Anak Kembar Ketua Gangster

Prang ...

Klontang ...

Suara benda pecah belah menggema di kediaman martinez. Tepatnya di kamar Elizabeth Martinez, perbuatan siapa lagi kalau bukan Eliz. Wanita itu semenjak 'kematian' Dean terus bersikap impulsif, dia terlihat masih tidak bisa menerima bahwa pria yang dicintainya selama 5 tahun itu telah pergi untuk selamanya, setidaknya itulah yang terlihat pada publik.

" Ada apa Mery?" tanya Pablo kepada salah satu maid nya yang juga merupakan pengasuh Bobby. Semenjak hari pemakaman, Boby juga belum masuk sekolah, saat ini bocah itu hanya berada di kamar. Semua juga atas nasihat Bibi Mary, dia tidak mungkin membiarkan tuan muda nya mengetahui apa yan terjadi kepada sang ibu.

" Nyoya muda, dia tidak mau makan dan setiap kami mengantarkan makan pasti beliau melemparnya Tuan," papar Bibi Mery.

Pablo membuang nafasnya kasar, ia tahu Eliz begitu mencintai Dean. Tapi tidak dia pungkiri, kematian Dean membawanya menuju hidup yang lebih damai.

" Sudahlah, kamu urusi saja Bobby, aku akan menemui Eliz."

Bibi Mery membungkuk tubuhnya memberi hormat kemudian berlalu dari hadapan Pablo menuju kamar bobby. Ini sudah waktunya makan malam, ia harus memastikan Bobby makan.

" Apa ibu sedang tidak baik-baik saja Bibi?" tanya Bobby tiba-tiba saat Bibi Mery masuk ke dalam kamar.

'" Ehmm, ibu hanya sedikit lelah. Nanti pasti sudah tidak apa-apa. Tuan Muda harus jadi anak baik agar ibu segera menjadi baik dan sehar seperti dulu."

" Ya Bibi, aku mengerti."

Bibi Mery sebenarnya sangat kasihan melihat Bobby. Ia bagian dari korban obsesi Eliz. Semua orang dikediaman itu tahu bahwa Dean tidak pernah menjadi milik Eliz, bahkan tidak pernah ada pernikahan yang terjadi pada mereka berdua. Saat Dean di bawa ke mansion ini, Eliz memang dalam keadaan hamil.Ya, Eliz hamil dengan kekasihnya tapi sang kekasih pergi meninggalkannya. Maka dari itu setelah ledakan dan kebakaran di rumah Dean, Pablo diperintahkan untuk memeriksa keadaan Dean. Siapa sangka Eliz waktu itu ikut, dan saat melihat Dean ia langsung menyukainya. Pablo mengizinkan membawa Dean Karena untuk menutupi Eliz yang hamil.

Tapi sebuah ancaman ia dapatkan dari Gold Dragon, Pablo harus memastikan bahwa Dean tidak pernah mengingat masa lalu nya. Jika itu terjadi maka Dawson tidak akan memperhitungkan siapa Pablo martinez. Maka dari itu dokter yang menangani Dean di awal dia ditemukan sudah berhasil disingkirkan oleh Pablo.

Bukan hanya itu, dia juga mengatur orang itu mengambil Rex yang ia ketahui waktu itu masih hidup. Pablo awalnya ingin menghabisi Rex, tapi waktu itu banyak sekali orang yang berkerumun di sana. Alhasil dia memerintahkan sebuah keluarga tunawisma untuk merawat Rex, atau lebih tepatnya terserah keluarga itu bagaimana memperlakukan Rex. Dan sebuah keyakinan dalam hati Pablo bahwa Rex mungkin saja sudah mati karena kondisinya yang lumayan parah.

" Pergi kalian, aku tidak mau makan!" teriak Eliz begitu keras.

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Eliz Wanita berusia 27 tahun itu sungguh terkejut oleh siapa pipinya ditampar.

" Ayah," pekik Eliz.

" Mau sampai kapan kamu begini hah! Dean sudah mati, mau seperti apapun kamu bersikeras tidak makan dan menangis dia jelas tidak akan pernah kembali."

Eliz terdiam, ia jatuh terduduk di atas ranjang. Eliz menutup wajahnya dengan kedua tangan, lalu selanjutnya menangis tergugu. Pablo hanya bisa menghela nafasnya.

" Berhentilah seperti itu, kamu putriku. Kalau aku mati, kamulah yang harus melanjutkan semuanya sebelum Bobby dewasa. Meskipun klan gangster kita dibawah naungan Gold Dragon tapi tetap kita harus bisa membuatnya terus maju. Besok malam ikutlah bersama ayah untuk menghadiri pertemuan. Itu adalah pertemuan terbesar dunia bawah. Banyak Klan Mafia dan Gangster yang akan hadir. Setelah kamu puas hanya dengan selalu bersama Dean 5 tahun ini, kini waktunya kamu belajar."

Pablo keluar dari kamar Eliz, dia membiarkan Eliz untuk berpikir. Bagaimanapun Eliz adalah putri satu-satunya. Meskipun wanita, Pablo ingin Eliz bisa melanjutkan tampuk pimpinan gangster yang sudah ia dirikan dengan sangat lama.

Di sisi lain Dawson Graziano juga sedang meminta Oliver untuk ikut dnegan nya. Ia ingin Oliver mengenal dunia bawah, tapi sepetinya putra nya masih engan. Oliver masih suka bermain-main dan yang jelas ia terlihat sama sekali tidak tertarik dengan urusan gangster ataupun mafia. Saat ini Oliver lebih suka mengelola kafe miliknya. Bahkan pemuda itu tidak mau melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang kuliah.

" Oliver, kamu mau jadi apa hah!" teriak Dawson, dia sudah kehabisan akal dengan putranya itu.

" Dad, aku tidak suka dengan apa yang Daddy kerjakan. Aku lebih suka mengelola kafe ku," kilah Oliver. Dia tidak suka dengan bisnis gelap sang ayah, baginya itu tidak mengasyikkan.

" Kalau kamu tidak suka dengan apa yang aku lakukan, lalu siapa yang akan mewarisi ini semua hah! Apa kau tidak tahu aku melakukan semuanya ini untukmu?"

Oliver tersenyum sinis ke arah Dawson, jelas dia tidak suka dengan sang ayah. Organisasi Gold Dragon yang ayahnya tekuni itu bukanlah untuk dirinya ia tahu persis itu.

" Jangan sekali-kali mengatakan apa yang kau lakukan adalah untuk ku. Aku tidak akan tersanjung. Karena jelas sekali bahwa kau melakukan ini untuk dirimu sendiri. Bahkan ibu pun harus meninggal karena ulah mu."

Oliver menatap tajam ke arah Dawson, kata-katanya yang awalnya masih sangat santai ia ucapkan itu langsung berubah jadi serius dan tajam. Rasanya sangat menyakitkan saat ibu nya meninggal 3 tahun silam. Setelah kejadian itu Oliver menjadi anak orang yang sesukanya sendiri dan tidak pernah menggubris setiap apa yang dikatakan oleh Dawson.

" Sekali lagi, jangan pernah memaksakan kehendak mu kepada ku. Jangan pernah memaksakan aku untuk melakukan apa yang kamu inginkan. Aku sudah cukup dewasa untuk melakukan apapun."

Setelah mengatakan hal tersebut, Oliver segera pergi meninggalkan rumah. Ia mengenakan mantel tebal dan juga penutup kepala. Saat seperti ini hal yang paling ingin ia lakukan adalah pergi ke kafe miliknya. Di sana dia bebas melakukan apa saja termasuk memasak dan juga meracik minuman.

Sedangkan di rumah, Dawson Graziano sangat marah. Ia bahkan melempar asbak yang ada di atas meja sehingga pecah berkeping-keping.

" Tuan ada apa?" Cato yang baru saja masuk ke rumah terkejut melihat asbak yang pecah.

" Tidak ada apa-apa, bagaimana soal pertemuan itu, siapa saja yang akan datang?"

" Untuk saat ini hanya ada 20 nama yang mengonfirmasi kedatangan mereka."

Dawson memijit keningnya, kepalanya berdenyut setiap kali dia bertengkar dengan Oliver. Ia pun mengibaskan tangannya sebagai tanda bahwa ia menginginkan Cato pergi.

" Anak itu, mau sampai kapan dia akan membangkang seperti ini," keluh Dawson.

TBC