Ig : @emmashu90
Gara-gara salah masuk kamar, Zalfa terpaksa harus bertemu pria asing yang membuatnya kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Kejadian dadakan itu membuatnya batal nikah dan kemudian salah nikah. haduuh
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emma Shu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26.
Zalfa berjalan ke ruangan belakang mengambil air mineral dan dibawa ke ruangan depan, menuangkan airnya ke dalam tiga gelas.
“Minum, Mbak!” Zalfa meneguk satu gelas miliknya.
Atifa yang duduk manis di sofa, langsung menyambar segelas air putih yang disuguhkan dan meneguknya.
Mereka baru saja sampai di rumah setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan.
Zalfa menatap Ismail yang sampai detik ini wajahnya terlihat kusut. Bahkan pria itu belum duduk setelah beberapa menit mereka memasuki rumah, smapai detik ini ia berdiri saja.
“Mas, minum?” tanya Zalfa menunjuk gelas terakhir.
Sekilas saja Ismail menatap gelas itu, kemudian ia menatap wajah Zalfa.
“Zalfa, kau harus menikah dengan Arkhan. Apapun alasannya!” Ismail tidak pernah bisa tidur memikirkan nasib adiknya. Bahkan kini ia masih terlihat sangat resah. Setelah kedua orang tuanya meninggal, dia menyadari telah memikul beban menjadi seorang wali yang sepenuhnya bertanggung jawab untuk Zalfa.
“Mas kan dengar sendiri kalau Arkhan adalah nonmuslim. Bagaimana bisa aku menikah dengannya? Apa Mas mau aku menjadi zina karena itu?” Zalfa tak kalah resah.
Arkhan mendekati adiknya. Kedua lengan kekarnya menyentuh lengan Zalfa, menatap gadis itu dengan penuh nuansa sayang lalu berkata, “Tetaplah kau jaga imanmu. Jangan sampai goyah. Aku akan cari cara supaya Arkhan bisa menikahimu.”
Zalfa terdiam.
“Aku pergi!” Ismail balik badan lalu melenggang menuju pintu.
“Kemana, Mas?” seru Atifa.
“Ke kantor, kerja.”
Atifa beranjak ke kamar.
Sementara Zalfa tertegun melihat kepergian Ismail. Baru saja mereka melewati perjalanan cukup jauh dan tentunya melelahkan, tapi Ismail sudah memutuskan untuk pergi bekerja. Bahkan sepagi ini.
Setengah jam berlalu dan Zalfa masih berdiam di ruangan keluarga tanpa melakukan apapun. Pikirannya sedang keruh. Teringat bagaimana Arkhan menggagahinya, teringat bagaimana pria itu tertidur pulas di sisinya. Dan sekarang pria itu mengaku kalau dia adalah nonmuslim. Tapi namanya sangat islami. Apa benar Arkhan bukanlah seorang muslim? Ah, tidak. Zalfa tidak ingin memikirkan hal itu. Zalfa masih sangat ingin bertemu dengan Faisal, minimal ia membicarakan semua masalah yang telah terjadi. Zalfa masih menaruh harapan pada Faisal. Pria sebaik Faisal pasti akan memahami dan bahkan mungkin masih sangat mengharapkan hubungan mereka tetap berlanjut.
“Zalfa, kutinggal dulu ke kantornya Mas Ismail. Mau nganter makan buat Mas-mu. Aku takut Mas-mu nggak sarapan di jalan. Sejak tadi kan dia belum makan,” ujar Atifa sambil melintasi ruangan dimana Zalfa tengah duduk manis.
Zalfa mengangguk.
Atifa ke dapur meminta rantang yang sudah ia pesan pada Tini, asisten rumah tangga dan membawa rantang tersebut keluar.
Zalfa meraih remot dan menyalakan TV. Salah satu stasiun televisi menayangkan berita yang membuat Zalfa tercengang kaget, salah seorang reporter menyiarkan berita tentang kapal Tampung Perak yang menyeberangi lautan mengangkut penumpang dari Riau menuju pelabuhan Jakarta telah tenggelam. Peristiwa terjadi hari kamis pukul delapan malam waktu setempat.
Kabar itu sontak membuat Zalfa menangis histeris setelah beberapa kali ia menghubungi nomor ponsel Faisal dan hasilnya sama saja, tidak aktif. Zalfa masih tidak percaya dengan kabar itu. Ia terus mengulang panggilan di nomor yang sama.
Media masa, televisi, dan sosial media memberitakan peristiwa yang sama.
“Tidaaaak…!” teriak Zalfa histeris. Ia bersimpuh dengan punggung bergetar sesenggukan.
TBC
dia sdah tanggung jawab dg kesalah fahaman dan banyak berkorban ...ikuti nasehat Ismsil kakakmu