Skandal Sang CEO

Happy Reading.

Axelo mengambil ponselnya, dia harus segera menghubungi sang kakak untuk minta maaf. Axelo akan mengakui semua kesalahannya, kesalahan yang sangat besar dengan menciptakan skandal dengan kakak iparnya.

Malam itu setelah dari rumah utama dan mendapatkan wejangan dari sang Ayah, akhirnya Axelo menyadari jika dia memang tidak bisa lari dan bersembunyi.

Dia pria sejati yang memang sudah seharusnya bertanggung jawab dengan kesalahan yang telah di perbuat. Axelo juga tidak mau jika harus dipisahkan oleh Andara, pria itu sudah terlanjur nyaman dengan keberadaan wanita itu.

"Ayolah bung, kamu pasti bisa!" Gumam pria itu.

Axelo merasa sangat gugup saat akan menghubungi nomor kakaknya. Apa dia sanggup bicara sama Arsya? Tapi kalau dia tidak menyelesaikan masalahnya ini, Axel sudah dipastikan jika dia tidak akan bisa menikah dengan Andara.

Axelo galau, dia merasa begitu pengecut. Seharusnya dia berani mempertanggung jawabkan perbuatannya itu pada Arsya setelah kakaknya tahu perselingkuhan itu. Dia yang memulai semuanya, Axel lah yang menggoda Laura hingga kakak iparnya itu masuk ke dalam perangkap cintanya. Di saat semuanya sudah semakin rumit, pria itu dengan gampangnya memutuskan hubungan dengan Laura dan meminta anda untuk menikah dengannya hanya sebagai tameng.

Axelo bahkan tidak memikirkan bagaimana perasaan Laura pada saat itu, dimana kakak iparnya tersebut tidak ingin melepaskan dirinya.

Sebenarnya Axelo sudah memberikan peringatan kepada Laura jika mereka harus mengakhiri hubungan terlarang itu, tetapi saat itu Laura sudah begitu mencintainya, sehingga sangat sulit untuk terlepas darinya.

Ya Allah, kenapa jadi seperti ini, padahal aku sudah berniat untuk mengakhiri hubunganku dengan Laura, berharap jika Arsya tidak pernah tahu dengan skandal itu, tapi ternyata Engkau berkata lain. Mungkin dengan cara seperti inilah Engkau menyadarkan ku, jika suatu obsesi atau keinginan untuk memiliki yang bukan miliknya tidak akan pernah berakhir bahagia. Yang ada hanya akan menyisakan penyesalan dan kesengsaraan yang luar biasa. Batin Axelo.

Axelo berdoa agar dia diberi kekuatan untuk bisa menghadapi Arsya dan meminta maaf kepada kakaknya tersebut.

Akhirnya pria itu mendial nomor Arsya yang sepertinya sudah aktif karena notifikasi chat nya sudah masuk centang dua abu-abu. Itu berarti jika Arsya sudah menghidupkan ponselnya kembali.

Axelo langsung menekan tombol panggil dan dalam diri keempat panggilannya pun diangkat.

"Halo, ada apa?"

Axelo menelan ludahnya kasar ketika mendengar suara Arsya sungguh dia tidak menyangka jika panggilannya kali ini akan diangkat oleh kakaknya itu.

"Ha-halo ... Arysa, aku mau minta maaf yang sebesar-besarnya sama kamu, bisa kita bertemu, aku ingin minta maaf secara langsung padamu."

Hening beberapa detik, sepertinya Arsya sedang menimang-nimang dan berpikir apakah dia akan menerima permintaan Axelo untuk bertemu.

"Baiklah, besok temui aku di cafe milikku, jam 9 pagi, aku harap kamu tepat waktu!"

Setelah mengatakan itu Arsya menutup panggilannya. Axelo menghela nafas lega, ternyata kakaknya masih mau untuk ditemui. Dia akan meminta maaf dan mengatakan yang sejujurnya jika selama ini dia hanya obsesi dengan istrinya itu.

Bahkan sekarang hubungan keduanya sudah berpisah karena Axelo sadar jika apa yang dia lakukan dengan Laura adalah kesalahan besar.

Setelah Axelo menghubungi Arsya, pria itu tersenyum lebar, dia akan menghubungi Andara dan memberitahukan kepada wanita itu jika Arsya sudah bisa dihubungi dan mereka besok akan bertemu. Tapi saat akan mendial nomor Andara tiba-tiba dia urungkan. "Aku akan menemuinya saja, seharian ini aku tidak bertemu dengannya," gumam pria itu.

Akhirnya Axelo memutuskan untuk pergi ke rumah Andara, rasanya rindunya begitu memuncak hari ini. Tidak bertemu Andara sehari saja rasanya seperti lama sekali. Entah Axelo sadar atau tidak kalau sepertinya dia mulai ada rasa terhadap Andara.

Tidak membutuhkan waktu lama, dia akhirnya sampai di depan rumah Andara yang tidak terlalu besar itu. Axelo tadi sempat mampir untuk membeli beberapa camilan di swalayan yang ada di gedung apartemennya.

Axelo keluar dari dalam mobil dan membawa paper bag berisi cemilan yang dia beli tadi. Namun, langkahnya terhenti kala dia melihat ada sebuah motor matic di depan rumah Andara. Itu bukan motor Andara karena warnanya merah hitam.

Saat Axelo sampai di depan pintu, dia mendengar suara teriakan dan jeritan dari dalam.

"Pergi!!!! jangan berani menemui kami!! ambil semua ini, kami tidak memerlukannya!"

"Papa mohon Dara, Papa minta maaf!"

"Enak sekali anda minta maaf dan ingin kembali bersama kami setelah anda di buang oleh wanita itu!"

PYAR!!

Axelo terlonjak kaget saat mendengar suara barang seperti gelas di banting.

Ini tidak bisa dibiarkan, Axelo takut terjadi apa-apa dengan Andara, saat pria itu akan memegang handle pintu, tiba-tiba pintu terbuka dan melihat Andara yang membukanya sudah penuh dengan air mata.

"Pak, bawa aku pergi dari sini!" Andara menarik tangan Axelo untuk segera keluar dari rumah itu.

Axelo menurut, badannya tertarik ke depan tapi wajahnya menoleh kebelakang. Axelo bisa melihat Ibu Andara sudah menangis sambil dirangkul pria paruh baya yang ia kira adalah Ayah dari Andara.

Bersambung.