Membalas Sakit Hati Ibu

Membalas Sakit Hati Ibu

Bab 1 Panci Panas

POV SINTA

"Ipah mana makanannya, kami sudah kelaparan di sini!." teriak Nenek kepada Ibu.

Aku yang baru saja pulang dari sekolah menghentikan langkah saat akan masuk rumah, karena mendengar teriakan Nenek. Kemudian berbalik melangkahkan kaki ke rumah Nenek, takut Ibu di sakiti oleh Nenek.

Saat aku sudah masuk ke dalam, di rumah Nenek emang sedang ada acara kumpul keluarga. Karena aku harus sekolah dan kerja kelompok jadi aku tidak bisa membantu Ibu mempersiapkan semua.

Sebenarnya aku khawatir dan berniat untuk bolos sekolah dan membantu Ibu di dapur. Tapi Ibu melarang dan menyuruh ku tetap berangkat sekolah.

Padahal ada Tante Adel yang juga sama menjadi menantu Nenek, Istri dari Om Zainal adik Ayahku yang sedang merantau. Tapi yah Tante Adel mana pernah mengerjakan pekerjaan rumah, dia hanya tahu hp, salon dan shoping. Sungguh manusia yang tak berguna sama sekali.

"Nek, ada apa?. Kenapa Nenek teriak-teriak? sampai terdengar Sinta di luar." tanyaku saat sudah ada di dalam rumah dan menghampiri Nenek.

"Kamu pulang ke sekolah bukannya ucapin salam, malah kurang ajar sama orang tua!." Sinis Tante Adel.

Tuh kan Tante Adel mulai ngajak perang, aku bertanya sama Nenek malah di jawab sama dia. Caper banget!. "Siapa yang kurang ajar Tante, Sinta cuman nanya sama Nenek, kenapa Nenek teriak-teriak." Jawab ku lantang.

Tante Adel memasang wajah jutek sembari mata nya melotot ke arah ku karena aku berani menjawab perkataan nya. Aku tidak mau kalah aku juga membalas pelotottan Tante Adel.

"Ipah cepetan! kok kamu kerja nya lelet banget sih! sudah bagus anak saya Bagas mau nikahin kamu. Udah jelek, hitam, miskin lagi." hina Nenek pada Ibu di depanku dan keluarga besar lainnya.

Tidak ada yang membela Ibu sama sekali, begitu juga dengan Ayah, dia hanya diam saja melihat istri nya di hina oleh Ibu nya sendiri.

"Iyah Bu. Maaf tadi rasa-rasa nya kurang pas. Jadi saya rasa-rasa lagi bumbunya." Jawab Ibu sambil lari tergopoh-gopoh ke arah nenek sembari membawa panci yang terlihat masih panas.

Aku miris melihat penampilan Ibu yang berbeda dengan menantu yang lain. Jika menantu yang lain berpakaian bagus. Namun Ibu hanya memakai daster kumal yang biasa Ibu pakai di rumah, padahal ini acara keluarga besar, sudah jelas Ibu tidak di anggap keluarga.

"Halaaah terus saja membela diri seperti itu. Kamu itu ngaku ajalah kalau kamu itu lelet kerja nya, nggak bisa di andelin. Sini mana biar aku koreksi rasa makanannya. Aku pengen tahu bagaimana rasa masakan kamu sampai kamu membutuhkan waktu cukup lama dan membuat kami semua kelaparan." timpal Tante Adel merebut panci panas dari tangan Ibu.

"Arrggghhh!. Panas." Tante Adel menjerit kepanasan. karena merebut panci panas dari tangan Ibu.

'Syukurin!' jerit ku dalam hati. Padahal harus nya dia tahu kalau panci itu pasti panas karena terlihat sekali bahwa sayur yang di masak Ibu masih sangat panas karena asap nya masih mengepul.

Kalau sudah seperti ini, pasti Ibu yang di salahkan.

"Dasar kurang ajar, kamu sengaja memberikan sayur panas ini kepadaku?, kenapa tidak bilang kalau ini panas, dasar to-lol, otak udang." maki Tante Adel pada Ibuku. Bukannya kebalik' gumam ku merasa aneh mendengar makian Tanteku ini kepada Ibu.

Sebenarnya ini bukan kali pertama aku melihat Ibu di perlakukan seperti ini, sudah sangat sering Ibu di perlakukan sangat kasar, dahulu aku diam dan takut pada Ayah dan Nenek, tapi sekarang kesabaran sudah habis.

"Nah kan! lama-lama si Ipah ini ngelunjak, kamu pasti syirik kan karena kalah cantik dan mulus kayak Adel !, makannya kamu sengaja memberikan sayur yang sangat panas agar Adel punya luka bakar!," hardik Nenek pada Ibu dengan suara lantang.

Lagi-lagi aku melihat sekitar, di sini sekitar ada 10 orang termasuk Ayahku, namun tidak ada yang membela Ibu sama sekali. Meskipun aku yakin mereka tahu kalau Ibu tidak bersalah.

"Bu itu salah Adel, salah dia sendiri kenapa dia main rebut sayur yang aku pegang. Padahal aku memegang ya pun pakai kain tebal, kenapa Adel main rebut begitu saja." Ibu membela diri, mungkin Ibu sudah kesal terus-terusan di salahkan.

"Kurang ajar, bukannya minta maaf malah membela diri. Rasakan ini!."

Plak, tangan Tante Adel lancang menampar pipi Ibu. Melihat kejadian seperti ini aku langsung berjalan menghampiri.

"Berani nya kamu Adel menampar Ibuku!," Aku berteriak sekencang mungkin melihat Ibuku di tampar keras oleh Tante Adel.

Dengan emosi memuncak, aku mengambil panci yang isi nya sayur panas lalu menyiramkan nya ke wajah Tante Adel. Mungkin karena aku sedang emosi panci tidak berasa panas di tanganku.

Byuurrr.

"Arggghhhh tolong ini sangat panas, dasar kamu anak kurang didikan kamu Sinta." teriak Tante Adel. Semua orang yang ada di sini langsung membantu Tante Adel yang menjerit kesakitan, begitu pun dengan Ayah, Ayah terlihat khawatir dengan apa yang terjadi dengan Tante Adel seolah Tante Adel adalah istri nya. Dan Ibu sudah jelas istrinya tapi Ayah cuek saja melihat Ibu di hina-hina.

"Sinta! kamu keterlaluan. Kamu akan mendapatkan pelajaran dari Ayah?, tunggu saja!." ancam Ayah padaku.

"Silahkan aku tunggu. Tapi aku penasaran yang sebenernya jadi istri Ayah itu, Ibu atau Tante Adel sih. Kok Ayah seperti nya khawatir banget sama Tante Adel?." ucapku pada Ayah dengan sinis.

Ayah terlihat mengepalkan tangan menahan emosi kepadaku.

"Sudah jangan dengarkan anakmu yang lahir dari rahim si miskin itu. Sebaiknya bawa Adel ke rumah sakit. Dan untuk kamu Sinta!. Jika terjadi sesuatu pada Tante mu, Nenek pasti kan kamu babak belur di tangan Ayah mu." Ancam Nenek sembari menunjuk wajahku.

"Tidak usah menunjuk-nunjuk aku seperti itu. Aku tidak takut, karena aku akan selalu melindungi Ibu ku. Ayo bu kita pergi dari sini!" Ajak ku kepada Ibu yang seperti menangis ketakutan.

Rumah kami dan rumah Nenek bersebelahan, bisa di bilang Nenek orang berada di wilayah ini. Bahkan tempat tinggal yang sedang kami tempati pun adalah rumah Nenek yang di wariskan untuk Ayah.

"Ibu memang tidak pernah mengajariku kasar kepada orang lain, tapi aku tidak terima jika Ibu di perlakukan seperti itu oleh orang lain. Aku sangat sayang Ibu tak peduli itu tua muda, Nenek atau Ayah sekalipun. Jika mereka lancang kepada Ibu, maka aku tidak akan tinggal diam." ucap ku seraya menangis memegang bahu Ibu.

"Tapi bukan begitu caranya Sinta. Sebentar lagi kamu lulus SMK. Kalau Ayah mu tidak mau membiayai mu kuliah gimana?, Sedangkan Ibu hanya Ibu rumah tangga biasa. Ibu tidak ingin masa depan mu suram." sanggah Ibu.

Betapa mulia nya hati Ibu, sudah berkali-kali di sakiti oleh Nenek dan Ayah tapi masih terus memikirkan anak-anaknya.

"Bu aku tidak ingin kuliah dengan pengorbanan Ibu di injak-injak oleh Ayah dan keluarganya. Toh tidak semua lulusan SMK masa depan nya suram. Percayalah pada Sinta Bu." timpalku memberi pengertian pada Ibu.

Kemudian aku dan Ibu berpelukan dan menangis bersama meratapi nasib yang terus di sakiti oleh Ayah dan keluarga nya.

"Bu!." panggil seseorang dan kemudian kami berdua menoleh ke arah pintu.

.

.

.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Inoy

Inoy

baru baca udh sedih gini cerita nya..🥺

2024-06-05

0

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

cerita yg menarik

2024-05-28

0

Astrid Bakrie S

Astrid Bakrie S

Assalamualaikum mampir ya, kykx ceritanya seru ini

2024-05-22

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Panci Panas
2 Part 2 Melawan Ayah
3 Part 3 Modal Usaha
4 Part 4 Persiapan Jualan
5 Part 5 Hinaan Nenek
6 Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7 Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8 Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9 Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10 Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11 Part 11 Mergokin Ayah
12 Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13 Part 13 Farhan Kecelakaan
14 Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15 Part 15 Ayah kandung Farhan
16 Part 16 Kemarahan Zainal
17 Part 17 Adel bermain api
18 Part 18 Baru Permulaan
19 Part 19 Permintaan Citra
20 Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21 Part 21 Fitnah dari Ayah
22 Part 22 Kesalahpahaman
23 Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24 Part 24 Membodohi Zainal
25 Part 25 Ketahuan
26 Part 26 Kebohongan Bagas
27 Part 27 Pembalasan dari Sinta
28 Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29 Part 29 Keangkuhan Bagas
30 Part 30 Cari Muka
31 Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32 Part 32 Bantuan dari Doni
33 Part 33 Sikap Ayah
34 Part 34 Bertemu Indah
35 Part 35 Bagas Yang Pengecut
36 Part 36 Curiga
37 Part 37 Kurang Aj*r
38 Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39 Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40 Part 39 Air mata Buaya
41 Part 41 Grebek
42 Part 42 Emosi Zainal
43 Part 43 Di Sidang
44 Part 44 Keputusan
45 Part 45 Mengantar Adel
46 Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47 Part 47 Jadi OB
48 Part 48 Di Bully karyawan kantor
49 Part 49 Niat Baik Zainal
50 Part 50 Sia-sia
51 Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52 Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53 Part 53 Nafkah 10 Juta?
54 Part 54 Tidak Tahu Malu
55 Part 55 Farhan mengintip
56 Part 56 Alasan Farhan
57 Part 57 Lastri Keceplosan
58 Part 58 Perlahan Terbongkar
59 Part 59 Pov Adel
60 Part 60 PoV Adel Lagi
61 Part 61 Keributan
62 Part 62 Di ceraikan
63 Part 63 Debat Lagi
64 Part 64 Hutang Lastri
65 Part 65 Di Seret Depkolektor
66 Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67 Part 67 Beberapa bulan kemudian
68 Part 68 Di Grebek Lagi
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71 Rencana sepulang kerja
72 Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73 Bab 73 Sewa Rahim
74 Part 70 Melayat
75 Part 75 Mulai Menuai Karma
76 Bab 76 Drama Lastri
77 Bab 77
78 Bab 78 (TAMAT)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 Panci Panas
2
Part 2 Melawan Ayah
3
Part 3 Modal Usaha
4
Part 4 Persiapan Jualan
5
Part 5 Hinaan Nenek
6
Part 6 Terbongkar nya Perselingkuhan Ayah
7
Part 7 Mengambil Barang Ibu yang di rampas Nenek
8
Part 8 Ayah Mencak-Mencak
9
Part 9 Sup Kaki Sapi Nenek
10
Part 10 Ayah Mabuk-Mabuk lagi
11
Part 11 Mergokin Ayah
12
Part 12 Oleh-oleh dari Kakek
13
Part 13 Farhan Kecelakaan
14
Part 14 Pertemuan Ayah dan Tante Adel
15
Part 15 Ayah kandung Farhan
16
Part 16 Kemarahan Zainal
17
Part 17 Adel bermain api
18
Part 18 Baru Permulaan
19
Part 19 Permintaan Citra
20
Part 20 Pesta Ulang Tahun untuk Mami Citra
21
Part 21 Fitnah dari Ayah
22
Part 22 Kesalahpahaman
23
Part 23 Kebobrokan Bagas dan Adel
24
Part 24 Membodohi Zainal
25
Part 25 Ketahuan
26
Part 26 Kebohongan Bagas
27
Part 27 Pembalasan dari Sinta
28
Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
29
Part 29 Keangkuhan Bagas
30
Part 30 Cari Muka
31
Part 31 Rencana Sarifah untuk Bekerja
32
Part 32 Bantuan dari Doni
33
Part 33 Sikap Ayah
34
Part 34 Bertemu Indah
35
Part 35 Bagas Yang Pengecut
36
Part 36 Curiga
37
Part 37 Kurang Aj*r
38
Part 38 Kecurigaan Mukhlis
39
Part 38 Teleponan di Kamar Mandi
40
Part 39 Air mata Buaya
41
Part 41 Grebek
42
Part 42 Emosi Zainal
43
Part 43 Di Sidang
44
Part 44 Keputusan
45
Part 45 Mengantar Adel
46
Part 46 Rencana Jahat Orang tua Adel
47
Part 47 Jadi OB
48
Part 48 Di Bully karyawan kantor
49
Part 49 Niat Baik Zainal
50
Part 50 Sia-sia
51
Part 51 Di Balik Penurunan Jabatan Bagas
52
Part 52 Hari Pertama sebagai OB
53
Part 53 Nafkah 10 Juta?
54
Part 54 Tidak Tahu Malu
55
Part 55 Farhan mengintip
56
Part 56 Alasan Farhan
57
Part 57 Lastri Keceplosan
58
Part 58 Perlahan Terbongkar
59
Part 59 Pov Adel
60
Part 60 PoV Adel Lagi
61
Part 61 Keributan
62
Part 62 Di ceraikan
63
Part 63 Debat Lagi
64
Part 64 Hutang Lastri
65
Part 65 Di Seret Depkolektor
66
Part 66 Bagas mencekik Mukhlis
67
Part 67 Beberapa bulan kemudian
68
Part 68 Di Grebek Lagi
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71 Rencana sepulang kerja
72
Bab 72 Bagas tertangkap dan Adel yang semakin menjadi
73
Bab 73 Sewa Rahim
74
Part 70 Melayat
75
Part 75 Mulai Menuai Karma
76
Bab 76 Drama Lastri
77
Bab 77
78
Bab 78 (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!