membela diri saja. Mencegah perusahaan dari kerugian besar karena fitnah yang dilakukan olehnya.”
“Satu-satunya alasan klien saya tidak terima dengan hasil keputusan penilaian karena menolak melayani klien anda.”
“Apa anda punya buktinya? Ini… lihatlah sendiri hasil penilaian yang diberikan perusahaan terhadap kinerja klien anda.”
Manaf memberikan berkas pada Elina yang berisikan penilaian kinerja Rida selama magang di PT. Alam Persada. Tentu saja Yasa sudah merekayasa hasil penilaian tersebut. Sesuai dugaan Rida, wanita itu memang mendapat penilaian baik selama magang. Bahkan pihak HRD sudah menyiapkan surat kontrak kerja yang harus ditanda tangani Rida.
“Ngga.. ini ngga mungkin. Ini pasti hasil rekayasa,” seru Rida yang tidak percaya dengan penilaian atas kinerjanya.
“Inilah hasil penilaian yang sebenarnya. Sebaiknya cabut tuntutan anda atau kami akan menuntut anda atas pencemaran nama baik,” tegas Manaf.
“Apa anda sedang mengintimidasi klien saya?” balas Elina.
“Saya hanya mengingatkan, jangan sampai salah melangkah hingga membuat klien anda semakin menderita.”
“Saya ingatkan pada anda, jangan terus mengintimidasi klien saya. Tuntutan akan terus dijalankan. Semua poin yang diinginkan klien saya sudah tertuang di sini,” Elina memberikan berkas di tangannya.
Manaf dan Yasa membaca dengan seksama berkas yang diberikan oleh Elina. Yasa melihat pada Rida, namun wanita itu tidak gentar. Dia balas menatap Yasa, menunjukkan kalau tekadnya sudah bulat menyeret pria itu ke jalur hukum.
“Ini akan jadi pertarungan yang sia-sia. Kalian tidak punya bukti. Hasil penilaian sudah membuktikan kalau klien anda tidak lolos penilaian perusahaan. Hal itu digunakan klien anda untuk mengeruk keuntungan demi kepentingan pribadi.”
“Apa anda yakin kalau itu hasil penilaian yang sebenarnya. Sangat mudah bagi klien anda untuk memalsukan hasil penilaian.”
“Apa anda punya buktinya?” berang Yasa.
“Apa anda punya bukti kalau itu hasil yang benar?”
“Oke, kalau begitu kita teruskan saja. Tiga hari lagi saya akan membawa saksi untuk membuktikan hasil penilaian.”
“Baik, kita bertemu tiga hari lagi.”
Pertemuan antara Rida dan Yasa yang didampingi pengacara masing-masing selesai sudah. Yasa dan Manaf segera meninggalkan kantor tersebut.
“Penilaian itu, saya yakin kalau itu sudah dipalsukan,” ujar Rida.
“Tenanglah, kita akan ketahui itu nanti.”
“Apa anda sudah mendapatkan saksi yang bisa menguatkan tuntutanku?”
“Sudah. Tiga hari lagi saya akan membawanya.”
“Terima kasih.”
“Sama-sama.”
Rida dapat bernafas sedikit lega mendengar Elina sudah menemukan saksi yang bisa menguatkan pernyataannya. Semoga saja dia bisa mendapatkan keadilan, mendapat keadilan atas kejadian yang menimpanya dan membuat Yasa membayar semua perbuatannya.
***
Tiga hari kemudian, pertemuan kembali dilakukan di kantor D&G Law Firm. Kali ini Manaf membawa salah satu staf HRD dan rekan kerja Rida yang waktu itu ikut magang dengannya. Mereka siap melawan Rida dan membungkam wanita itu. Sementara Elina juga siap menghadirkan Virni sebagai saksi.
Pertemuan kembali dilakukan di ruang meeting. Kali ini ada petugas pengadilan yang akan menyaksikan jalannya deposisi. Deposisi hukum adalah suatu bentuk kesaksian yang dibuat di bawah sumpah dan dicatat secara tertulis oleh pejabat pengadilan yang berwenang. Deposisi biasanya dilakukan di luar persidangan dan sebelum persidangan.
Petugas pengadilan sudah menyiapkan kamera untuk merekam jalannya deposisi. Sebelum deposisi dimulai, lebih dulu kedua saksi dari pihak Yasa diambil sumpahnya. Orang pertama yang memberikan pernyataan adalah salah satu staf HRD.
“Apa kamu mengenalnya?” tanya Elina dengan suara pelan.
“Ya. Dan keduanya tidak menyukai ku.”
“Siapa namamu?” tanya Manaf.
“Gladys.”
“Apa kamu mengenal Rida?”
“Ya.”
“Bagaimana menurutmu performa Rida selama menjalani masa magang?”
“Biasa saja, tidak ada yang istimewa. Dia sering melakukan kesalahan dan membuat pekerjaan kami di tim HRD terhambat.”
“Penilaian ini, apa kamu yakin kalau ini adalah kebenaran?”
“Ya.”
“Ok, cukup.”
Manaf merasa cukup menanyai saksi. Sekarang giliran Elina yang bertanya.
“Selama rentang tiga bulan klien melakukan masa magang, berapa lama kecerobohan yang dilakukan olehnya? Apa sepanjang tiga bulan? Atau hanya di awal masa magang?”
“Ingat, anda sudah disumpah. Jika anda ketahuan memberikan kesaksian palsu, maka anda akan berhadapan dengan hukum,” belum sempat Gladys membuka mulutnya, Elina sudah menyambung ucapannya.
“Hanya seminggu di awal masa magangnya.”
“Bukankah itu hal yang wajar. Klien saya adalah seorang fresh graduate yang baru masuk ke lingkungan kerja. Kalau terjadi kesalahan di seminggu awal masa magang, itu masih bisa ditoleransi. Apa ada pegawai magang yang tidak melakukan kesalahan sama sekali?”
“Tidak ada.”
“Jadi sebenarnya wajar saja kalau klien saya melakukan kesalahan di awal masa magang?”
“Ya.”
“Penilaian yang anda lihat tadi, apa anda yang membuatnya?”
“Bukan.”
“Siapa yang membuat hasil penilaian?”
“Manajer HRD.”
“Selain manajer HRD, siapa lagi yang ikut memberikan penilaian?”
“Wakil Direktur.”
“Apa anda pernah melihat manajer HRD membuat penilaian? Apa penilaian dilakukan secara terbuka?”
“Tidak. Penilaian dilakukan secara tertutup dan bersifat rahasia.”
“Selama ini apa penilaian dilakukan secara objektif?”
“Ya.”
“Anda mengatakan klien saya melakukan banyak kesalahan saat magang, tapi sebenarnya itu hanya dilakukan di awal masa magang. Pernyataan yang anda berikan berarti bersifat subjektif, benar?”
“Anda tidak harus menjawabnya,” potong Manaf.
Elina pun mengakhiri tanya jawabnya dengan Gladys. Sekarang giliran saksi kedua yang akan memberikan pernyataan. Seorang wanita seusia Rida sudah duduk di samping Manaf. Wanita bernama Kiki itu mulai ditanyai oleh Manaf.
“Apa kamu mengenalnya?” Manaf menunjuk pada Rida.
“Ya. Kami melakukan magang bersama.”
“Apa kamu juga magang di divisi yang sama?”
“Ya.”
“Bagaimana kinerjanya selama magang.”
“Biasa saja. Kadang dia melakukan hal berlebihan, seperti ingin mengambil hati semua orang.”
“Contohnya?”
“Dia sering pergi ke ruang Wakil Direktur tanpa diminta. Saya juga mendengar rumor kalau dia berusaha menggoda Pak Yasa.”
“Bohong!” potong Rida. Wanita itu menatap tajam pada Kiki.
“Kamu sadar kalau kamu sedang dibawah sumpah? Kalau kamu berbohong, maka akan ada konsekuensinya,” sambar Elina.
“Ya, tentu saja.”
“Rumor yang beredar, siapa yang menyebarkannya?” tanya Elina.
“Saya tidak tahu. Tapi tidak ada asap kalau tidak ada api, bukan?”
“Apa anda sering pergi ke ruangan Wakil Direktur?” Elina melihat pada Rida.
“Ya. Tapi bukan atas keinginan saya. Saya hanya menjalankan perintah.”
“Siapa yang menyuruhmu?”
“Kadang manajer HRD, kadang rekan kerja yang lain, termasuk Gladys.”
“Apa benar kamu sering bolak-balik ke ruangan Wakil Direktur untuk menarik perhatiannya?”
“Itu adalah fitnah keji.”
“Bu Gladys, selama Kiki menjalani masa magang, berapa rentang waktu dia melakukan kesalahan selama magang?” Elina kembali bertanya pada Gladys.
“Ini tidak ada hubungannya dengan saksi,” potong Manaf.
“Tentu saja ada. Saya hanya ingin membandingkan seberapa banyak kesalahan yang dilakukan saksi dibanding klien saya. Karena saksi diterima sebagai pegawai tetap, pasti rentang waktu kesalahan yang dilakukan selama magang pasti lebih sedikit dari klien saya. Benar begitu Bu Gladys?”
Wanita itu hanya terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Jika harus jujur, dia takut pada Yasa. Tapi kalau berbohong, wanita itu sadar sudah berada di bawah sumpah. Jika ketahuan berbohong, maka dirinya yang akan menanggung akibat hukum.
“Berapa lama rentang waktu Ibu Kiki melakukan kesalahan selama masa magang?” tanya Elina lagi.
“Satu bulan.”
“Satu bulan, tapi Ibu Kiki diterima sebagai pegawai tetap. Sementara klien saya hanya melakukan kesalahan selama satu minggu di awal masa kerjanya tidak diterima sebagai pegawai tetap. Ada apa ini?”
“Penilaian tidak hanya berdasarkan kinerja saja. Tapi juga dari attitude,” jawab Manaf.
“Dan attitude klien saya dinilai kurang. Benar begitu?”
“Ya.”
“Oke, cukup.”
Elina mengakhiri deposisi untuk saksi yang dibawa oleh Manaf. Keduanya dipersilakan untuk meninggalkan ruangan.
“Klien saya jelas mengalami ketidakadilan. Penilaian attitude hanya berdasarkan subjektivitas saja dan itu sangat merugikan klien saja. Bukankah sudah jelas klien anda melakukan itu untuk menutupi perbuatannya pada klien saya?”
“Saya tidak pernah melecehkannya!” tegas Yasa dengan mata berapi-api.
“Apa perlu saya beberkan apa yang anda lakukan malam itu?” balas Rida.
“Baiklah, saya akan memanggil saksi dari pihak kami.”
Elina bangun dari duduknya lalu keluar dari ruangan. Tak lama kemudian dia kembali bersama dengan Virni. Yasa sedikit terkejut melihat kehadiran Virni, namun kemudian pria itu kembali bersikap seperti biasa.
“Apa anda pernah bekerja di PT. Alam Persada?”
“Ya.”
“Sebagai apa?”
“Staf General Affair.”
“Berapa lama?”
“Enam bulan.”
“Kenapa anda berhenti?”
“Saya dipaksa berhenti.”
“Oleh siapa?”
Virni mengarahkan jarinya pada Yasa. Wajah Yasa menunjukkan ketidaksukaan. Elina kembali melanjutkan pertanyaannya.
“Apa alasan pemberhentian anda?”
“Karena saya menuntut apa yang dia janjikan pada saya.”
“Apa yang dia janjikan?”
“Dia berjanji akan menaikkan gaji saya dan memberikan posisi bagus di perusahaan.”
“Anda tidak mendapatkan itu karena anda tidak menunjukkan kinerja yang baik,” sambar Manaf.
“Dia menjanjikan itu karena sudah mendapatkan pelayanan dari saya!”
“Maksud anda dengan pelayanan itu apa?”
“Pelayanan s*ks,” jawab Virni lugas.
“Kamu yang mendatangiku dan menggodaku,” balas Yasa.
“Apakah anda mengatakan pada pengacara klien alasan mu dikeluarkan dari perusahaan? Apa dia tahu kalau kamu ketahuan mabuk saat bekerja? Apa dia tahu kalau kamu menjalani rehabilitasi dari ketergantungan alkohol? Anda menjalani konsultasi selama hampir setahun.”
Elina terkejut mendengar pernyataan Manaf. Wanita itu tidak tahu menahu soal Virni yang menjadi pecandu alkohol. Refleks dia melihat pada Virni.
***
Nah loh, gimana nih🤔
aku yakin Gita suka sama Gerald , tapi sayangnya Gerald suka sama Elina . dan pada akhirnya nanti Elina malah mendukung Gita dengan Gerald .
pikiranku terlalu jauh gak sih , tapi namanya juga nebak , bener sukur , kalau salah ya udah berarti gak sesuai dengan ide cerita kak othor . jadi nikmati aja ya El......
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
tapi nabila ikutin alurnya mak author deh
sedangkan sama Zahran , Zahran bisa mengimbangi Elina biar kata Zahran menuruti elina tapi dia bisa membujuk Elina dan mengarahkan insyaallah bahagia terus kalau sama Zahran..
E..tapi kok aq lebih sreg EL sam bang Ge ya 🤭🤭🤭
Ya walaupun duda sih, kan skrg Duda semakin didepan 🤣🤣🤣
Tapi aq manut aja apa yg ditulis kak icha.,
Siapa tw dgn kasus ini akhrnya El sama Gita bisa jadi bestie ye kan....
Trys gita jadian sama zahran 🤣🤣🤣