Vania anastasha terpaksa memberikan rahimnya untuk mengandung seorang anak CEO arogan yang ingin memiliki anak tanpa ikatan pernikahan karena masih terikat dengan cinta masa lalunya.sedangkan dirinya butuh biaya untuk operasi ibunya
"akan kulakukan apapun asal ibuku selamat termasuk harus menjual tubuh yang tak berharga ini" Vania anastasia
"lahirkan seorang anak untukku..akan kubayar harganya...uang bukan masalah buatku asal anakku lahir" Julius granger
akankah keadaan berjalan sesuai apa yang diinginkan keduanya atau malah kebalikannya...
jawabannya ada di tulisan receh ini
baru belajar menulis...mohon saran dan kritiknya selalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farhati fara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
TAARRR…. TAARRR…
"HAPPY BIRTHDAY SIERRA" seruan kegembiraan disertai converty yang diledakkan itu terdengar diruang tamu mewah milik keluarga Granger.
Semua bertepuk tangan gembira begitu juga bayi perempuan itu. Merasa gembira karena semua orang tertawa dan mengajaknya bermain. Sebuah kue besar berhiaskan boneka barbie berwarna pink menjadi perhatian Sierra sejak tadi, Julian tertawa gemas melihat putrinya begitu bersemangat dengan kue besar itu, perlahan dia menurunkan putrinya Sierra berdiri dengan berpegangan pada tepian meja memandang takjub lilin yang berada diatas kue tersebut.
Tangannya terulur hendak menyentuh lilin itu, merasakan panasnya api mengenai tangannya Sierra menarik cepat tangannya dan menangis kencang, berputar menghadap papanya lalu mengulurkan tangannya minta digendong. Julian tertawa keras
"Anak ini, benar-benar nakal" Nyonya Rianty ikut tertawa
"Rasa penasarannya begitu besar, caa..Julian tiup lilinnya untuk Sierra"
"Make a wish" ujar Pak Norman sebelum Julian berjongkok dengan Sierra berada digendongnnya. Julian diam memperhatikan lilin itu lalu menoleh kearah putrinya, mengecup pelan kepala putrinya lalu berbisik
"Semoga tahun ini Tuhan mau mempertemukan kita dengan Mama ya nak?"
"Maaa…" Sierra membeo.Julian tersenyum lalu meniup lilin itu dengan satu tiupan, semua bertepuk tangan dan berseru riang, sekali lagi mengucapkan selamat ulang tahun kepada bayi perempuan itu.
Pesta ulang tahun kecil itu hanya dihadiri oleh orang-orang dirumah itu, ada nyonya Rianty, Pak Norman dan hanya beberapa pelayan. Seisi rumah itu menjaga rahasia besar tentang keberadaan sang bayi, mereka juga merasa gembira setiap hari karena keberadaan malaikat kecil itu. tidak ada yang tidak jatuh cinta kepada kelucuan dan kecantikan putri dari Julian Granger
"Apa dia mirip ibunya?, wajahnya terlihat mirip seperti artis Angeline Sania. Apa Angeline ibunya?" bisikan itu sering terdengar diantara beberapa pelayan, Pak Norman akan dengan sangat keras menegur dan memarahi mereka karena bergosip tentang Julian. Pak Norman pun dengan keras mengancam para pelayan yang berani bergosip baik didalam rumah maupun diluar rumah.
Suasana diruang tamu terlihat hangat dan penuh dengan tawa ketika seseorang datang menginterupsi kegembiraan itu. Angeline sania datang dengan tangan menggandeng Rena. Nyonya Rianty yang tadinya sedang tertawa langsung memberengutkan wajahnya begitu melihat wanita itu
"Oo..Angel.. masuklah" ujar Julian begitu melihat Angel
"Selamat ulang tahun Sierra, ayo sayang ucapkan selamat ulang tahun kepada Sierra"
"Selamat ulang tahun Sierra" Rena menyerahkan bungkusan kado kepada Sierra, bayi perempuan itu mengulurkan tangannya dan mengambil kado itu,lalu menepuk-nepuk bungkusan kado itu. Julian tersenyum senang
"Terima kasih kak Rena" ujarnya
"Apa kau tidak punya kesibukan lain Angel?" nyonya Rianty tidak menutup-nutupi rasa tidak sukanya akan kehadiran Angel
"Aah.. hari ini tidak begitu" jawab Angel sedikit menundukkan kepalanya, ia tahu Mama Rianty akan bersikap seperti itu, tapi ia tidak bisa menghentikan dirinya sendiri untuk datang kesini
"Ma.. aku yang mengundang Angel kesini. Dia tamuku, jadi bersikaplah sedikit manusiawi" tegur Julian
Nyonya Rianty memberengut kesal kemudian pergi dari acara pesta kecil untuk Sierra kembali ke kamarnya sendiri
"Ibumu wanita yang menakutkan, tapi sayangnya aku tidak takut padanya" Julian tersenyum kecil, sudah menjadi rahasia umum bahwa Angel dan ibunya selalu berperang dingin jika mereka berada disatu ruangan, meskipun Julian sudah meyakinkan ibunya bahwa ia tidak akan pernah menikahi Angel, ibunya tetap memilih untuk tidak pernah bersikap baik kepada Angel
"Aku tidak akan mengkhawatirkan kalian berdua"
"Lian, jika kau dihadapkan untuk memilih antara aku atau ibumu,kau akan memilih siapa?" tanya Angel, tiba-tiba ingin menggoda Julian.Julian tertawa pelan
"Aku akan pilih Mama.. karena dia wanita yang berpengaruh didalam hidupku"
"Ciih.." Angel mendecakkan lidahnya. Dirinya sudah benar-benar tidak ada lagi dihati pria itu. Dan Angel tidak pernah sekalipun berharap bisa dicintai oleh Julian lagi, persahabatan yang seperti ini sudah memuat wanita itu berpuas diri, karena ia masih bisa bertemu dan melihat Julian, hanya itu yang penting
"Tuan muda" suara Pak Norman terdengar janggal memanggil Julian. Julian pun menoleh kearah Pak Norman dengan alis berkerut
"Ada apa..? Paman terlihat aneh" pria yang sudah semakin tua itu menyerahkan sebuah amplop dengan alis berkerut. Sebelum Sierra lahir pria itu sempat mengajukan pengunduran dirinya, namun setelah melihat Julian bersedih karena kehilangan Vania, pria itupun memutuskan untuk tetap berada disisi Julian. Sampai Julian menemukan Vania, benar.. harapan untuk menemukan Vania tetap ada dihati mereka masing-masing.
Julian memandang waspada surat itu, tetapi dengan cepat ia mengambil surat itu dan membukanya. Dugaannya benar, itu amplop yang berisikan uang. Sudah sejak beberapa bulan yang lalu amplop tanpa nama datang kerumah itu, tidak ada yang mengancam dari isinya hanya saja uang yang berada diamplop itu membuat Julian dan Pak Norman berfikir Vania lah yang mengiriminya uang itu. Bermaksud untuk mengembalikan uang yang sudah ia gunakan?
"Apa ada tanda-tanda dari kedatangan surat ini?" tanya Julian
"Tidak tuan, seperti biasa.. diantar melalui pos. Tidak ada pengirim"
"Bantu aku, dengan melacaknya" pinta Julian
"Dengan senang hati tuan" Julian meletakkan amplop itu keatas meja dengan kesal, Sierra yang melihat itu terkejut lalu menoleh kearah ayahnya. Julian langsung mengubah ekspresinya ketika membalas tatapan putrinya, mengusap kepala Sierra dengan perasaan campur aduk
"Mamamu.. benar-benar tahu cara membuat papa geram.."
.
.
.
Kritik dan saran diharapkan🙏🙏
kyknya seru