Callista, wanita muda yang terdampar dipinggir pantai dan ditemukan oleh nelayan bernama Biru.
Saat dia tersadar, dia pura pura amnesia demi bisa tinggal bersama Biru. Bukan tanpa alasan dia melakukannya. Callista merasakan kejanggalan terjadi saat dia terjatuh di laut. Pasalnya, tak ada satupun yang berusaha menolongnya. Bahkan samar samar dia bisa melihat paman dan bibinya tertawa melihatnya tenggelam.
Callista menunggu usianya 21 tahun untuk kembali kerumahnya. Dia akan mengambil alih semua warisan dari kedua orang tuanya yang saat ini ada dibawah kekuasaan paman dan bibinya. Sejak kecelakaan itu, dia baru sadar jika paman dan bibinya tidak tulus menyayanginya selama ini. Mereka hanya mengincar hartanya saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
YANG SEBENARNYA
POV CALLISTA
Dengan perasaan dongkol aku berjalan pulang. Tak kuhiraukan rasa panas dan haus. Tau begini, tadi tak perlu susah payah aku masak hingga jariku terluka. Tak perlu juga panas panas aku berjalan kepantai. Baik tidur atau nonton tv dirumah. Sepanjang jalan aku mengumpati Safa. Tak hanya Safa, kesal juga aku pada Biru.
"Loh kok udah pulang?"
Aku yang sejak tadi berjalan menunduk sambil merobeki daun yang kuambil sembarangan dijalan segera mengangkat wajah.
"Santi." Gumamku yang tak menduga akan bertemu Santi dijalan. Dia membawa keresek besar. Sepertinya sedang keliling menjual ikan asin.
"Cepet banget. Katanya mau makan berdua sama Biru?"
"Gak jadi." Jawabku sinis sambil melemparkan daun yang aku pegang.
"Kenapa?"
Aku menghela nafas lalu menceritakan semuanya pada Santi. Dia terlihat ikutan geram.
"Kurang ajar Safa. Bisa bisanya dia godain suami kamu. Biru juga, keterlaluan banget jadi laki. Marah ya marah, tapi kalau udah menyangkut wanita lain, tak bisa dibenarkan. Ternyata dia ama Mas Gani sama aja, sebelas dua belas. Kamu harus teges jadi istri Cal. Kalau perlu, gak usah dikasih jatah biar nyahok tuh laki. Jangan mau disentuh, suruh tidur diluar. Bikin kesel aja kelakuannya." Geram Santi.
Aku hanya bisa membuang nafas kasar mendengar omelan Santi. Gimana mau gak ngasih jatah, orang tiap hari emang gak ada jatah. Tidur juga gak pernah bareng.
"Kamu mau kemana San?" Tanyaku.
"Jualan ikan asin. Mau ikut?"
"Ya udah aku ikut. Daripada galau dirumah."
...****************...
POV BIRU
Sepulang dari laut, aku langsung membersihkan diri. Teringat makanan yang tadi dibawa Cal, aku segera memanasinya setelah mandi. Aroma gulai ikan asinnya sungguh menggoda selera. Pesat juga perkembangan Cal. Kemarin yang cuma bisa goreng ikan dan telur, sekarang udah pandai bikin gulai. Tapi ngomong ngomong, kenapa aku gak melihat Cal sejak masuk kedalam rumah tadi? Mungkinkah dia sedang tidur sekarang?
Tok tok tok
"Cal, Cal." Aku mengetuk pintu kamar Cal untuk mengajaknya makan bersama. Ini memang masih sore, tapi perutku lapar mencium aroma gulai ikan asin tadi.
Karena tak ada sahutan setelah berkali kali aku panggil, akhirnya aku membuka pintu kamarnya. Kosong, tak ada Calista didalam? Kemana dia? Apa mungkin dirumah Santi?
Setelah hampir gelap dan tak pulang juga, aku menyusul kerumah Santi.
"Cal gak ada disini." Jawaban Santi seketika membuatku terhenyak. Kalau tidak disini, lalu dimana Cal? Setahuku dia cuma kenal keluarga Pak De Saleh disini.
"Tadi dia emang ikutan aku jualan ikan asin. Tapi udah pulang dari tadi." jelasnya. Bersamaan dengan itu, Bu De dan Pak De keluar dari dalam. Suara Santi emang kenceng seperti orang marah marah, tak pelak Bu De dan Pak De ikutan nimbrung.
"Kamu gak tahu dia dimana sekarang?" tanyaku.
"Ya gak tahu. Lagian ngapain nyari dia. Gak usah sok peduli. Tadi aja dicuekin, sekarang sok sok an peduli." Jawab Santi dengan nada ketus.
"Dicuekin gimana?" Tanya Bu De.
"Keponakan ibu ini keterlaluan banget. Tadi Cal bawain dia makanan ke pantai. Eh...boro boro diterima dengan baik, malah disuruh pulang biar dia bisa berduaan sama Safa."
Aku begitu terkejut mendengar omongan Santi. Aku memang nyuruh Cal pulang, tapi bukan untuk berduaan dengan Safa. Aku hanya masih kesal sama dia. Selian itu cuaca juga sangat terik, kasihan dia kalau harus panas panasan dipantai.
"Astagfirullah hal adzim." Seru Bu De sambil memukul lenganku dengan sangat keras. "Sungguh keterlaluan kamu Ru. Kamu itu udah nikah, masih aja berduaan sama Safa. Gak punya malu apa? Kurangnya apa sih Calista, masih aja ngejar Safa."
"Bu_"
Belum sempat aku memberi penjelasan Bu De sudah memotong ucapanku.
"Berapa kali Bu De ngomong. Lupakan Safa. Kalian gak akan dapat restu dari Pak Lurah. Fokuslah pada istrimu, lupakan Safa. Calista itu cantik, baik, meski dia belum bisa masak dan beres beres rumah. Tapi seenggaknya dia mau belajar. Kalau istri belum pinter, sebagai suami, tugas kamu membimbingnya, bukan malah nyari perempuan lain. Bersyukur Ru, bersyukur jadi orang. Dapat istri cantiknya kayak bidadari tapi masih aja ngelirik mantan. Lihat itu kedepan, bukan kebelakang."
Bu De memang paling tidak suka yang namanya perselingkuhan. Gani aja dulu pernah diusir dari rumah karena ketahuan selingkuh sama janda.
Kulihat pak De hanya geleng geleng. Sedangkan Santi, dia malah ikut memojokkanku.
"Cal belajar masak sampai tangannya terluka, berdarah darah. Bukannya dimakan, eh...malah makan masakan wanita lain. Untung Cal sabar, kalau aku, udah aku tenggelemin tuh wanita kelaut. Biar bisanya gak hanya godain buaya darat, tapi sekalian dimakan buaya."
Emang sejak kapan buaya dilaut? ingin aku protes ucapan Santi. Tapi nanti aku malah diomelin habis habisan dua emak emak ini.
"Udah udah. Lebih baik kamu cari istri kamu. Ini udah mau gelap. Dia masih baru disini, takutnya kesasar." Ujar Pak De.
"Bener, cepetan cari." Sahut Gani yang ikutan nimbrung. "Mana istri kamu cantik banget gitu. Gimana kalau ketemu pria gak bener, bisa bisa dia diperkosa."
"Hus." Bu De langsung menabok mulut Gani. "Jangan sembarangan kalau ngomong. Kata kata itu doa."
"Hadeh, Biru yang bikin ulah, kenapa kau ikutan kena tabok juga." Gerutu Gani.
"Ayo Pak De bantu cari. Kamu juga Gan, ayo bantu cari Calista."
Gani terlihat malas dan ogah ogahan. Tapi mana berani dia menolak perintah bapaknya. Terutama saat ada ibunya. Nakal nakal gitu, Gani paling takut sama ibunya.
Kami bertiga langsung berpencar untuk mencari Cal. Gara gara ucapan Gani, pikiranku jadi kacau. Semoga saja tak terjadi sesuatu yang buruk pada Cal. Ya Allah Cal, kamu ada dimana sih?
Aku makin tak tenang saat hari sudah gelap tapi Cal tak juga ketemu. Semoga saja Gani atau Pak De sudah menemukannya.
Aku bernafas lega saat mendapatkan pesan dari Pak de jika Cal ternyata sudah pulang. Langsung aku lajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju rumah.
"Cal, Cal." Panggilku saat kaki ini baru saja menapak lantai rumah. Tak ada sahutan, langsung aku membuka kamarnya. Kulihat dia sedang meringkuk diatas ranjang membelakangiku.
"Cal, kamu darimana?" Tanyaku sambil berjalan mendekatinya.
"Aku capek Ru. Aku mau tidur." Jawabnya datar tanpa membalikkan badan kearahku.
Perasaan kemarin manggilnya Bi, kenapa sekarang Ru lagi? Astaga, kenapa aku malah mikirin hal gak penting kayak gini sih.
"Kamu gak apa apa kan Cal?"
Aku khawatir terjadi hal buruk padanya.
"Gak papa."
Aku lega mendengarnya. Meski jawabannya singkat dan dingin, setidaknya dia baik baik saja.
"Makan dulu yuk. Tadi udah aku panasin gulainya."
"Aku gak lapar."
Yaelah, perasaan kemarin dia yang terus terusan mengajakku makan, kenapa sekarang berbalik gini sih?
"Yakin gak mau makan? Gulai ikan asin buatan kamu enak banget, tadi udah sempat aku cicipin dikit."
"Bukan aku yang masak, tapi Santi."
Aku mengehela nafas sambil menggaruk tengkuk. Belum pernah Cal sedingin ini padaku. Jawabannya juga singkat singkat mulu setiap ku tanya.
"Kamu marah sama aku?"
"Enggak."
Tuh kan singkat lagi. Padahal biasanya dia itu banyak bicara. Sampai sampai aku capek nyuruh dia diam.
"Kalau enggak, kenapa gak mau lihat aku ngomongnya?"
"Ngapain? Kamu juga gak senengkan ngeliat aku? Tadi aja aku diusir biar kamu bisa berduaan sama Safa."
Kayaknya Cal beneran salah paham.
"Aku gak berduaan sama Safa."
"Heleh, gak usah ngeles. Orang aku lihat sendiri. Kamu juga ngusir aku karena mau naik perahu berduaan sama Safa kan?" Nada bicaranya mulai tinggi.
"Aku masih ngerti batasan Cal. Mana mungkin aku naik perahu berduaan sama perempuan saat statusku sudah menikah. Aku tadi nyobain perahu sendirian, bukan sama Safa."
Cal tiba tiba bangun lalu menatapku tajam. Bibirnya mengerucut dan tangannya mengepal. Nafasnya juga terlihat memburu khas orang yang sedang marah.
"Gak usah bohong. Buktinya kamu nyuruh aku pulang biar gak sendirian disana. Itu artinya kamu mau naik perahu sama Safa?"
Aku tertawa ringan melihat ekspresi Cal. Apa dia cemburu, sampai sampai segini marahnya sama aku?
"Ngapain ketawa, ada yang lucu?" Tanyaku ketus. "Kamu dan Safa sama aja. Kalian berdua menetawakanku. Apa dimata kalian aku terlihat sangat bodoh dan menyedihkan?" Serunya dengan mata yang mulai berkaca kaca. Aku tak mengerti kenapa dia sampai seemosional ini?
"Apa aku pernah bilang mau naik perahu sama Safa? Aku nyuruh kamu pulang biar gak sendirian karena Safa mau pulang, bukannya mau ikut denganku naik perahu. Tadi kami sebenarnya bertiga. Ada Mas Ipul sepupunya Safa yang bantuin aku benerin perahu. Makanya Safa tahu kalau aku ada dipantai. Dia nganter makanan buat aku dan Mas Ipul. Tadi kamu lihatkan, ada piring kotor didekat Safa, itu bekas Mas Ipul. Tapi dia pulang duluan karena dapat telepon kalau anaknya jatuh dari sepeda dan minta dibawa ke tukang urut."
Maski aku masih marah padanya, tak mungkin juga aku naik perahu berduaan dengan wanita, apalagi Safa. Bisa bisa ada gosip miring antara kami mengingat pernah ada hubungan diantara kami.
"Gak usah bohong. Buktinya Safa masak makanan kesukaan kamu. Pasti kalian udah janjian."
"Kalau masalah itu aku gak tahu. Tapi yang pasti, kami gak janjian. Dan aku juga gak ngasih tahu dia kalau aku lagi benerin perahu dilaut. Mungkin dia tahu dari Mas Ipul."
Yaelah, kenapa Cal malah nangis sih. Jadi bingungkan aku sekarang.
Lanjutin kaaak pliiiss
Gegara kutinggal lahiran di kampung, katanya tiap malem kangen. Liat wajan, panci, semua peralatan dapur inget aku terus wkwkwk
Udah lama banget nggak nemu novel komedi di sini yang asiik, ceritanya pas dan penulisannya bagus. Kemana ajaaa yaa aku haha