NovelToon NovelToon
Pedang Dari Masa Depan Jatuh Melalui Sebuah Meteorit

Pedang Dari Masa Depan Jatuh Melalui Sebuah Meteorit

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Mengubah Takdir
Popularitas:46.2k
Nilai: 5
Nama Author: Wafi_Shizukesa

Peristiwa meteorit jatuh yang anehnya hanya bisa dirasakan oleh Yamasaki Zen, seorang pelajar SMA berusia 15 tahun selepas aktivitas belajarnya di sebuah Akademi Matsumoto. Kejanggalan itu membuatnya terkejut dan bingung setelah suara dentuman keras berhasil membuat telinganya kesakitan. Namun anehnya, kedua orang tuanya sama sekali tidak merasakan dampak apa pun.

Di suatu tanah lapang di bukit rendah, dirinya melihat kilau meteorit dari kejauhan. Setelah selesai memeriksa meteorit itu, suatu hal absurd, kini ia menemukan sebuah pedang di dalam meteorit yang sesaat sebelumnya lapisan luarnya telah hancur dengan sendirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wafi_Shizukesa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 015 : Masa Lalu Murakami Tesuba

Bagian 1

“…”

Sudah cukup lama, Yamasaki terdiam setelah mendengar pernyataan .

—Ternyata benar apa yang aku duga.

Wajahnya menunjukkan kepolosan berekspresi.

Namun, itu berbeda jauh jika dibandingkan oleh sesuatu di dalam pikirannya yang tidaklah begitu polos. Sekarang asumsi yang telah dibenamkan dipikirannya sejak dari awal telah terbukti kalau itulah kebenarannya.

“Jadi Anda merupakan ilmuwan yang dirumorkan itu, ya?”

Yamasaki tidak berniat sedikit pun untuk menunjukkan semangat dalam ucapannya.

Malahan, untuk masuk ke dalam hal yang berkaitan tentang “emosi”, Yamasaki merasa kalau dirinya payah jika harus berurusan dengan mereka.

“Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya.”

“Benar seperti dugaanku…”

Yamasaki mencoba untuk mengucapakannya kembali dengan tidak dipikirannya.

“Akan tetapi, saya tidak menyangka kalau saya benar-benar bertemu dengan ilmuwan yang terkenal itu.”

“Terdengar berlebihan kalau kamu menyebut saya terkenal. Saya tidaklah terkenal seperti yang kamu pikirkan. Semua yang saya lakukan tidaklah berbeda, bahkan saya rela jika banyaknya masyarakat di sana mencoba membandingkan saya bersama dengan segelintir orang di luar sana yang memiliki sifat angkuh atas hasil pencapaiannya.”

“Apa maksud Anda?”

“Kamu mungkin melihat atau mengetahui saya dari media yang hanya memperlihatkan sisi positif yang saya lakukan. Namun, tidak dengan sisi buruk yang saya miliki.”

“…”

Di sini, Yamasaki Zen hanya bisa terdiam.

Dirinya ingin tahu, kenapa Tesuba bisa mengatakan hal seperti itu.

“Ketika saya menciptakan mesin hasil ciptaan saya yang saya akui kalau mesin itu suatu saat di masa depan bisa mengubah segalanya. Saya membuat diri saya memandang rendah semua orang yang tidak bisa membuat suatu inovasi yang sama tingkatannya seperti apa yang saya telah buat.”

“…”

“Entah apa yang telah merasuki saya pada saat itu. Sampai pada akhirnya, insiden itupun terjadi…”

.

Di malam hari di sebuah apartemen.

Tepatnya di sebuah ruangan kamar mandi. Di sana, Murakami Tesuba tengah berendam di dalam bak mandinya.

Baru saja dirinya ingin memejamkan kedua matanya dan menikmati hangatnya air bak mandi. Sesuatu berbunyi *kringg… kringgg…* sebuah telepon rumah di dalam kamar mandi terpasang di dinding\, tepatnya di dekat sebuah bak mandi.

Suara itu membuat Murakami tersadar, segera dirinya pun mengangkat telepon yang berbunyi nyaring itu:

“Halo, di sini kediaman Murakami! Dengan siapa saya berbicara?”

(Murakami-san! Kenapa Anda tidak menjawab telepon dari saya?!)

“Kobayashi-san? Saat ini, saya sedang ada di kamar mandi. Ada apa kamu meneleponku di malam yang tenang seperti ini?”

(Murakami-san! Ini, gawat! Perusahaan tempatmu bekerja… itu kebakaran!)

“Apa katamu!?”

(Segeralah datang! Ada sesuatu yang ingin saya beritahu!)

Setelah perkataan dari lawan bicara Murakami Tesuba—Kobayashi lantas menutup paksa panggilan telepon itu.

Lalu kemudian, setelah mendapat pemberitahuan yang mendadak tersebut.

Murakami menyempatkan dirinya untuk diam berpikir, lalu bertanya kepada dirinya sendiri mengenai sebuah kejadian yang telah menimpa dirinya.

***

Pukul 11:00 PM.

Tsukuba, Prefektur Ibaraki.

Belum sampai di titik lokasi yang di tuju.

Murakami Tesuba yang pergi menaiki taksi dalam perjalanannya kini harus terjebak kemacetan karena peristiwa kebakaran gedung itu yang lokasinya berada tepat berpuluh-puluh meter di depan.

“Tolong berhenti di sini saja!”

Setelah melakukan transaksi pembayaran, Murakami segera keluar dari dalam taksi.

Terlihat dirinya berpakaian cukup sederhana.

Dari kejauhan dapat terlihat banyaknya orang-orang yang berkumpul hanya sekadar untuk menyaksikan kebakaran gedung yang dahsyat itu.

Insiden kebakaran itu membuat malam yang seharusnya terang karena sinar bulan dan lampu-lampu jalan. Kini berubah menjadi sesuatu yang terangnya melebihi kedua hal tersebut.

Murakami mengeluarkan ponsel miliknya, lalu dirinya pun berusaha menelepon rekan kerjanya—Kobayashi, seorang pria yang sebelumnya telah menelepon Murakami Tesuba di kamar mandi.

“Halo, Kobayashi-san? Ada di mana kamu saat ini?”

(Saat ini saya sedang ada di gedung keamanan perusahaan. Mau saya jemput saja?)

“Tidak, itu tidak perlu! Kirimkan saja koordinatnya. Biar saya yang akan ke sana!”

Membicarakan tentang gedung keamanan perusahaan.

Singkatnya, gedung itu bukanlah tempat di mana dirinya bekerja. Itu suatu hal yang lain.

***

Setelah cukup lama pergi ke titik koordinat yang dikirimkan oleh rekan kerjanya.

Langkahnya akhirnya terhenti di sebuah gang kecil, tepat berada di depannya, sebuah pintu besi dengan sesuatu seperti panel elektronik kecil terpasang di sampingnya.

Murakami lantas kembali mengeluarkan ponsel miliknya untuk kedua kalinya, melanjutkannya, dirinya pun berusaha menghubungi Kobayashi lewat benda itu.

“Aku sudah sampai di titik lokasi yang kamu berikan.”

(Baiklah, mohon tunggu sebentar!)

Panggilan mereka tiba-tiba terputus, di saat yang bersamaan, pintu besi di hadapannya tiba-tiba saja terbuka dengan sendirinya.

Tanpa pikir panjang, Murakami pun masuk ke dalam tempat itu.

Tempat itu sebenarnya merupakan sebuah gedung dengan beberapa tingkat, yang entah dengan sengaja atau tidak mereka membuatkan sebuah pintu masuk lainnya di gang kecil.

[Selamat datang, di tingkat dasar gedung keamanan New Era Global Technologies of Japan! Selamat menikmati perjalanan Anda dalam menjelajahi fasilitas kami.]

Baru saja beberapa langkah dilakukan.

Sebuah pemberitahuan tiba-tiba berbunyi lewat audio speaker yang entah darimana asalnya.

Pemberitahuan itu tidak lain hanyalah berisi sebuah sambutan kepada pengunjung yang mengunjungi tempat itu. Bahkan setelah dipikirkan kembali, tempat yang seharusnya menjadi tempat yang dirahasiakan dari khalayak umum. Malah secara terbuka mengizinkan kunjungan dari luar karyawan yang bekerja di tempat itu.

Saat Murakami memikirkan itu, dirinya berpendapat kalau seharusnya mereka lebih baik memindahkan gedung keamanannya saja ke tempat yang lebih di rahasiakan dari sebelumnya.

Lebih penting dari itu, seharusnya kata sambutan yang berbunyi sebelumnya tidak ada di sana.

*Zezztt…*

Suara bisik dari sinyal audio berganti.

(Selamat datang saya ucapkan, di gedung keamanan perusahaan New Era Global Technologies of Japan, Murakami-san! Terima kasih, atas kerja kerasnya!)

“Kobayashi-san?”

(Maaf untuk sebelumnya, tetapi, bisakah kamu bertemu dengan saya di tingkat lima gedung ini?)

“…”

Dalam diamnya tanpa respons sedikit pun.

Murakami kemudian segera pergi menuju lift di tempat itu untuk pergi menuju tingkat lima gedung sesuai arahan dari Kobayashi.

*Ting.*

Lalu, setelah cukup lama, pintu lift akhirnya terbuka.

Baru saja Murakami Tesuba melangkahkan kakinya keluar dari dalam lift, “...!” dari kejauhan, Kobayashi Shinki terlihat berjalan di sebuah lorong yang tampak sepi.

Dia pun menghampiri Murakami dan berniat untuk menyambut kedatangannya.

“Sekali lagi saya ucapkan, terima kasih atas kerja kerasnya! Murakami-san!”

“Ya, Anda juga sama! Terima kasih, atas kerja kerasnya! Selain itu, apa yang ingin Anda bicarakan kepada saya? Pembicaraan kali ini, seharusnya ada kaitannya tentang penyebab terbakarnya gedung perusahaan itu, bukan?!”

“Benar! Memang itulah yang ingin saya beritahu kepada Anda!”

“Lalu kenapa?”

“Mohon ikut saya! Ada hal yang ingin—”

Belum selesai Kobayashi menyelesaikan perkataannya sambil hendak berbalik. Murakami berusaha menahan pundaknya, lalu dirinya berkata:

“Tolong jelaskan kepada saya secara singkat, sekarang juga!”

Mendengar permintaan egois itu. Kobayashi pun kembali berbalik lalu dia memberikan jawabannya:

“Baiklah! Kalau itu keinginan Anda. Langsung saja ke topik, insiden kebakaran yang menimpa gedung tempat Anda bekerja diduga terjadi akibat ulah dari suatu kelompok.”

“Suatu kelompok?”

“Benar! Sepertinya, kelompok itu menginginkan mesin canggihmu untuk keperluan mereka. Akan tetapi, kamu saat ini tenang saja. Kepolisian saat ini sedang melakukan pencarian pelaku.”

Kobayashi lantas kembali berbalik, segera dia pun melanjutkan langkahnya.

“Aku tidak akan tenang sebelum pelaku itu berhasil ditangkap segera, tahu.”

Murakami masih terdiam berdiri, dirinya pun berkata dengan nada yang cukup rendah. Setelahnya, Murakami pun segera mengikuti langkah Kobayashi dari belakang.

“Kepolisian… bagaimana dengan kabarnya?”

Saat jarak mereka sudah cukup dekat dalam langkahnya. Murakami bertanya.

“Masih belum ada kabar.”

“…”

Pertanyaan itu dijawab dengan segera.

“Jadi, kita akan pergi kemana?”

“Ruangan kendali kamera pengawas gedung utama! Sejak dari awal, saya ingin sekali Anda melihatnya sendiri.”

Lalu kemudian,

Sesampainya di sana.

“Ah, Kobayashi-san! Terima kasih atas usahanya!”

Lebih jelasnya, mereka berdua memasuki suatu ruangan, seorang pria yang sepertinya bekerja di ruangan itu langsung saja menyapa Kobayashi Shinki saat menyadari kehadirannya. Pria itu sedang duduk di hadapan beberapa layar monitor yang tergantung. Lalu, tindakan pria itu tidak selesai sampai di situ, setelah mengucapkan salam, dirinya pun dengan segera bangun dari duduknya.

“Ya, terima kasih juga atas kerja kerasnya! Jadi, bagaimana dengan pencarian pelaku?”

Kobayashi berseru membalas, dilanjutkan dengan sebuah pertanyaan yang dia lontarkan.

“Untuk saat ini, saya masih belum mendapat kabar dari pihak kepolisian. Selain itu, bukankah Anda… Murakami Tesuba-san?”

“Ya! Saya Murakami Tesuba!”

“Suatu kehormatan bagi saya bisa bertatapan langsung dengan ilmuwan yang telah menciptakan mesin yang dirumorkan bisa mengubah dunia. Senang bisa bertemu dengan Anda!”

“…”

Tidak ada jawaban yang diberikan.

“—Nakano-san! Tolong tunjukkan rekaman ulang kamera pengawas.”

Perkataan yang dilontarkan oleh Kobayashi Shinki seketika itu membuat sang pria yang dipanggil dengan sebutan ‘Nakano’ menjadi tersentak kecil kepalanya.

“Saya mengerti!”

Nakano pun kembali duduk di kursinya.

Dia menggeser perlahan kursor mouse-nya, lalu dilanjut dengan mengetikkan jari-jari tangannya di atas papan ketik untuk mencari dan memutar ulang rekaman kamera pengawas gedung utama sebelum insiden kebakaran.

“Kenapa di sini hanya ada dirimu saja?”

“Hem? Anda berbicara kepada saya?”

“Iya! Saya berbicara kepadamu! Di mana rekanmu yang lain?”

“Soal itu, sebenarnya ada satu orang lagi sih, tetapi, dia izin untuk pulang terlebih dahulu karena suatu urusan.”

“Apa itu? Meninggalkan kewajibannya hanya untuk urusan pribadinya? Tidak bertanggung jawab sekali!”

“Yah, tetapi, dia sudah bekerja keras sih!”

Bersambung...

Next. Chapter 016 : Masa Lalu Murakami Tesuba. Bagian 2.

By, Wafi Shizukesa.

Like dan jadikan favorit novel Author di rak buku kamu ya... salam hangat. 🤗✌️

\==========================

1
Wafi_Shizukesa
syapp!
Not Found
semangat kak 😊❤️
Ananda
sangat keren dan menginspirasi
Hibr 'Azraq
11, 12 sama si Taewoon wkwkwk.
Hibr 'Azraq
Fufufu, Tidak baik menolak rezeki Zen...
Hibr 'Azraq
Anak pintar....
Wafi_Shizukesa
lah, kamu mampir dong 😅
Hibr 'Azraq
gila novelnya keren..! semangat Thorrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!