Hana gadis tolaki berparas cantik yg menjadi incaran para pemuda,namun budaya nya yg yg masih sangat kental dengan mistis membuat para lelaki itu menjadi ciut,tapi tidak dengan danu yg mengejar cintanya hingga titik darah penghabisan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Try yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musibah selalu datang
Setahun sudah kak Anwar datang,belum ada keputusan dari markasnya untuk bisa kembali bekerja,mungkin karena statusnya yg dianggap telah meninggal dunia.
Anwarpun mengajakku pindah ke ibukota propinsi,karena disini pun tak punya siapa siapa lagi.papa meninggal beberapa bulan yg lalu.
Hidup dikota yg pernah kutinggali semasa kuliah,sedikit sulit,karena kondisi ekonomi yg kurang.disini segala galanya harus dibeli,tidak seperti di desa.
Kondisi yg tak memadai dengan gajiku yg tergolong kecil,dan tunjangan pemerintah sebagai istri seorang TNI AL yg telah dinyatakan gugur.membuatku sepintar pintarnya mengolah keuangan.
Setelah kelahiran anak keduaku,kak Anwar menderita kanker serviks yg sudah stadium.iapun di vonis dokter,tak bisa bertahan lama lagi.saya menjadi diliputi kesedihan yg mendalam,entah kenapa kesialan selalu menimpaku.
"Kak anwar harus kuat,ingat saya dan kedua anakmu yg masih butuh perhatianmu", ucapku,saat kak Anwar menyatakan dirinya tak lama lagi.
Air mataku sudah mulai merebak,tapi sengaja kutahan,aku ingin terlihat lebih tegar damata kak Anwar,padahal hatiku sudah sedemikian perihnya.
"Maafkan aku Hana,tak bisa menemani hidupmu lagi,tolong jaga anak anak", kak Anwar mengatakan ya dengan kesedihan yg nampak dimatanya yg sudah memerah menahan tangis.
Kudekatkan kedua anakku dan menyatu dalam dekapan kak Anwar yg kian melemah.
Mereka berpelukan dan bertangis tangisan,yg tak kuduga menjadi pelukan yg terakhir diantara kami .
Menjelang subuh, sekitar jam 04.00.kak Anwar menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukanku.
Hatiku hancur tak tersisa,kesedihan yg tak kutahu lagi pangkal ujungnya membuatku terjatuh lunglai memulai kak anwar yg telah tinggal jasad.
"Sabar ya han,ikhlaskan kepergian suamimu", kak vio mengelus punggungku.
Rupanya kak vio setelah mendengar kabar jika kak anwar sekarat,jauh jauh datang menemuiku,ia benar benar sahabat sejati buatku.yang selalu ada disaat suka dan dukaku.
"Kak Vio,apa salahku pada Allah,hingga selalu merenggut orang orang yg kusayangi", ku menangis lirih dalam pelukan kak viona yg menjadi satu satunya orang terdekatku.
Tangisku tak berhenti,hingga tak melihat lagi,siapa siapa yang datang melayat.
Prosesi pemakaman selesai dilaksanakan,satu persatu pelayat pulang kerumah masing masing, kecuali diriku yang masih terpekur dalam lamunan.
Satu-persatu orang orang yang kukasihi pergi tak pernah kembali lagi oleh kematian yang menjadi pemisah antara dua alam yg berbeda.
"Hana,mari kita pulang, ke-dua anakmu sudah menunggu", ujar kak vio yg dari tadi mengajakku pulang.
Dengan langkah gontai ku seret kakiku yg seolah sudah tertancap di bumi karena enggan meninggalkan orang yg paling kucintai ini.
Rasaku bagai hilang terbawa angin,angan anganku melayang tinggi oleh kesedihan yg begitu mendalam.
Ku coba menguatkan hatiku dan tabah menerima kenyataan pada diriku Yg sekarang,tapi rasa sial itu terus menggelayut di benakku.
Kini kujalani hidup,hanya bertiga dengan kedua anakku yg masih kecil tanpa ayah.
Kumencoba bangkit menyulam mimpi, dan semampunya berdiri tegak dibumi yg telah membuatku hidup sebatangkara.
"Hana,saya pulang ke kampung dulu ya", pamit kak vio sambil memelukku,dan terus menguatkan hatiku.
"Terima kasih ya kak,jauh jauh sudah datang menemuiku", ucapku,air mataku mengalir melepas kepergian kak vio yg telah menjadi bagian dari hidupku
