NovelToon NovelToon
Dia Bukan Ayah Pengganti

Dia Bukan Ayah Pengganti

Status: tamat
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Dokter / Menikah dengan Kerabat Mantan / Ayah Darurat / Tamat
Popularitas:2.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Puji170

Naya yakin, dunia tidak akan sekejam ini padanya. Satu malam yang buram, satu kesalahan yang tak seharusnya terjadi, kini mengubah hidupnya selamanya. Ia mengira anak dalam kandungannya adalah milik Zayan—lelaki yang selama ini ia cintai. Namun, Zayan menghilang, meninggalkannya tanpa jejak.

Demi menjaga nama baik keluarga, seseorang yang tak pernah ia duga justru muncul—Arsen Alastair. Paman dari lelaki yang ia cintai. Dingin, tak tersentuh, dan nyaris tak berperasaan.

"Paman tidak perlu merasa bertanggung jawab. Aku bisa membesarkan anak ini sendiri!"

Namun, jawaban Arsen menohok.

"Kamu pikir aku mau? Tidak, Naya. Aku terpaksa!"

Bersama seorang pria yang tak pernah ia cintai, Naya terjebak dalam ikatan tanpa rasa. Apakah Arsen hanya sekadar ayah pengganti bagi anaknya? Bagaimana jika keduanya menyadari bahwa anak ini adalah hasil dari kesalahan satu malam mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 DBAP

Kepala Arsen berdenyut nyeri. Bagaimana mungkin ia bisa merasakan perasaan Naya dan bayinya? Mereka sama sekali tak punya hubungan atau ikatan apa pun dengannya. Dan jika apa yang dikatakan dokter tadi benar… mungkinkah wanita yang pernah tidur dengannya sebulan lalu itu hamil?

Tapi… bagaimana mungkin?

Selama ini, hasil pemeriksaan medis yang pernah ia jalani, kertas resmi berlogo rumah sakit menyatakan bahwa dirinya mandul. Itu sebabnya ia tak pernah berani menjalin hubungan dengan siapa pun. Ia takut mengecewakan pasangannya.

“Garis takdir macam apa ini…” gumamnya lirih, nyaris tak terdengar.

Suara Dito memecah lamunannya, menyelinap seperti duri ke dalam kepalanya yang sudah berat.

“Apa yang kamu pikirkan? Membayangkan hidup bahagia bersama istrimu itu? Menjalani kehidupan layaknya keluarga sempurna?”

Arsen memejamkan mata sesaat, mencoba menahan ledakan yang hampir pecah di kepalanya. Tapi sabarnya sudah menipis.

“Apa kamu nggak bisa menutup mulutmu?” ucapnya tegas dan dingin.

Dito langsung mengangkat tangannya, membuat gestur mulut terkunci. Tapi sorot matanya tetap menatap Arsen, mencoba membaca pikiran temannya. Dalam diam, Dito mulai bertanya-tanya, apakah keputusannya menyuruh Arsen pulang kemarin adalah kesalahan? Wajah sahabatnya itu sekarang bahkan terlihat lebih tegang daripada saat menghadapi operasi tersulit sekalipun.

“Dit…” suara Arsen terdengar pelan, berat, “apa mungkin… setelah divonis mandul, seorang pria tetap bisa membuat wanita hamil?”

Dito mengerutkan kening, lalu duduk lebih tegak. Ia mengamati Arsen dengan serius.

“Secara medis, itu mungkin… tapi jarang banget,” jawabnya perlahan. “Vonis mandul itu bukan berarti nol persen. Kadang, ada kasus di mana sperma sulit bergerak atau jumlahnya sangat sedikit, tapi bukan berarti nggak ada sama sekali. Bisa aja… ada satu yang berhasil. Keajaiban, kalau kamu percaya istilah itu.”

Arsen menarik napas panjang, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Kata-kata Dito justru membuat pikirannya makin kacau.

“Kalau memang itu keajaiban… kenapa harus terjadi sekarang? Dan kenapa dengan cara begini?” bisiknya, lebih pada dirinya sendiri.

Dito hanya diam. Ia tahu, ada hal-hal yang tak bisa dijawab dengan logika.

“Dan kalau memang anak itu… benar ada… dan anakku…” Arsen menghentikan kalimatnya. Tenggorokannya tercekat. Ia belum siap mengucapkan sisa kalimat itu. Bahkan pikirannya pun belum sepenuhnya siap menerima kemungkinannya.

“Sebenarnya, apa yang terjadi? Kamu udah ketemu sama wanita itu?” tanya Dito hati-hati.

Arsen menggeleng pelan. “Nggak ada jejak. Aku bahkan nggak tahu seperti apa dia. Aku sempat berharap dia datang dan meminta pertanggungjawaban, tapi nyatanya… sampai sekarang dia nggak pernah muncul. Dan barusan…”

Ia menggantungkan kalimatnya. Terlalu rumit untuk dijelaskan, terlalu campur aduk untuk ditata dalam kata-kata. Akhirnya, ia hanya berkata, “Ya… aku harus berusaha lebih keras agar bisa menemukannya.”

"Kamu yakin? Kalau sudah ketemu, bagaimana dengan pernikahanmu sekarang ini?" tanya Dito.

"Kamu sangat tahu pernikahan ini, hanya sebatas kata terpaksa. Jika Zayan kembali, aku akan bicara padanya," ucap Arsen sekilas wajah Naya kini terlintas di benaknya, entah mengapa mendengar kata yang ia ucapkan sendiri justru melukai hatinya. Arsen menggeleng pelan.

Namun jauh di dalam dirinya, Arsen tahu. Ia sedang berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa rasa sedih dan bingung yang ia rasakan bukan karena Naya dan bayinya. Tapi karena wanita malam itu dan kemungkinan bahwa wanita itu kini tengah mengandung anaknya. Jika… keajaiban itu benar-benar ada.

Arsen meraih ponselnya, berniat menanyakan di mana Naya berada sekarang. Namun saat layar menyala dan ia membuka daftar kontak, ia baru tersadar.

"Aku bahkan tidak punya nomornya..." gumamnya pelan.

Ia menatap layar kosong itu sejenak, lalu menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak tahu apa pun tentangnya, selain fakta bahwa dia dulu adalah wanita ponakanku, sedang hamil... dan namanya, Naya Savina."

***

Di kampus, Naya hanya bisa berdiri membeku. Awalnya, ia datang dengan niat mengikuti ujian tengah semester. Tapi harapannya runtuh begitu saja. Kini ia justru berada di ruang administrasi, bukan di ruang ujian.

“Nay, kalau kamu belum membayar, tentu saja kamu tidak bisa mengikuti ujian ini,” ucap petugas administrasi dengan nada datar.

Naya mengerjap, mencoba mencerna ucapan itu. “Sa… saya belum membayar, Bu? Tapi… bukankah Ibu saya selalu tepat waktu membayar uang kuliah saya?”

Petugas itu membuka data di layar komputernya lalu mengangguk. “Benar, untuk uang SPP memang sudah lunas sejak bulan lalu. Tapi ini soal pembayaran ujian tertulis dan praktik lapangan sebelum koas. Biayanya belum dibayar.”

Napas Naya tercekat. Suaranya bergetar saat bertanya, “Jadi… saya tidak bisa ikut ujian?”

“Maaf, kami tidak bisa memberikan kartu ujian ataupun mengizinkan kamu masuk ke dalam ruangan ujian sebelum semuanya dilunasi.”

Dengan tangan gemetar, Naya melangkah keluar dari ruang administrasi. Hatinya sesak. Matanya panas. Tapi ia menahan semuanya. Ia butuh jawaban dan hanya satu orang yang bisa memberikannya.

Ia menepi ke sudut lorong kampus yang sepi, lalu mengeluarkan ponsel dari tas. Jarinya gemetar saat menekan nama "Ibu" di layar. Butuh beberapa detik sebelum panggilan tersambung.

"Halo, Nay? Kenapa?" suara Reni terdengar di seberang sana.

Naya menarik napas dalam, mencoba tetap tenang. “Bu... barusan aku nggak bisa ikut ujian. Katanya ada biaya ujian dan praktik yang belum dibayar. Bukannya biasanya Ibu yang urus semua?”

Hening sejenak, lalu suara Reni terdengar tegas, bahkan sedikit dingin.

“Kamu sudah menikah, Nay. Seharusnya sekarang semua jadi tanggung jawab suamimu, bukan Ibu lagi.”

Naya terdiam. Kata-kata itu seperti tamparan. Ia tahu, tapi mendengarnya langsung dari ibunya tetap saja menyakitkan.

“Suamimu nggak kasih nafkah? Kalau memang iya, Ibu bisa datang ke dia sekarang juga. Biar Ibu ajarkan dia.”

Naya tahu betul bagaimana sikap ibunya, tegas dan mudah meledak. Karena itu, ia harus segera mengakhiri pembicaraan ini. Ia tidak ingin ibunya kembali berulah.

“Enggak, Bu. Aku cuma mau memastikan saja, kalau Ibu memang sudah nggak bayar lagi. Soalnya kalau sampai dobel, kampus bisa keenakan, kan,” ucap Naya, berusaha menenangkan.

"Kalau gitu Naya tutup dulu Bu." Belum ada jawaban dari seberang Naya langsung menekan tombol mengakhiri.

Langkah Naya melemah. Ia berjalan seperti hantu, menyusuri lorong kampus yang kini terasa begitu asing dan dingin. Suara riuh para mahasiswa lain yang keluar dari ruang ujian justru membuat dadanya semakin sesak. Ia seharusnya ada di antara mereka, bukan berdiri di luar, sendirian, tanpa kepastian.

Ia menuruni tangga perlahan dan mencari tempat duduk di bawah pohon besar dekat taman kampus. Tempat itu biasanya menenangkan, tapi hari ini, tidak. Tangannya meremas ujung rok, dan perlahan air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan lagi.

"Aku harus apa sekarang..." bisiknya pelan, nyaris tak bersuara.

Tangisnya pecah dalam diam. Ia tak berani menangis keras, takut dilihat, takut dikasihani, takut semakin terlihat lemah. Tapi sakit itu nyata. Rasa ditolak, ditinggalkan, dan diabaikan oleh orang-orang yang selama ini menjadi sandarannya... semuanya menumpuk dan menyesakkan.

Naya membuka dompet. Kosong. Hanya tersisa beberapa lembar receh, bahkan tak cukup untuk ongkos pulang. Ia menggigit bibir, berusaha menahan isak yang nyaris pecah lagi.

Bibirnya bergetar ketika nama Arsen terlintas di kepalanya. Tapi ia segera menggeleng, panik sendiri karena pikirannya sempat mengarah ke lelaki itu.

“Bukan dia… aku nggak bisa… dia pasti bakal makin benci kalau tahu aku repotin,” gumamnya putus asa.

"Seandainya Ayah masih ada, mungkin aku tak akan serapuh ini…" bisik Naya lirih.

Tangannya terulur, seolah ingin menggenggam sesuatu yang tak lagi ada. Ia membayangkan sapu tangan pemberian sang ayah masih berada di sana, hangat, membawa rasa aman. Namun kenyataannya, benda itu telah hilang. Sama seperti kehadiran ayahnya yang kini tinggal kenangan.

“Sekarang… bahkan satu-satunya kenangan yang aku punya pun hilang,” lanjutnya, suara bergetar menahan tangis.

Di saat bersamaan, hatinya mencelos. Ia tak punya siapa-siapa lagi. Tidak ibunya yang kini menarik diri, tidak suaminya yang dingin dan enggan terlibat. Ia hanya seorang mahasiswi yang gagal ikut ujian, seorang istri tanpa pengakuan, dan seorang calon ibu… yang bahkan tak tahu harus makan apa besok.

Tangannya bergerak pelan ke arah perut, mengusapnya dengan gemetar. Matanya basah, suaranya pecah saat akhirnya ia berbisik, “Maaf ya, Nak… Ibu belum bisa jaga kamu dengan baik…”

1
Kimo Miko
ws pokokke jempol kak👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: terimakasih kakak
total 1 replies
Kimo Miko
wkwkwk..... dito panik dikira nisa mau terbang gak tahunya cuma mau teriak biar beban berkurang. ws ayo lak pulang tanggal pernikahanmu sudah dekat dan juga kasihan kakek meskipun dia salah. kakek melakukan itu karena punya alasan sendiri
Kimo Miko
kejar dito... mana tahan ditinggal nisa. ternyata dito bisa bucin juga
Kimo Miko
lanjut thor ..
Kimo Miko
gak komen thor aku sudah ilfil sama mbokne naya.
Kimo Miko
ada rahasia apa🤔
Kimo Miko
emang ada apa sampai naya terbelalak?
Kimo Miko
coba tes DNA ulang nisa. mungkin ada sabotase waktu kamu tes DNA.
Kimo Miko
waduh... data diri naya belum terungkap malah mamke naya kritis piye coba guys?
Kimo Miko
emang enak.... makanya punya mulut di rem gak asal nyolot. yang kamu sentil adalah orang yang gak bisa disentuh. pelajaran buat kamu dara apalagi kamu lagi koas ... pingin gak lulus?
Kimo Miko
dito itu seorang dokter atau intelejen sih. setiap langkahnya selalu jitu hampir tidak ada yang meleset. coba dito selidiki dan kerjasama dengan kakek salim siapa tahu naya adalah cucu kakek salim yang hilang
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: dia keturunan mafia, tapi malah jadi dokter
total 1 replies
Kimo Miko
semoga saja nisa adikmu adalah naya.
Kimo Miko
ya ya ya... bingungkan? kedua duanya sama pentingnya . gimana thor siapa yang lebih penting?
Kimo Miko
segeralah terkuak thor siapa naya sebenarnya. sekarang roki dan zayan memetik buah yang ditanam. terima hasil kerasmu ya pak dan anak
Kimo Miko
ahhhh ..... serasa dunia milik mereka berdua
Kimo Miko
so sweetnya.....
Kimo Miko
aku suka cara arsen jika mengingatkan naya. jika arsen keliru harus selalu diingatkan. itulah yang namanya rumah tangga 👍
Kimo Miko
waduh sekalinya sakit hati si puput gak tanggung tanggung utk menyingkirkan roki secara halus. dan anak semata wayang yang di gadang gadang juga telah mengecewakaannya . genap sudah perasaan sakit kecewa dan hancur. ayan bersiap siaplah kamu dari titik terendah untuk memulainya jalan hidupmu
Kimo Miko
bongkar sekalian put. siapa reok. sudah menghabiskan uang berapa aja si reok.
Kimo Miko
sudah saatnya kelicikan keserakahan bapak dan anak terkuak. dari bicaranya si zayan sudah ketahuan jika anak yang dikandung naya bukan anak arsen hak waris jatuh ditangan zayan. itu kan sudah kelihatan. lanjut thor sudah gak sabar ikut tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!