Setelah sepuluh tahun menjanda setelah pernikahan kedua, Ratna dihadapkan oleh perilaku tak terduga dari anak tiri yang ia rawat. Setelah menikah dengan Dirli, Amora mengusir Ratna dari rumah peninggalan ayahnya (suami Ratna).
Suatu hari, ia bertemu dengan seorang pria tua memakai jaket ojek online. Pria bernama Robin itu melihat ketulusan Ratna yang menolong orang yang tak dikenal. Dengan lantang ia mengajak Ratna menikah.
Dalam pernikahan ketiga ini, ia baru sadar, banyak hal yang dirahasiakan oleh suami barunya, yang mengaku sebagai tukang ojek ini.
Rahasia apakah yang disembunyikan Robin? Apakah dalam Pernikahan yang Ketiga dalam usia lanjut ini, rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada konflik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Suami Baru Penuh Rahasia
Tiba-tiba, Ratna merasa kedinginan dan menyadari ada yang menarik selimutnya.
"Siapa itu?" tanya Ratna setengah sadar.
Tanpa menjawab pertanyaan Ratna, Robin kembali menarik selimut tebal tersebut ikut masuk ke dalamnya memeluk Ratna menyandarkan kepalanya pada sang istri.
"Kamu jangan bergerak. Aku mengantuk dan pusing," bisiknya.
Ratna akhirnya sadar, sekarang ia telah menjadi istri seorang Robin. Dan, pria yang pergi tanpa pamit itu sedang mendekap tubuhnya tanpa memberikan jarak sedikit pun.
Napasnya telah bergerak naik turun dengan teratur. Itu menandakan bahwa dirinya benar-benar telah larut dalam lelapnya.
Ratna membuka mata dan memperhatikan pria yang rambutnya telah memutih ini. Wajahnya begitu dekat, hanya sejengkal dari wajahnya sendiri. Cahaya remang dari jendela cukup untuk memperlihatkan sosok itu dengan jelas.
Wajah Robin memancarkan kharisma yang tenang namun kuat. Rambut peraknya tersisir rapi, memberi kesan dewasa dan bijaksana. Sorot matanya yang kini tertutup dalam lelap, masih tetap menyisakan jejak ketegasan yang kadang membuat Ratna merasa kecil hati.
Ada gurat halus di sudut matanya, bukan karena lelah, melainkan karena hidup yang panjang dan mungkin, banyak hal yang belum ia ketahui tentang Robin ini.
Kini, tanpa jaket hijau lusuhnya yang terbiasa dikenakan di saat mereka bersama, Robin terlihat begitu berbeda. Dengan kaus polos dan wajah polos dalam tidur, tak ada lagi kesan pria jalanan. Ia tampak … nyaris elegan. Seperti seseorang dari dunia yang bukan milik Ratna.
Senyuman pada bibir yang samar di sela tidur, mampu membuat dada Ratna terasa aneh. Bukan sebuah senyum pria untuk menggoda wanitanya, tapi senyum milik seseorang yang lelah menahan rindu.
"Apa sebenarnya yang kamu sembunyikan dariku?" bisik Ratna pelan, nyaris tak terdengar.
Robin tak memberi jawaban, hanya menarik Ratna semakin lekat dalam dekapannya.
"Bagaimana ini? Pakaian ku tak ada satu pun, pakaianmu pun tak kutemukan. Bagaimana cara kita menghadiri undangan mertua Amora?" gumamnya memainkan jemari di semburat-semburat garis halus di wajah Robin.
"Sepertinya di saat muda dulu banyak sekali wanita yang mungkin mengejar-ngejarmu. Tapi kenapa tak satu pun yang mampu membuatmu terlepas dari masa lajangmu? Malah memilihku dan bersedia menjadi orang ketiga dalam hidupku."
"Apakah hari ini tak perlu membuka warung?"
Yang terdengar hanya suara napas teratur yang semakin lama semakin keras. Ratna terkekeh geli. Amarah yang tadi malam ditinggal sendiri telah meluap begitu saja.
"Ternyata, kamu benar-benar sudah tua ya, Pak Ojek?" Ratna pun mencoba bangkit.
Ia tersadar harus menyiapkan sesuatu untuk di makan, membuat dirinya memaksa bangkit tetapi dekapan erat Robin membuat ia sulit untuk lepas. Akhirnya ia berhasil lepas, tetapi handuk yang melilit dirinya tertinggal dalam pelukan Robin.
"Huuufftt, setelah sekian lama sendiri, aku kembali tak terbiasa dengan kehidupan dalam berpasangan."
Setelah itu ia mencari pakaian ia kenakan seharian kemarin, dengan terpaksa memasangnya kembali karena memang tak memiliki yang lain.
Ratna menuju dapur kecil yang ada di bagian belakang. Bibir Ratna seketika tersenyum melihat bagian minimalis tetapi tampak begitu lengkap. Ia pun segera mengecek kulkas, semua bahan masak mentah dan segar siap untuk diolah.
"Aneh, apa dia sendiri tidak tahu bahan-bahan di dapurnya telah selengkap ini? Jadi, sepertinya dia memang tidak pernah tinggal di sini sebelumnya?"
Sejenak ia merenung kembali. "Nanti saja kutanya. Sepertinya dia kelelahan ngojek semalamam. Setelah itu, aku harus ke kontrakan buat mengambil semua pakaian," ucap Ratna lagi, tanpa beban.
Tak lama kemudian, ia telah bersemangat, menyiapkan nasi goreng, sesuai permintaan suaminya saat memasuki rumah ini. Tangannya yang cekatan, membuatnya tak perlu berlama-lama di dapur dan keinginan suaminya pun telah siap untuk dihidangkan.
Setelah itu, ia ingin melanjutkan keinginan untuk menjemput semua pakaian. Karena takut mengganggu tidur suaminya, Ratna segera pergi tanpa memberitahukan apa-apa kepada Robin.
Beberapa jam kemudian.
Robin mulai terbangun menyadari sudah tak ada lagi guling hangatnya. Ia bangkit sejenak dengan kepala yang masih terasa berat dan mata yang belum sepenuhnya terbuka. Menggapai sisi tempat tidur yang kosong, ia hanya mendapati handuk yang tadi malam melilit tubuh istrinya.
Ia mencium aroma handuk itu. Masih jelas melekat aroma istrinya di sana dan ia masukkan ke dalam pelukan.
Otaknya mulai sedikit bekerja dan membuka lemari. Di sana kosong, tak ada satu pun yang bisa dipakai untuk menggantikan pakaian sejak 24 jam lalu yang masih melekat di tub.uhnya
Rumah ini sungguh terasa sepi. Alis Robin terangkat sebelah. "Dia ke mana? Kenapa sepi begini?"
Robin membuka jendela selebar mungkin, cahaya silau menyambut netranya yang belum siap mendapati cahaya yang tiba-tiba membuat pupilnya mengecil.
"Sudah setinggi ini ternyata."
Kring
Kring
Terdengar suara dering ponsel yang terasa asing dari atas meja rias. Ada perasaan lega menyelinap di hatinya, menyadari sang istri tak pergi meninggalkannya. Sejenak, ia penasaran pada penelepon. Dalam layar pipih itu tertera nama Amora.
"Hmmm, anak itu lagi." Namun, panggilan tak dijawab, lebih fokus pada bagian retak pada ponsel sang istri.
"Ini sepertinya ponsel jadul keluaran lebih dari lima tahun yang lalu," gumamnya.
Panggilan yang tadi telah berhenti, kini berbunyi lagi. Masih dari orang yang sama. Robin menggeser tombol hijau tanpa mengatakan apa-apa.
"Heh, kenapa warungmu belum juga buka? Mas Dirli menjadi uring-uringan menunggu warung itu buka."