Kevin Darmawan pria berusia 32 tahun, ia seorang pengusaha muda yang sangat sukses di ibukota. Kevin sangat berwibawa dan dingin ,namun sikapnya tersebut membuat para wanita cantik sangat terpesona dengan kegagahan dan ketampanannya. Banyak wanita yang mendekatinya namun tidak sekalipun Kevin mau menggubris mereka.
Suatu hari Kevin terpaksa kembali ke kampung halamannya karena mendapat kabar jika kakeknya sedang sakit. Dengan setengah hati, Kevin Darmawan memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, Desa Melati, sebuah tempat kecil yang penuh kenangan masa kecilnya. Sudah hampir sepuluh tahun ia meninggalkan desa itu, fokus mengejar karier dan membangun bisnisnya hingga menjadi salah satu pengusaha muda yang diperhitungkan di ibukota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian Kevin
Kevin yang duduk di kursi belakang hanya menatap kosong ke luar jendela, memperhatikan sosok Alya dari kejauhan. Setiap langkah kecil gadis itu seolah menyayat hatinya lebih dalam.Ia merasa bersalah tidak bisa memenuhi janji pada kakeknya.
Kevin terus saja melihat bagaimana Alya menggenggam erat tas kecil di tangannya, menunduk melawan angin malam yang dingin.
Bane sesekali melirik Kevin melalui kaca spion, menahan keingintahuannya. Ia bisa merasakan ketegangan aneh di dalam mobil itu, namun tetap memilih diam, hanya mengikuti perintah.
"Ikuti dia... tapi jangan terlalu dekat," ujar Kevin tiba-tiba, suaranya berat. Bane mengangguk kecil, tanpa berani bertanya.
Sementara itu, Alya berhenti di sebuah minimarket kecil di sudut jalan. Ia masuk ke dalam, memilih beberapa barang sederhana, mie instan, sebungkus roti, dan satu botol air mineral. Tangannya sempat ragu mengambil beberapa bahan lain, namun akhirnya ia mengurungkan niatnya. Ia sadar, uangnya sangat terbatas.
Dari dalam mobil, Kevin memperhatikan semuanya. Melihat bagaimana Alya menahan diri, bagaimana ia berhitung dengan cermat di depan kasir. Dadanya semakin sesak.
"Dia bertahan sendirian seperti ini..." bisik Kevin pada dirinya sendiri, penuh sesal.
Tak lama, Alya keluar dari minimarket, memeluk erat plastik belanjaannya, lalu melanjutkan berjalan kaki menuju tempat tinggalnya. Ia tidak tahu, setiap langkahnya kini diawasi oleh tatapan seseorang yang begitu menyesal karenanya.
Kevin mengepalkan tangannya. Ingin rasanya ia turun dan menawarkan bantuan. Tapi ia tahu, Alya pasti menolak, bahkan mungkin akan semakin menjauh jika ia memaksa.
Ia memejamkan mata sejenak, menyusun rencana dalam pikirannya.
"Bane."
"Ya, Tuan?"
"Besok, cari tahu semua tentang kehidupannya .semua detailnya," perintah Kevin.
"Baik, Tuan," jawab Bane cepat, meski dalam hatinya bertambah penasaran siapa sebenarnya Alya bagi majikannya itu.
Sementara itu, Alya akhirnya tiba di kamar kecilnya yang tidak terlalu luas. Ia meletakkan plastik belanjaan di meja lusuh di pojokan, lalu duduk di ranjangnya yang berderit. Hujan kembali turun di luar, membasahi jendela yang berdebu.
Alya memeluk lututnya, menatap kosong ke arah jendela. Pikirannya melayang pada saat semuanya belum seberat ini.Namun ia segera menggelengkan kepala, menepis semua kenangan masa lalunya bersama kakek Daniel.
"Aku sudah berjanji pada diriku sendiri," gumamnya pelan.
"Aku tidak akan bergantung pada siapa pun lagi."
Meski hatinya terasa hampa, ia tahu, satu-satunya yang bisa ia andalkan sekarang hanyalah dirinya sendiri. Di luar sana, kehidupan terus berjalan.
***
Keesokan paginya,Andy datang lebih awal ke tokonya. Dari kejauhan ia tersenyum simpul melihat Alya sudah sibuk menata bunga-bunga dagangannya.
" Pagi, Alya."sapa Andy.
Alya tersenyum singkat dan juga merasa aneh seketika melihat Andy sudah tiba di sana.
"Pagi." sahutnya.
Andy memberikan sebuah bungkusan kecil yang ia bawa. Namun dari kejauhan sorot mata tajam menatap interaksi diantara mereka.Kevin sejak malam tadi sudah berada di tempat itu. Setelah sampai di hotel ,kevin tidak bisa tidur, ia terus saja memikirkan Alya. Bagaimana gadis itu bisa tinggal di tempat itu.
Sementara Bane tertidur lelap di kamarnya Ia tidak mengetahui jika majikannya meninggalkan kamar hotel sendirian.Dengan langkah ringan, Andy menyerahkan bungkusan kecil itu kepada Alya.
"Ini... aku tadi lewat toko roti, sekalian beli buatmu," kata Andy sambil tersenyum ramah.
Alya sempat ragu, memandang bungkusan itu sejenak sebelum akhirnya menerimanya dengan pelan.
"Terima kasih, Andy... tapi lain kali tak usah repot-repot. Aku sudah membeli semua kebutuhanku malam tadi." ujarnya dengan suara pelan.
Andy hanya tertawa kecil.
"Tidak repot. Aku hanya ingin kau sarapan dulu sebelum mulai bekerja."
Dari kejauhan, Kevin yang mengawasi dari balik kaca mobilnya, mengepalkan tangan di pangkuannya. Ada rasa tak nyaman menguasai dirinya. Tanpa ia sadari,ia merasa cemburu melihat Alya begitu dekat dengan pria lain dan itu membuat dadanya terasa panas.
"Apa ini? Kenapa terasa sesak sekali?." batin Kevin sambil memukuli dadanya.
Sementara itu, Bane yang baru bangun kesiangan, panik mendapati Kevin tidak ada di hotel. Ia segera menghubungi ponsel majikannya, namun tak diangkat. Tanpa pikir panjang, ia bergegas mencari Kevin, mengikuti instingnya menuju toko bunga tempat Alya bekerja.
Saat Bane akhirnya menemukan mobil Kevin terparkir tak jauh dari situ, ia hanya bisa menghela napas lega dan juga bingung. Melihat Kevin yang terus memandangi toko itu dengan tatapan dalam, Bane akhirnya memberanikan diri mengetuk jendela mobil. Kevin menoleh sekilas, lalu menurunkan kaca jendela.
"Ada apa?" tanyanya datar.
"Tuan... Anda pergi tanpa memberitahu saya. Maafkan saya ,Tuan." jawab Bane setengah gugup.
Kevin hanya mendengus pendek, lalu kembali menatap ke arah Alya.
"Bane... kau sudah cari tahu tentang dia?" tanya Kevin tiba-tiba.
Bane mengangguk cepat.
"Sudah, Tuan. Dia tinggal di toko bunga itu Dia bekerja di toko bunga ini. Pria itu merupakan pemilik toko bunga itu. Namanya Andy."
Kevin terdiam,ada gemuruh di dadanya mendengar Bane menyebut pria yang ada bersama Alya.
"Apakah dia sudah menikah?."
Bane mengernyit,lalu ia menjelaskan jika pria itu bernama Andy dan pria itu masih lajang. Mendengar penjelasan Bane membuat Kevin semakin memanas.
"Lalu,,,apalagi yang kau tau?."
Bane terdiam sejenak sebelum akhirnya ia kembali memberitahukan apa yang ia ketahui,
"Tuan,gadis itu hidup sendiri ,ia tak memiliki siapapun."
Kevin memejamkan mata sesaat, menahan rasa perih di dadanya. Ia telah mengingkari janjinya kepada kakeknya untuk menjaga Alya sebelum kakeknya meninggal dunia.
"Apa yang telah aku lakukan?" gumam Kevin lirih, lebih kepada dirinya sendiri.
Bane menunduk, tak berani mengomentari.Kevin membuka mata, sorot matanya kini lebih tajam, penuh tekad.
"Aku ingin kau atur sesuatu, Bane. Pastikan hidupnya sedikit lebih mudah... tanpa membuatnya curiga," ucap Kevin pelan tapi pasti.
Bane mengerutkan dahi. "Maksud Tuan?"
"Bantu dia... secara tidak langsung. Entah bagaimana caranya. Misalnya, pastikan toko ini dapat lebih banyak pelanggan. Pastikan dia dapat bonus lebih. Atau... pastikan si pemilik toko ini untuk memberikan tempat tinggal yang layak untuknya."
Bane terbelalak kecil, tapi segera mengangguk patuh.
"Baik, Tuan. Saya akan mengaturnya."
Kevin menghela napas berat, kemudian kembali menatap Alya, yang kini sedang tertawa kecil mendengar cerita Andy tawa kecil yang meskipun samar, tetap membuat hatinya bergetar.
"Setidaknya... aku bisa melakukan sesuatu untukmu dari kejauhan," pikir Kevin pilu.
Kevin langsung meminta Bane untuk kembali ke hotel. Kali ini ia akan menemui Dimas untuk membicarakan pekerjaannya. Ia rak ingin membuat rekannya merasa kecewa.
Sementara di sisi lain, Kevin tidak tahu... rencana sederhananya ini mungkin justru akan membuka luka lama Alya lebih lebar terutama jika Alya tahu dari siapa sebenarnya 'keberuntungan' kecil itu datang.
Cinta datang tanpa qta sadari,, dia tumbuh d dlm hati dlm kelembutan dan kasih sayang...,, bila kau memaksanya utk tumbuh dan d sertai dgn ancaman atwpun kebohongan ,, cinta itu akan berbalik menjauhimu.... Jangan lakukan sesuatu yang akan semakin membuatmu menyesal lebih dalam lagi tuan Kevin.
Tapi,, ga ap2 sih biarlah semua mengalir apa adanya,, biar waktu yg akan mengajarkan kedewasaan,, kebijaksanaan dan kesabaran serta keikhlasan utk Alya dan tuan Kevin. Karna aq yakin...,, mau kemana pun kaki melangkah,, dia tetap tau dimana rumahnya,, kemana pun hati akan berselancar,, dia akan tetap tau dimana rumah utk kembali.
Trus,, pelan2 dekati alyanya...,, jangan maksa2....,, ntar Alya kabur lagi.
Tapi,, Alya jangan mau d ajak pulang sama tuan Kevin yaaa,, Krn masih ad si ular Soraya d rumah.