Pelangi adalah gadis kecil yang sangat cantik, wajahnya sempurna dengan gurat timur tengah bercampur India, setidaknya itu yang biasa dikatakan para warga didesanya meski sebenarnya iapun tak tahu pasti mengenai asal usul hingga dirinya memiliki wajah seperti itu, Saat bayi ia ditinggalkan begitu saja didepan pintu sebuah panti asuhan, hujan yang reda seakan menyambut kedatangannya, itulah kenapa ia diberi nama Pelangi.
Ia adalah penghuni panti yang paling lama, ia tinggal selama 16 tahun, meski banyak yang ingin mengadopsinya saat kecil namun semua mengurungkan niatnya tatkala mengetahui jika gadis itu mengalami gangguan Jantung serius sejak lahir.
Dan karena sebuah kesalahpahaman, seorang pemuda kaya dengan julukan casanova berusia 24 tahun, memgambil secara paksa mahkota lambang kesucian gadis malang 16 tahun tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Seperti janjinya pada diri sendiri Daffin memang tidak melakukan apapun pada Pelangi, ia membiarkan gadis itu tertidur dengan dengkuran halus serta cahaya temaran dari lampu tidur yang menerpa wajah cantiknya.
Bobong jika Daffin tidak menginginkan Pelangi dengan jarak sedekat ini, namun lebih baik menjadikan gadis itu sebagai penenangnya dibanding pelampiasan nafsu bejatnya. Ia juga yakin Pelangi adalah seorang gadis yang masih suci. dan Daffin sudah pernah berjanji tidak akan lagi menjadi pria yang mengambil paksa kesucian gadis lainnya.
Berada sedekat ini dengan seorang gadis yang tidak bisa membangkitkan rasa traumanya membuat tidur Daffin lebih nyenyak dari malam malam sebelumnya.
.
.
.
"Jam berapa kau pulang?" Melvin yang baru bangun menghampiri Daffin yang tengah merokok diatas Balkon, padahal ini masih sangat pagi namun pria itu sudah memasukkan berbagai macam racun kedalam tubuhnya.
Jika pria lainnya merokok untuk menghilangkan stress maka tidak begitu bagi Daffin.
Pria yang kini menjabat sebagai CEO Jaxton grup itu akan merokok tatkala ia merasa bahagia.
Dan saking lamanya Melvin bahkan lupa kapan terakhir kali Daffin merokok.
"Entah mungkin pulul 4" Jawab Daffin, ia memang meninggalkan Pelangi yang masih tertidur pukul segitu.
"Kau bahagia karena sudah membuat Pelangi pingsan?" Melvin tersenyum miring, menebak Apa yang membuat Daffin terlihat berbeda. Meski sebenarnya ia tahu Daffin tidak sekejam itu. Ia hanya kesal saja mengapa Pelangi Pingsan didalam mobil Daffin.
"Apa maksudmu?" Daffin yang tengah duduk pada sebuah kursi santai itu menoleh kearah Melvin yang bersandar di kusen pintu seraya mematikan sisa rokoknya.
"Aku bahkan membantu mengolesi salep pada lebamnya" Jelas Daffin sambil menatap tajam Melvin, puluhan tahun mereka berdua hidup berdampingan baru kali ini Daffin melihat tatapan seperti itu dari seorang Melvin yang terkenal dingin kepada wanita.
"Jangan mendekatinya apa lagi melakukan kontak fisik, lakukan pernikahan ini seperti yang kau tulis dalam surat perjanjian. Setelah satu tahun berjalan aku akan membantu Pelangi untuk bercerai sesuai dengan harapanmu"
"Sesuai harapanku?" Daffin mengernyitkan dahinya bingung, mencoba mengingat harapannya sendiri.
"Berselingkuh! aku akan selingkuh dengan Pelangi agar kau bisa bercerai dengannya dan mendapatkan saham 20 persen itu" manik netra Melvin mengatakan jika ia serius dengan ucapannya.
Baru kali ini Melvin menginginkan wanita yang berada disekitar Daffin, dan lebih parahnya ia menginginkan istri dari sepupunya itu.
Daffin tertawa mencemooh, meski ia menahan sesuatu didadanya yang ia pun tak tahu apa, namun Daffin berusaha terlihat biasa saja dan tidak terpengaruh sama sekali dengan ucapan Melvin.
"Sejak kapan?" Daffin mencoba santai namun dengan kepalang tangan mengepal sempurna.
"Entahlah, mungkin sejak pertama melihatnya. Aku merasa ada yang lain dari sorot matanya, ia membuatku merasa selalu ingin melindunginya."Jelas Melvin dengan pandangan menerawang jauh, mengingat betapa baik hati gadis yang bahkan memberikan semua uang didompetnya kepada pencopetnya, meski kala itu Melvin bukan pencopet yang sebenarnya.
"Aku akan mengijinkanmu menyentuhnya nanti saat pernikahanku sudah diujung waktu" ujar Daffin santai, ia tak ingin hubungan dengan Melvin menjadi renggang jika harus meninju wajah sepupu sekaligus asisten pribadinya itu sekarang, karena saat ini Daffin benar benar marah mendengar penuturan Melvin.
'Jangan terlalu berharap Melvin' Daffin membatin.
.
.
.
"Dokter Ayu widiantary?"
"Benar pak, bapak Satria?"
"Iya"
"Silahkan duduk" Ayu mempersilahkan pria yang masih terlihat tampan diusianya yang ke 44 tahun itu, meski dengan sedikit kerutan halus diwajahnya. Untuk duduk disebuah kursi restoran yang sudah mereka sepakati sebagai titik temu untuk membahas mengenai Pelangi dan Dokter Isyana, karena jujur Ayu juga penasaran apa yang sebenarnya terjadi dengan dua orang itu, mengingat ia kehilangan kontak dengan Dokter Isyana setelah kejadian itu.
"Maaf pak seperti yang anda ketahui melalui orang suruhan anda saya juga kehilangan kontak dengan mereka, jadi mungkin informasi uang bisa saya berikan tidak banyak" Ayu memang tidak mebeberkan info apapun kepada orang suruhan Satria mengenai kondisi terakhir pelangi sebelum ia meninggalkannya karena menurutnya itu adalah aib Pelangi. untuk itu ia meminta agar detektif itu mengatur pertemuan langsung dengan Satria.
"Tidak apa apa, sedikit banyaknya informasi yang bisa anda berikan sangat berguna bagi saya"
"Saya rasa sebagai wali Pelangi anda harus tahu hal terakhir yang terjadi pada gadis malang itu"
"Apa maksudnya?" Satria mulai merasakan nyeri dihatinya, ia memang pernah berfikir sesutu yang buruk pasti telah terjadi kepada Pelangi, meski ia tak bisa menebak apa itu.
"4 tahun yang lalu sebelum saya memutuskan meninggalkan desa x, Pelangi ditemukan oleh salah satu warga dengan kondisi yang sangat mengenaskan, seluruh tubuhnya dipenuhi lebam, dan luka menganga di telapak kakinya...ia juga...." Ayu menelan salivanya terlebih dahulu mengamati wajah Satria yang tiba tiba berubah penuh amarah dengan rahang yang mengeras namun air mata yang lolos dari tatapan membunuhnya.
"Apa yang terjadi dengan putriku?" Satria berharap Ayu menyelesaikan ceritanya. Meski sebenarnya ia tak sanggup membayangkan kondisi Pelangi saat itu.
Satria mulai menyalahkan dirinya sendiri.
Huh......Ayu menghela nafas sangat panjang dan berat...awal di Seoul ia selalu memikirkan nasib pelangi, gadis malang yang harus meanggung beban seberat itu dengan kondisi jantung yang seakan menjadi bom waktu didalam tubuhnya.
Ayu tidak tahan untuk tidak mengepalkan tangan tatkala mengingat pria bejat yang sudah tega menodai Pelangi diusia belianya.
"Dia diperkosa" Jawab Ayu singkat, lalu menunduk dalam.
Sedangkan Satria langsung memegang kepala dengan kedua tangannya dan siku yang bertumpu pada meja.
Satria menangis sambil meracau nama pelangi. Tangisannya terdengar sangat menyakitkan sebagaimana tangis seorang Ayah yang seakan melihat putrinya sendiri dikuliti dihadapannya hidup hidup.
"Pelangi putriku"
"Maafkan paman nak"
"Maafkan....."
Ayu tak bisa menghentikan Satria ia membiarkan pria paruh baya itu mengeluarkan kesedihannya meski beberapa pasang mata menatap kearah meja mereka dengan penuh tanda tanya.
😍😍😍😍 pembaca setiaq, mungkin Novel ini beberapa hari kedepan libur dulu, soalnya ada acara nikahan keluarga author bakalan sibuk didapur😁. makasih banyak yang masih setia membaca sampai sekarang ini.
Sdh bergelimang kemewahan...apa salahnya sdkt berbagi dg anak yatim piatu yg diasuh swami & mertuanya sejak bayi
Dtg belakangan tp menyusahkan hati Satria
Langsung cuss lanjut bacanya 🤗