NovelToon NovelToon
LUKA BUNGA (AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH)

LUKA BUNGA (AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Single Mom
Popularitas:1.6M
Nilai: 5
Nama Author: D'wie

Masa putih abu-abu adalah masa paling indah setiap remaja begitu pula yang dialami Bunga. Cinta yang membara dan menggebu serta pengaruh darah muda yang bergejolak membuatnya dan sang kekasih terhanyut dalam pusaran dosa manis yang akhirnya membuat hidupnya penuh luka.

Bunga hamil. Kekasihnya pergi. Keluarga kecewa dan membenci lalu mengusirnya. Terlunta-lunta di jalanan. Kelaparan. Dicaci maki. Semua duka dan luka ia hadapi seorang diri. Ingin menyerah, tapi ia sadar, dosanya sudah terlampau banyak. Ia tak mungkin mengabaikan permata indah yang telah tumbuh di rahimnya. Tapi sampai kapankah ia sanggup bertahan sedangkan semesta sepertinya telah terlampaui jijik kepadanya?

Inilah kisah Bunga dan lukanya.

Jangan lupa tap love, like, komen, vote, dan hadiahnya ya biar othor makin semangat update!

Bacanya jangan skip, please! Jangan boom like juga! soalnya bisa menurunkan kualitas karya di NT! Terima kasih. 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. XXVIII Terpaksa mengalah

Nathan pulang ke rumah orang tuanya dengan langkah gontai. Tak ada senyum, hanya ada kegetiran yang terpancar di netranya yang hitam pekat.

Stefani yang melihat putranya tampak murung dan seperti kehilangan semangat hidup pun segera menghampiri.

"Kau kenapa, Nath? Ada masalah?" tanya Stefani, sang ibu pada Nathan. Nathan memaksakan tersenyum membuat hati Stefani justru merasa ikut pilu.

"Tidak ada apa-apa, Ma. Nathan hanya sedang kelelahan saja," sahutnya sendu.

Stefani sangat tahu kalau putranya itu sedang berdusta. Tapi ia tak ingin memaksakan menjelaskan apa yang telah terjadi. Mungkin saat ini ia sedang butuh waktu untuk menenangkan diri. Jadi Stefani pun tidak melanjutkan pertanyaan. Namun ia akan menunggu putranya itu tu menjelaskan tentang permasalahannya di lain hari.

"Ya sudah. Segeralah membersihkan diri lalu istirahat. Nanti saat makan malam tiba, mama akan ke atas," ujar Stefani berusaha bijak.

Nathan pun mengangguk, lalu ia segera naik ke lantai atas dimana kamarnya berada.

Setibanya di dalam kamar, tanpa mempedulikan kanan dan kirinya, Nathan langsung masuk ke kamar mandi dan menyalakan shower kemudian mengguyur seluruh tubuhnya tanpa melepaskan pakaiannya sama sekali. Isak tangis Nathan pun pecah. Tubuhnya merosot ke lantai lalu ia memukul-mukul lantai dengan kepalan tangannya tanpa mempedulikan tangannya yang kini sudah memar bahkan ada yang sudah mengeluarkan darah.

"Kamu memang brengsekkk, Nath. Kamu memang laki-laki bajingaan. Lihat, akibat ulahmu, Bunga jadi begitu membencimu. Karena ulahmu, masa depan perempuan yang kamu cintai hancur. Hidupnya penuh penderitaan pun putrimu. Hidup mereka menyedihkan. Putrimu tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Hidup mereka menderita. Tak memiliki keluarga. Bunga ... maafkan aku. Putri ... maafkan ayah, nak. Maafkan ayahmu yang bajingaan ini. Bagaimana caranya agar aku bisa menebus semua kesalahanku. Aku mohon Tuhan, tolong bantu aku. Aku mohon," raungnya penuh penyesalan.

...***...

"Mas, aku ke atas dulu ya, panggil Nathan," ujar Stefani pada sang suami, Alan.

Alan pun mengangguk, "iya, sayang," sahut Alan sambil tersenyum manis. Kini ia sudah duduk di meja makan untuk menikmati makan malam mereka.

Tok tok tok ...

"Nath, Nathan," panggil Stefani namun tak ada respon sama sekali. Ia pun memutar kenop pintu dan membuka pintu kamar itu. Gelap. Tak ada penerangan sama sekali. Stefani pun meraba dinding mencari stopkontak dan menyalakan lampu kamar putranya itu. Dilihatnya ternyata Nathan sedang bergelung selimut dengan mata terpejam.

"Nathan, bangun nak. Kita makan malam dulu, yuk. Papa udah nungguin di bawah, " ujar Stefani sambil menepuk pundak sang putra.

Nathan pun membuka matanya, "Nathan nggak lapar, Ma. Mama dan papa makan duluan aja. Kalau Nathan lapar, nanti Nathan bisa ambil sendiri kok," ujar Nathan serak seraya mengulas senyum tanpa memalingkan wajahnya ke arah sang ibu.

Dari suaranya, sangat jelas kalau putranya ibu baru saja menangis. Bahkan ia bisa melihat kelopak matanya yang sedikit membengkak dengan hidung yang memerah. Batin Stefani bertanya-tanya, sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan putranya?

"Baiklah. Tapi ingat, kalau lapar, jangan tunda-tunda untuk makan. Mama nggak mau kalau kamu sampai jatuh sakit," ujar Stefani memperingatkan.

Nathan pun melirik sang ibu seraya mengangguk.

"Nathan-nya mana, Ma? Kok nggak ikutan turun?" tanya Alan heran.

Stefani mengulas senyum sendu, "katanya belum lapar, Mas," jawab Stefani sambil mengambilkan nasi beserta lauk-pauknya untuk sang suami.

Melihat raut wajah tak biasa pada istrinya, Alan pun menggenggam tangannya sambil memintanya duduk di sampingnya.

"Ada apa? Sebenarnya apa yang terjadi? Kok wajah kamu ditekuk gini, sayang," tanya Alan penasaran sambil mengusap punggung tangan Stefani dengan ibu jarinya.

"Mama juga nggak tahu, mas. Nathan kayaknya sedang punya masalah yang cukup berat. Bahkan mama bisa melihat, dia sepertinya baru saja menangis. Mama khawatir melihatnya seperti itu, mas. Mama nggak pernah melihat Nathan bersikap seperti itu sebelumnya. Nathan kayaknya sedih banget. Mama jadi penasaran, siapa dan apa masalahnya sampai bisa buat Nathan bersedih seperti itu?" gumamnya lirih.

"Apa dia memiliki kekasih? Kalau iya, bisa saja itu karena kekasihnya. Mungkin mereka bertengkar atau terjadi sesuatu membuat Nathan sedih."

"Mama juga kurang tau, mas. Setahu mama, nggak ada deh. Tapi ... mama ingat, tempo hari sepulangnya Nathan dari luar negeri, tiba-tiba aja Nathan tanya, ada nggak yang pernah cariin dia. Terus mama ingat tuh, saat kita anterin Nathan ke bandara, emang ada yang pernah datang, anak perempuan gitu. Karena Nathan nggak ada, dia langsung pergi," ujar Stefani teringat pertanyaan Nathan beberapa waktu yang lalu.

"Benarkah? Apa ada hubungan dengan anak perempuan itu ya, mas?" gumam Stefani bertanya-tanya.

"Papa juga nggak tahu, Ma. Kita doakan saja semoga semuanya baik-baik saja, ya sayang. Kamu nggak usah terlalu banyak pikiran. Mas nggak mau kamu sampai sakit," ujar Alan sambil mengusap puncak kepala Stefani. Meskipun usia pernikahan mereka tak lagi muda, tapi perasaan cinta mereka tetap sama seperti awal mereka menjalin kasih.

"Aamiin, Mas. Semoga ya! Mama nggak tega lihat putra kita kayak gitu," sahut Stefani lirih.

...***...

"Put, kita makan yuk, sayang!" bujuk Bunga sambil mengusap surai Putri yang sedang berbaring di tempat tidurnya sambil memeluk balon Doraemon yang sudah tidak bisa terbang lagi dan bandana pemberian Nathan. Putri bergeming di tempatnya. Matanya tampak basah, jelas sekali Putri pasti baru saja kembali menangis.

"Sayang, kok diem aja! Putri marah sama mama?" tanya Bunga lagi karena tidak mendapat respon Putri.

Tapi Putri menggeleng, "Putri nggak lapar, Ma," lirih Putri membuat batin Bunga kian perih dan menyesali kata-katanya siang tadi. ia yakin, Putri tengah kecewa dengan sikapnya yang menghalanginya bertemu dengan ayah biologisnya.

"Tapi sayang ... duh, sayang, badan kamu panas. Kamu demam lagi," seru Bunga panik saat tangannya menyentuh dagu Putri yang panas.

Bunga pun bergegas mengambil air hangat lalu mengompres dahi Putri. Kemudian ia mengambil nasi yang ia sedikit lumatkan dengan sendok dan diberi kuah sup untuk mempermudah Putri mengunyahnya.

"Makan ya, nak! Terus minum obat!"

Namun Putri kekeh menolak membuat Bunga frustasi sendiri.

"Sayang, mama mohon makan ya! Maafkan mama udah marah-marah sama Putri tadi. Maafkan mama, mama mohon kamu makan ya! Putri sayang mama kan?" Bunga terus membujuk lalu Putri mengangguk. "Kalau Putri sayang mama, mama mohon makan ya!" bujuk Bunya yang sudah meneteskan air mata.

"Ma, Putri mau papa," ucapnya lirih sambil mengunyah nasi yang masuk ke dalam mulutnya.

'Maafkan mama sayang. Maaf!' batin Bunga bermonolog. Ia kini merasa serba salah. Di satu sisi ia tak tega melihat Putri yang begitu terpukul karena dilarang bertemu ayahnya, tapi di sisi lain egonya masih meraja. Rasa sakit hati dan kecewa masih bercokol di benaknya. Takkan mungkin ia bisa memaafkan Nathan begitu saja setelah apa yang ia lakukan dan apa yang ia alami selama ini. Haruskah ia berdamai dengan keadaan? Tapi kenapa rasanya ... ia belum mampu. Ia masih butuh waktu. Tapi, bagaimana dengan Putri? Ia harap, esok Putri susah baik-baik saja. Hanya itu harapnya.

Keesokan harinya, ternyata tubuh Putri masih saja panas. Bunga sampai menghubungi Niko untuk izin tidak membuka konter karena Putri yang masih sakit. Semalam juga Putri makan dikit sekali. Alhasil, Putri bukan hanya demam, tapi tubuh sangat lemah membuat Bunga benar-benar cemas.

Tok tok tok ...

Saat sedang mengganti pakaian Putri, tiba-tiba pintu rumahnya diketuk dari luar. Bunga pun bergegas membukakannya.

Deg ...

Mata Bunga seketika membola saat melihat sosok yang paling ingin dihindarinya justru tengah berdiri menjulang tinggi di hadapannya.

"Bunga," lirih Nathan. Pakaian Nathan memang rapi namun tidak dengan wajahnya yang sangat berbanding terbalik dengan penampilannya. Lingkar mata yang sedikit gelap dan sorot mata yang memerah menyiratkan luka juga kurang istirahat. Bunga bergeming di tempatnya. Hingga seruan gadis kecil yang entah sejak kapan telah berada di belakangnya menyentak lamunannya.

"Papa," seru Putri riang. "Papa, Putri kangen papa. Papa, jangan pergi lagi," rengek Putri.

Nathan yang melihat kedatangan sang Putri langsung merentangkan tangannya. Putri pun segera berhambur ke dalam pelukan Nathan membuat Bunga benar-benar mematung di tempat.

"Iya, sayang. Papa nggak akan pergi. Papa juga kangen sama Putri. Duh, Putri demam ya? Badan Putri panas. Udah minum obat?" cecar Nathan panik saat merasakan hawa panas menguar dari tubuh Putri. Saat ia menyentuh tubuh Putri pun, ia merasakan panasnya cukup tinggi.

Putri menggeleng.

"Makan dulu ya, terus minum obat. Nih, papa bawa bubur ayam sama donat, Putri mau?" ucap Nathan sambil mengangkat paper bag berisi donat dan sebuah kantong berisi bubur ayam.

Putri mengangguk antusias, " tapi papa suapin ya!"

Sontak saja, Nathan mematung. Ia mau saja menyuapi Putri, tapi apakah Bunga mengizinkannya?

Nathan pun mendongak seakan meminta persetujuan melalu isyarat mata. Bunga menghela nafasnya, lalu mempersilahkan Nathan untuk masuk. Kali ini, ia berusaha menekan egonya demi anaknya. Ia terpaksa mengalah, hanya demi Putri. Ia tak ingin, Putri makin sakit saat ia kembali menjauhkannya dengan ayahnya.

Nathan pun tersenyum lebar, saat Bunga memberinya jalan agar ia dapat masuk ke dalam rumah mungil itu. Pun Putri, ia sontak saja berseru kegirangan karena akhirnya bisa merasa makan disuapi sang ayah.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

1
Nethy Sunny
dasar pa broto dosen kurang akhlak benci ke anak sendiri sampe segitunya itu takdir woy
Suryani
nyesek banget Thor😭😭😭😭😭😭😭
Anonymous
Menguras air mataku😭😭😭
Anonymous
Luar biasa
mbak mimin
pernah bc,😭😭😭😭ttp nangis
Nurhayati
Ya ALLah BeneR2 nie CeriTa Ampe MenYenTuh HaTi aqooh yg PaLing daLam😭😭😭
Nurhayati
PasTi TeMen2 na SMU na
Kenzi Kenzi
gmn klo misalkan obat e ki tali pusat baby sekandung... buruan nikah
Kenzi Kenzi
niko ma. kia
Kenzi Kenzi
kanker darah
Rahayu Dewihandayani
enak banget jadi laki2, udah gak nanggung beban selama bertahun2,, datang2 cuman bilang maaf doang,,
Kenzi Kenzi
papa nath
Ros Sita
masa masa suram yang harus di lalui hamil tanpa suami
Kenzi Kenzi
melahirkan kembar kah,
Kenzi Kenzi
tau2.....
Nofia
Luar biasa
Nanda Kitt
mewek kejer thor 😭😭😭
Djenab Purwaningsih
Luar biasa
Dyah Oktina
👏👏👏👏👏👏😍akhirnya happy end..
Dyah Oktina
ih.... gemesh deh sm author. .. 🤭🤗🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!