Mata kecil itu berpendar melawan rasa bosan di tengah hiruk pikuk orang dewasa, hingga matanya berbinar melihat seorang gadis cantik, terlihat anggun dengan raut keibuan. Ini dia yang di carinya.
Kaki kecilnya melangkah dengan tatapan tak lepas dari gadis bergaun bercorak bunga dengan bagian atas di balut jas berwarna senada dengan warna bunga di gaunnya.
Menarik rok gadis tersebut dan memiringkan wajah dengan mata mengerjap imut.
"Mom.. Kau.. Aku ingin kau menjadi Mommyku.."
"Anak kecil kau bicara apa.. Ayo aku bantu mencari Ibumu.."
"Tidak, Ibuku sudah tiada, dan aku ingin kau yang menjadi Mommy ku."
"Baiklah siapa namamu?."
"Namaku Daren, Daren Mikhael Wilson aku anak dari orang terkenal dan kaya di kota ini, jadi jika kau menikah dengan Daddyku kau tidak akan miskin dan akan hidup senang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TW 29: Guru Daren
Karena insiden kaki Isa yang terkilir Isa tak bisa mengantar Daren ke sekolah, dan karena itu juga Isa dilarang turun dari ranjang dan menginjakan kakinya di lantai, bahkan untuk sarapan saja pelayan mengantarnya langsung ke kamarnya atas perintah Willy.
Isa rasa Willy berlebihan, padahal kakinya sudah lebih baik setelah Willy memijatnya kemarin.
Ya, Willy memijat kakinya..
Isa menepuk pipinya yang terasa panas mengingat kejadian kemarin saat Willy memijat kakinya hingga bunyi 'krek..' itu terdengar Isa sampai berteriak karena rasanya sakit sekali, meski setelah itu dia merasakan lebih baik, tapi tetap saja ada sesuatu yang membuat Isa malu sampai sekarang.
Saat itu Isa yang kaget berteriak kencang hingga membuat Willy jengah lalu membungkam Isa agar diam, jika saja Willy membungkam mulutnya dengan tangan, mungkin Isa akan baik- baik saja. Tapi, pria itu membungkam mulutnya dengan cara menciumnya dan tentu saja tindakan Willy membuat Isa lagi- lagi memerah luar biasa.
Isa terkekeh "Apa- apaan ini." Isa masih tak percaya dengan apa yang terjadi kemarin, dimana secara tiba- tiba Willy mengklaim Isa sebagai miliknya.
Isa menggeleng cepat "Ini konyol, dan tidak nyata, dia pasti hanya mengolok- olok aku." Isa menghela nafasnya lalu melihat ke arah nakas dimana ada makanan yang di bawakan pelayan beberapa waktu lalu.
Isa mendongak saat mendengar pintu kamarnya terbuka tanpa di ketuk terlebih dahulu, siapa lagi pelakunya jika bukan Tuan Willy Si Penguasa. Dasar tidak tahu sopan santun. "Tidak bisakah kau mengetuk pintu sebelum masuk tuan." kata Isa dengan kesal dengan.
"Kenapa memangnya?, lagi pula ini kamar kekasihku aku bebas masuk kapan saja." Pria itu masuk dengan santai dan langsung duduk di tepi ranjang untuk melihat kaki Isa "Sudah lebih baik?" Tanyanya masih meneliti kaki Isa.
"Hmmm." Isa bergumam lirih, wajahnya menunduk tepat saat Willy mengucapkan kata 'kekasih' entah kenapa dia merasa malu.
"Kenapa makanannya belum dimakan?" Willy bertanya, saat melihat makanan Isa masih utuh.
"Aku akan memakannya." Isa meraih nampan tersebut dan meletakkannya di pangkuannya. Saat tangan Isa meraih sendok dan akan menyuapkan makanan tiba- tiba tangan Willy terulur dan menghentikannya.
"Aku akan menyuapimu." Willy mengambil sendok di tangan Isa lalu menyodorkannya kehadapan Isa "Ayo makan!"
"Apa yang kau lakukan!, berikan padaku, aku bisa melakukannya sendiri!" Willy menggeleng saat Isa akan merebut sendok dari tangannya.
Willy dengan keukeh menyodorkan sendok di tangannya, dan mengarahkannya pada mulut Isa, dengan wajah kesal Isa hanya bisa pasrah dan menerima suapan Willy, meski dalam hati Isa berbunga- bunga menerima perhatian Willy. Tapi Isa tak ingin terlihat kentara di depan Willy.
Tak sampai disitu Willy bahkan memastikan Isa memakan sarapannya hingga habis tak bersisa "Tidak aku tidak sanggup lagi, aku sudah kenyang." Isa menggelengkan kepalanya menatap sendok yang Willy sodorkan.
"Ini yang terakhir." Isa mendengus lalu dengan kesal melahap suapan terakhir dari Willy.
"Bagus, sudah habis." Willy meletakkan mangkuk kosong kembali pada nampan.
"Bagaimana jika aku gendut." Isa mengeluh mengingat selama ini dia selalu menjaga pola makannya agar tidak berlebihan, tapi baru saja Willy menyuapinya banyak makanan yang kini habis tak bersisa di nampannya. Isa mengingat dulu Mommynya Monica juga punya masalah dengan berat badannya, dan selama ini Isa selalu menjaga pola makannya agar dia tidak gendut dan tetap memiliki tubuh kecil.
"Sesekali makan banyak tidak akan membuatmu gendut, lagi pula tubuhmu ini terlalu kecil." kata Willy. Pria itu bangun dan merapikan jasnya, bersiap untuk pergi.
Isa mendengus, Willy tak tahu saja mengerikan menjadi gendut, karena tubuh Mommynya yang gendut Daddynya sempat tak perduli pada Mommynya selama tiga tahun, Ya.. Meskipun alasan sebenarnya Marvin melakukan itu bukan karena Monica gendut, tapi tetap saja tidak semua pria seperti Daddynya. Nyatanya banyak pria di luar sana yang memandang wanita dari fisiknya saja.
"Aku berangkat bekerja, ingat jangan lakukan apapun!" Willy menunduk dan mengecup bibir Isa lalu pergi begitu saja meninggalkan Isa yang lagi- lagi tertegun bodoh.
Willy terkekeh saat menutup pintu kamar Isa, mengingat reaksi Isa yang selalu terkejut saat dia menciumnya, apa gadis itu belum juga terbiasa. Jika begitu Willy harus lebih sering melakukannya agar Isa terbiasa, lagi pula Willy tak keberatan mencium Isa setiap saat, sudah Willy bilang bukan bibir Isa itu manis.
Willy terus tersenyum sampai tiba di depan rumah dimana Daren sudah menunggu untuk pergi sekolah.
Daren merengut saat melihat Willy berjalan dengan santai, pria itu bahkan terus tersenyum persis sekali seperti pria yang kasmaran. Ck, mungkin benar Daddynya memang sedang kasmaran.
"Ada apa dengan wajahmu Nak.." tanya Willy saa melihat wajah Daren begitu masam.
Daren melipat tangannya di dada menatap tajam pada Willy. "Kau pergi ke kamar Mom sangat lama, sedangkan aku tidak boleh pergi."
Willy terkekeh lalu mengusak rambut Daren "Itu karena Mommymu perlu istirahat."
"Aku hanya ingin melihat keadaannya." Daren mengeluh, sejak seminggu lalu Isa sibuk entah mengurus apa hingga dia jarang bertemu dan sekarang Mommy Isa- nya justru sakit dan dia masih tak bisa bertemu.
"Setelah pulang kau boleh menemuinya. Ayo kita berangkat!" Daren masih merengut saat pengawal membukakan pintu dan diapun masuk kedalam mobil bersama Willy.
...
Isa merasa bosan duduk di dalam kamar, setelah tadi sempat tertidur Isa membersihkan dirinya dibantu pelayan yang siap sedia membantunya menyiapkan segala sesuatu yang sebenarnya tidak perlu.
Isa bisa melakukannya sendiri, lagi pula kakinya sudah tidak sakit, tapi Willy bersih keras mengurungnya dan menempatkan pelayan untuk memastikan Isa tak melakukan apapun, sampai- sampai untuk urusan mandi saja pelayan itu tak membiarkannya sendiri.
Hari sudah semakin sore dan dari yang Isa tahu ini adalah waktunya Daren pulang, jadi setelah sejak tadi Isa merasa jenuh kini bersemangat kembali.
Isa berjalan penuh semangat menuju lantai satu, niatnya kesana untuk menyambut Daren lalu mereka akan bermain bersama, Isa juga merasa merindukan Daren setelah beberapa hari tak bertemu karena sibuk mengurus kandidat istri untuk Willy.
Saat tiba di ujung tangga Isa mengeryit melihat pelayan membawa sebuah nampan berisi dua gelas jus pergi ke ruang tamu "Apa ada tamu?" tanyanya setelah pelayan kembali dari ruang tamu.
"Oh, Nona guru tuan muda mampir kemari." Isa mengeryit mendengar ucapan pelayan.
Guru Daren, Siapa? Seingatnya Daren tak terlalu akrab dengan guru- gurunya di sekolah, Isa masih berpikir siapa guru Daren yang datang bahkan saat pelayan sudah tidak ada di depannya.
Dengan penasaran Isa berjalan ke arah ruang tamu, setelah melewati ruang keluarga Isa melihat pintu ruang tamu yang terbuka, semakin langkahnya mendekat semakin Isa mengeryit saat mendengar samar- samar suara perempuan dan celotehan Daren.
Isa mengingat- ingat suara siapa yang ada di dalam sana, Isa rasa suara itu bukan suara guru Daren yang Isa kenal.
Langkah Isa semakin dekat dan dengan jelas mendengar obrolan dua manusia beda usia tersebut..
"Apa seperti ini?" terdengar suara Daren menanyakan sesuatu.
"Seharusnya bukan begitu, baiklah biar Ibu ajarkan padamu." Isa tertegun mendengar suara wanita itu dengan jelas. Dan dugaan Isa benar saat dia bisa melihat Daren dan wanita itu duduk bersisian entah sedang melakukan apa.
Clara..
"Oh, Mom." Daren yang lebih dulu menyadari kehadiran Isa yang masih mematung di depan pintu.
Isa tersenyum dan melihat ke arah Clara yang langsung berdiri saat melihatnya "Hallo Nona Isa, aku adalah guru Daren sejak hari ini."
...
Hai terimakasih untuk yang kasih bintang 5, rating novel ini naik lagi🥰
kau dtg kerana urusan bisnes bukan utk urusan hati.. teguh pendirian.. ingat perjanjian