NovelToon NovelToon
Ayo Kita Cerai, Suamiku!

Ayo Kita Cerai, Suamiku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: YoungLady

Selama lima tahun pernikahan, Niken dan Damar tampak seperti pasangan sempurna di mata semua orang. Di balik senyum yang mereka pamerkan, ada luka yang mereka sembunyikan—ketidakmampuan untuk memiliki anak. Niken tetap bertahan, meski setiap bisikan tajam dari keluarga mertua dan orang sekitar menusuk hatinya.

Hingga badai besar datang menghantam. Seorang wanita bernama Tania, dengan perut yang mulai membuncit, muncul di depan rumah mereka membawa kabar yang mengguncang, dia adalah selingkuhan Damar dan sedang mengandung darah dagingnya. Dunia Niken seketika runtuh. Suami yang selama ini ia percayai sepenuh hati ternyata menusuknya dari belakang.

Terseret rasa malu dan hancur, Niken tetap berdiri tegak. Demi menjaga nama baik Damar dan keluarganya, ia dengan pahit mengizinkan Damar menikahi Tania secara siri. Tapi ketegarannya hanya bertahan sebentar. Saat rasa sakit itu tak tertahankan lagi, Niken mengambil keputusan yang mengguncang. Ia memutuskan untuk bercerai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoungLady, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Jarum jam sudah menunjuk angka sebelas malam ketika suara deru mesin mobil terdengar di depan rumah. Tak lama kemudian, pintu depan terbuka kasar dan terbanting dengan keras. Tania masuk dengan langkah terburu, wajahnya muram. Ia menendang pintu hingga tertutup kembali, lalu melempar tas tangannya ke sofa dengan kasar.

Dari dalam kamar, Damar keluar dengan wajah tegang.

“Ini jam berapa, Tania?” tegurnya keras. “Sudah pulang larut, masih berani ngamuk-ngamuk segala. Kau pikir ini hotel?!”

Tania tak menjawab. Matanya memerah, napasnya memburu. Ia menarik ponsel dari sakunya dan melemparnya ke meja. Layar menyala, menampilkan sebuah foto: Niken—mantan istri Damar—tersenyum lebar dalam pelukan seorang pria muda tampan. Pria itu memeluk pinggang Niken erat, keduanya tampak bahagia di sebuah café mewah.

“Lihat!” Tania membentak. “Lihat baik-baik, Damar!”

Damar mendekat, menatap layar ponsel itu. Matanya menyipit. Rahangnya mengeras, tapi dia menarik napas panjang, menahan amarah yang mulai membara.

“Dan kenapa aku harus peduli soal mereka?” tanyanya dingin.

Tania tertawa sinis, hampir seperti menangis. “Kenapa hidup Bu Niken selalu lebih baik dari hidupku? Dulu dia kamu ceraikan, sekarang dia dapat bujang tampan, kaya, perhatian. Sedangkan aku? Aku di sini, hidup dalam bayang-bayangmu!”

“Tania...”

“Kenapa harus Niken, hah?! Kenapa bukan aku yang dapat keberuntungan itu?!”

Damar menatap Tania tajam, suaranya kini lebih dingin dari sebelumnya. “Jadi... kau menyesal jadi istriku?”

Pertanyaan itu membuat Tania terdiam. Matanya membelalak, menyadari ucapannya tadi terlalu jauh.

“Bukan begitu maksudku... Damar, aku tidak menyesal... sungguh,” katanya pelan, suaranya mulai melembut.

Tapi Damar hanya menggeleng. “Kamu tahu, Tan... kau terlalu tamak. Kau lupa bersyukur. Lihat hidupmu sekarang. Kau punya rumah, punya suami yang kerja keras buatmu, makan cukup, tidur enak. Di luar sana banyak orang tidak punya semua itu.”

Tania menunduk. Diam. Kata-kata Damar menamparnya tanpa menyentuh kulit.

“Jangan bandingkan hidupmu terus-terusan dengan orang lain. Kau tidak tahu apa yang mereka bayar untuk bahagia. Termasuk Niken,” lanjut Damar, nadanya kini lebih tenang, tapi tetap tajam.

Tania meneteskan air mata. Tapi Damar tak memedulikan itu. Ia mengambil jaketnya, mengenakan sandal, dan berjalan menuju pintu.

“Kau mau ke mana?” tanya Tania lirih.

“Keluar. Daripada aku makin marah dan nyakitin kamu dengan kata-kata,” jawab Damar sebelum menutup pintu di belakangnya.

Tania terduduk di sofa. Ponsel di depannya masih menyala, memperlihatkan senyum lebar Niken bersama prianya. Tapi di balik senyum itu, siapa yang tahu luka seperti apa yang pernah disembunyikan?

Air mata Tania jatuh, kali ini bukan karena cemburu... tapi karena malu.

***

Pagi baru saja berganti sore ketika Tania membawa secangkir kopi ke ruang tamu. Aroma robusta yang harum memenuhi ruangan. Damar duduk di bangku panjang, masih dengan ekspresi dingin sejak semalam. Tangan kirinya memijit pelipis, tubuhnya menegang oleh amarah yang belum reda.

Dengan langkah pelan, Tania mendekat, meletakkan cangkir itu di meja kecil di hadapan suaminya.

“Ini kopi kesukaanmu… tanpa gula, dengan sedikit krim,” ucapnya lirih.

Damar tak langsung menyahut, matanya hanya menatap kosong ke depan. Tapi dia tidak menolak.

Tania kemudian berlutut di sisi bangkunya, tangannya mulai memijit pundak Damar dengan gerakan lembut dan penuh kasih. Damar masih diam, tapi tarikan napasnya mulai lebih teratur.

“Maaf…” bisik Tania. “Semalam aku keterlaluan. Aku tidak seharusnya marah seperti itu... Aku cuma capek. Tapi tetap saja itu bukan alasan.”

Damar melirik ke bawah, matanya menyorotkan luka yang masih mengendap.

Tania menunduk, lalu dengan lembut mengelus perutnya yang mulai membuncit. “Aku juga harus lebih tenang, demi dia…”

Damar menatap perut itu sejenak, lalu menarik napas dalam. Perlahan, ia mengangkat tangan Tania dan menggenggamnya.

“Aku juga bukan suami yang sempurna, Tan,” gumam Damar. “Tapi mendengar kau bicara seperti itu… rasanya seperti ditusuk.”

“Aku tahu,” balas Tania cepat, suaranya gemetar. “Makanya aku minta maaf. Aku tidak pernah menyesal jadi istrimu. Aku cuma manusia... kadang terlalu iri, kadang lupa bersyukur.”

Damar memejamkan mata sejenak. “Kamu tahu aku tuh... kalau sedang marah, cuma bisa reda kalau kau menenangkan dengan cara itu.”

Tania tersenyum kecil. “Makanya sekarang aku manja-manjain, biar mas Damar jadi lembek lagi.”

Damar mengerling ke arahnya, akhirnya tersenyum juga. “Kau tahu caranya...”

Tania mendekat, menyandarkan kepalanya di dada Damar. Detak jantung suaminya perlahan menenangkan hatinya sendiri. Damar memeluknya, mengecup ubun-ubunnya dengan lembut.

“Boleh tidak, malam ini... kita dekat lagi?” bisiknya pelan.

Tania tertawa kecil, memandangnya geli. “Mas, aku sedang hamil…”

“Tapi kan masih bisa... jalan lain,” jawab Damar cepat, matanya berbinar seperti anak kecil minta permen.

Tania mencubit pelan pinggang suaminya. “Tidak ada kapok-kapok ya.”

“Laki-laki normal, Tan… punya istri secantik kamu, ya wajar kalau suka nempel terus.”

Tania mencium pipi Damar dan mengangguk pelan. “Oke. Tapi pelan-pelan. Dan harus janji... habis itu, Mas yang mijitin aku, ya?”

Damar tertawa dan memeluk Tania lebih erat. “Deal. Selama kamu tetap di sisiku, semua marahku bisa hilang.”

Di ruang tamu yang hangat itu, dua hati yang sempat saling melukai kini kembali terikat dalam pelukan. Bukan karena sempurna, tapi karena saling memilih untuk bertahan.

Bersambung....

1
Rahmawati
wow maskawin nya gk kaleng-kaleng, semoga dilancarkan sampai hari pernikahan
partini
mas kawin boleh apa aja yg utama itu loh yg di bawah kalau ga ada mah aneh 😂😂😂
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺
🥰🥰🥰
Rahmawati
Tania jg diperalat neneknya
Rahmawati
bagus ceritanya
Rahmawati
baru dua hari loh pacarannya, udah di lamar aja
Rahmawati
semoga ortu Bastian berubah pikiran dan menerima niken sbg calon mantu
Rahmawati
td salah ketik nama, yg ngobrol dengan Bastian masak Tania thor
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺: terimakasih atas koreksinya. author keder, sudah di revisi ya😂🙏😘
total 1 replies
Rahmawati
Bastian pasti ada rasa nih sm niken makanya mau bantu niken
Rahmawati
ini nih tipe perempuannya yg gk mau dia ajak berjuang, maunya langsung sukses
Rahmawati
jgn ke pede an km damar,, gk mgkin niken ngemis minta rujuk sm km
Daneen
Semangat Thomas
Azizah Hazli
Luar biasa
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺
terimakasih🙏
Rahmawati
km masih muda Tania seharusnya km bisa bekerja keras agar gk hidup susah
Rahmawati
ternyata damar cuma numpang dirumah niken
Rahmawati
aku mampir Thor
Daneen
Kapok lu damar
Uba Muhammad Al-varo
bagus
Vien Habib
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!