Setan apa yang telah merasuki suamiku. Dengan teganya ia bermain dibelakangku. Terlebih didalam kamar yang sering aku dan suamiku memadu kasih.
Aku buka perlahan knop pintu itu. Dan untungnya tidak terkunci. Perlahan aku melangkah. Namun aku dikejutkan dengan dua sosok manusia yang sedang berada dalam satu selimut. Aku mendekat. Aku tarik rambut perempuan itu. Tak peduli ia merasakan kesakitan atas perlakuanku.
Dan sejak saat itu. Aku Ajeng Shafanina akan membalaskan atas luka yang mereka torehkan kedalam hatiku. Dan aku akan buktikan bahwa aku pun bisa tanpanya. Tanpa seorang Yudha Mahardika, suami yang tak tau diri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faza Nihaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Abian Kerumah Ajeng
Pagi sekali Ajeng bangun lalu sholat subuh, dilanjut dengan membersihkan seluruh ruangan, setelah itu ia membuat sarapan untuk semua orang yang ada dirumahnya.
Sus Rini pun turun dan turut membantu majikannya. Ajeng sama sekali tak masalah dengan semua rutinitas yang setiap hari selalu ia kerjakan.
Padahal Sus Rini selalu meminta Ajeng biar ia saja yang mengerjakan semuanya namun bukan Ajeng namanya jika ia diam saja.
Gaji pun sekarang sama seperti kemarin saat masih berada dirumah Yudha, karena Ajeng sekarang sudah mampu secara finansial. Ruko miliknya semakin ramai apalagi setelah rancangan dari Luthfan ada disana.
Bahkan Ajeng pun sudah membeli bangunan kosong yang akan disulap menjadi sebuah butik.
Hasna bangun dan keluar. Lantas ia pun kedapur, matanya langsung menangkap sosok perempuan yang sangat cekatan itu. Sampai Hasna mengulum senyum dan mendekat.
"Rajin sekali ibu anak satu ini." puji Hasna dan Ajeng menoleh. "Kamu sudah bangun?" tanya Ajeng.
"Iya, maaf ya aku gak bantuin kamu dari tadi, aku lelah banget, semalam kerepotan saat melayani para customer soal masalah rambut." papar Hasna.
"Ya gak papa lah Na, mending tidur lagi aja sana, biar nanti kalau sarapan sudah selesai aku bangunin." kata Ajeng sambil terus membuat sarapan. Ia memasak nasi goreng ayam suir kesukaan putrinya.
"Nggak ah, disini aja. Aku bantuin buatin minum deh." kata Hasna.
Lalu mereka berdua kompak membuat sarapan, dan setelah selesai, makanan pun akan dihidangkan diatas meja. Dan Qeera sudah terlihat duduk disana.
"Anak bunda sudah bangun." sapa Ajeng sambil membawa makanan lalu menaruhnya diatas meja.
"Bunda aku lapar." keluh sang anak.
"Iya sayang, bunda udah buatin nasi goreng ayam suir kesukaan kamu. Ayo kita makan sama-sama." kata Ajeng.
Ajeng, Qeera, Hasna juga Sus Rini, mereka sarapan bersama tak lupa membaca do'a terlebih dahulu.
Setelah usai. Mereka membersihkan diri secara bergantian. Karena kamar mandinya hanya ada satu. setelahnya mereka bersiap untuk aktifitas masing-masing.
Qeera masih libur sekolah karena belum masuk tahun ajaran baru. Ia akan tetap dirumah bersama pengasuhnya. Dan Hasna seperti biasa ia akan ke salon miliknya, begitu juga Ajeng. Ia pun akan ke ruko terlebih dahulu sebelum mengunjungi bangunan kosong yang ia beli.
Ajeng dan Hasna masuk kedalam mobil, lalu melaju meninggalkan kediaman Ajeng.
"Kamu gak kepikiran buat beli mobil baru? Bukan maksudku gak mau nganter kamu kemanapun, tapi kan kalau punya mobil terasa mudah mau kemanapun." ujar Hasna sambil menyetir.
"Aku juga lagi mikirin soal itu sih, kalau soal uang sih Alhamdulillahh ada, tapi ... Aku mau buka usaha baru." jawab Ajeng.
"Waahh... Usaha apa tuh? Apa tanah yang waktu itu kamu beli? disitu tempatnya?" tanya Hasna sesekali menoleh karena sambil menyetir. Dan Ajeng pun mengangguk.
"Usaha kecil-kecilan sih! Aku mau buka usaha butik."
"Kupikir tanah itu buat bangun rumah." kata Hasna.
"Rumah mah udah ada, ngapain bikin lagi."
"Terus, gak beli mobil nih?"
"Kayaknya nanti aja deh."
Sepanjang perjalanan mereka berdua terus membahas usaha butik yang akan Ajeng buat. Hingga tak terasa mobil pun sudah sampai di depan ruko. Lantas dua sahabat itu saling berpamitan.
Ajeng masuk sebentar kedalam ruko dan mengecek semua barang disana. Ia melihat salah satu rancangan baju miliknya berderet disana. Dan disampingnya rancangan baju milik Luthfan.
"Bu, tadi ada seseorang yang menanyakan baju itu, katanya baju itu hasil rancangan siapa, bagus banget kata orang itu." ujar Zia saat mendekat pada majikannya dan Ajeng menoleh.
"Serius kamu? Ada yang suka rancangan baju saya?" tanya Ajeng senang.
"Iya bu, katanya dia mau ketemu sama yang buat baju itu, dan saya bilang tadi, kalau yang buatnya yaitu ibu pemilik ruko ini." papar Zia.
"Tarus dia bilang apalagi?"
"Katanya sih hari ini mau datang kesini, mungkin nanti siang."
"Kalau nanti siang, saya gak bisa. Saya ada urusan soalnya. Bilang saja ya nanti kalau dia datang kesini lagi." kata Ajeng.
"Baik bu." jawab Zia mengangguk sopan.
Sementara dirumah, Abian sendiri mendatangi kediaman Ajeng, ia membawa beberapa mainan kesana.
Saat tiba didepan rumahnya, ia pun turun dan melangkah mendekati pintu, lalu diketuk.
Saat ketukan ketiga kali, pintu pun dibuka oleh pengasuh.
"Maaf Pak, Bu Ajengnya gak ada disini." ujar pengasuh mengangguk sopan.
ia sudah hafal pada wajah Abian karena kemarin menemani Qeera saat menyusul Ajeng ke ruko dan kebetulan ada Abian disana.
"Gak papa, saya kesini mau ketemu Qeera kok." kata Abian.
"Ohh, yasudah, silakan masuk Pak." titah pengasuh.
Abian pun masuk dan mengedarkan pandangannya pada setiap sudut ruangan dirumah itu, terlihat sangat sederhana, tak ada satu barang mewahpun disana. Hanya ada satu guci antik peninggalan almarhum kedua orangtua Ajeng.
Dan di dinding terpampang foto Ajeng bersama kedua orangtuanya. Abian mendekat dan menyentuh foto itu.
"Matamu mirip sama ayahmu ternyata, begitu teduh tapi tajam, membuat aku yang melihatnya gak bisa melupakan tatapan itu. Juga Senyummu mirip sekali sama ibumu. Sama-sama cantik." gumamnya sambil tersenyum.
"Om Abian." sapa Qeera setengah berlari ke arah Abian. Membuat Abian menoleh.
"Om Abian kapan datang?" tanya Qeera yang langsung memeluk kaki Abian karena sedang berdiri. Dan pelukan itu dilerai oleh Abian lalu duduk mensejajarkan tinggi anak itu.
"Baru datang kok." jawab Abian. "Lihat! Om bawa apa." kata Abian sambil memperlihatkan plastik besar yang berisikan beberapa mainan.
Qeera tersenyum dan langsung menerimanya, ia buka dan wajahnya terlihat begitu bahagia.
"Waahh ada boneka berbie kesukaan aku, ini mainan dokter-dokteran, aku kalau udah gede mau jadi dokter ahh. Dan ini? Waahhh ada masak-masakan juga." Qeera sangat senang dan terus tersenyum. "Makasih ya Om baik." ucap Qeera.
"Sama-sama cantik." jawab Abian.
Lalu mereka berdua berpindah ke sofa. Sementara pengasuh membawakan minuman juga cemilan lalu ditaruh diatas meja, setelah itu ia pergi ke belakang, memilih tak bergabung dengan mereka berdua.
"Om, tiga hari lagi aku mau daftar sekolah SD, Om beneran ya antar aku." ujar Qeera.
"Pasti, pasti Om antar kamu. Tapi ... Imbalannya apa nih?" tanya Abian bercanda.
"Om boleh datang kesini kapanpun Om mau." jawab Qeera karena ia menganggapnya itu serius. Membuat Abian senang karena punya kesempatan lebih banyak lagi buat mendekati Ajeng.
Kemudian tak ada obrolan yang berarti diantara mereka berdua, hanya saling canda dan tawa. Hingga tak terasa Abian harus pamit pulang karena sudah hampir satu jam lebih dia disana.
"Om pergi dulu ya?"
"Tapi besok kesini lagi kan Om?"
"Iya, pasti. Kalau begitu Om pamit ya. Assalaamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Abian pun keluar dan menaiki mobilnya lalu melesat menuju kantornya.
Namun saat diperjalanan, ia melihat Luthfan sedang bersama dengan seorang perempuan, dan terlihat sangat serius.
y nma jua lg kesel y bu..
nasib yudha jd apes setelah pisah sma
istri ...
kmu lambat..quien jua suka sma kmu ..
bersukur sdh lepas dri suami mu...