Rahim Bayaran Tuan CEO
Vania melangkah dengan cepat menuju pada pekerjaannya,dia sudah terlambat karena harus mengurus ibunya yang sedang sakit dulu sebelum berangkat ke tempat dirinya bekerja.Dia berhenti di trotoar menunggu waktu untuk menyeberang jalan.
Sayup-sayup telinganya menangkap pembicaraan para wanita di sebelahnya
"Hey,kalian sudah dengar belum kalau ada konglomerat yang sedang mencari seorang wanita yang mau mengandung.Katanya bakal dibayar mahal kalau terpilih" ujar seorang gadis berambut ikal antusias
"Benarkah? tapi siapa orang gila yang mau melakukan hal gila seperti itu..Yang benar saja.Mengandung anak tanpa ikatan pernikahan,Memalukan.Emang siapa konglomerat gila itu?" Tanya teman disebelahnya yang terlihat tomboy
"Tidak ada yang tau siapa konglomerat itu,karena dia menutup data dirinya erat-erat.Tapi sudah banyak yang mendaftar namun semuanya gagal,sepertinya ada seleksi juga tapi aku tidak tau apa itu.dan ini alamat serta nomornya,kemarin aku dikasih oleh seorang bibi dijalan.Katanya mungkin saja aku berminat" ujar sigadis ikal panjang lebar sambil memperlihatkan secarik kertas yg terdapat alamat sama nomor konglomerat gila tersebut.
"sudah! buang saja kertas itu.hanya orang gila yang melakukan hal rendah seperti itu.Menjual rahim,yang benar saja"gumam gadis tinggi disebelah kirinya yang langsung mengambil kertas ditangan gadis ikal dan dibuangnya sembarangan.
Vania tersenyum mendengar pembicaraan para wanita itu,matanya menilik kearah kertas yg teronggok diatas rumput dipinggir trotoar.
Dia berpikir orang seperti apa yang mau melakukan hal gila tersebut. Dan juga, orang seperti apa yang bersedia melakukan hal konyol dengan mengandung anak hanya untuk bayaran yang sangat tinggi.
Dunia memang sungguh sangat kejam, hanya orang-orang yang sudah putus asa dan tidak memiliki hati yang pasti dengan suka rela melakukan hal seperti itu demi uang
Vania tersenyum kecut, melihat dari kondisinya yang serba kekurangan Vania mungkin menjadi salah satu kandidat dari orang-orang tersebut.
Tapi tidak, Vania tidak akan melakukan hal serendah itu, ia masih punya harga diri untuk bertahan hidup. Ia tidak akan menjual tubuhnya apa lagi mengandung anak seseorang demi uang yang besar.
Tanda untuk menyeberang sudah menyala, Vania berlari-lari kecil menyebrangi jalanan menuju tempat kerjanya, meninggalkan kertas alamat nomor aneh itu jauh dibelakangnya.
"Hei Vania anastasha, apa yang kau lakukan? ayo cepatlah" suara Mira memanggilnya dari balik pintu ruang ganti, sahabat sekaligus partner kerjanya itu tadinya sudah berangkat terlebih dahulu ketempat berkumpulnya para pekerja hotel ternama milik granger group
Vania merapikan scraf berwarna merah dilehernya lalu menyelipkan anak rambutnya yang keluar dari ikatan kebelakang telinganya terburu-buru, ia pasti akan dimarahi oleh manager Heru jika terlambat sedikit lagi
"Tunggu aku" Setelah merasa rapi, iapun berlari menyusul Mira ketempat berkumpulnya para karyawan hotel untuk melakukan apel pagi
"Eheem.." manager bagian HRD itu berdeham tidak suka melihat keterlambatan Vania yang sering kali terjadi ini.Ia menyukai Vania, tapi ketidak disiplinan Vania membuatnya harus mengerutkan alisnya terus menerus
"Vania..Kau terlambat lagi?"
"Maafkan aku Manager.. aku harus memastikan ibuku berada dalam kondisi yang nyaman sebelum aku meninggalkannya sendirian" sesal Vania. Semua tahu bahwa Vania hidup hanya berdua saja dengan ibunya yang sedang sakit-sakitan.
Manager Heru hanya bisa menghembuskan nafasnya. Ia adalah pria yang juga menyayangi keluarga sendiri, karena itu ia akan memaklumi apapun jika itu menyangkut masalah keluarga
"Sudahlah, masuk kebarisan" Vania tersenyum mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya masuk kedalam barisan dan menerima jadwal pagi ini yang harus ia lakukan.
Vania Anastasha, adalah gadis muda berusia 23 tahun penuh energik dan sangat suka tersenyum. Hal itulah yang membuatnya mudah bergaul dan disenangi oleh siapa saja. Namun, tidak ada yang pernah tahu untuk apa senyum itu ada.
Vania selalu berusaha tersenyum untuk membuatnya bisa menikmati hidupnya yang cukup memprihatinkan
Ayahnya sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil ketika ia masih kecil, tidak ada harta benda yang bisa Ayahnya tinggalkan padanya, hanya sebuah rumah kecil yang saat ini Vania tinggali berdua bersama ibunya.
Satu-satunya orang yang ia miliki. Hidup dengan keuangan yang pas-pasan Vania harus bekerja untuk menghidupi dirinya dan ibunya yang sakit keras setelah kepergian sang Ayah
karena itu setelah lulus dari sekolah Vania memutuskan untuk bekerja, tidak seperti teman-temannya yang lain yang lebih beruntung bisa melanjutkan studinya di perkuliahan.
" Vania.. kau tahu, hari ini direktur granger akan berkunjung kesini" Vania sedang merapikan meja resepsionis ketika Mira lagi-lagi memanggilnya dan mulai mengajaknya mengobrol, kebiasaan yang selalu Mira lakukan sebelum tamu berdatangan
"Pemilik Hotel ini?"
"Pemilik hotel ini dan banyak hotel lainnya lagi. aah.. aku benar-benar penasaran dengan wajahnya, banyak yang bilang tuan granger sangat tampan dan mempesona, tapi itu sebelum dia memasang topeng dingin di wajahnya. Kau tahu,itu karena dia ditinggal pergi oleh orang yang sangat ia cintai"
Vania menarik nafasnya tertahan
"Wanita itu meninggal?"
"Tidak, dia menikahi laki-laki lain.Ya Tuhan..benar, karena itu aku penasaran, seperti apa wajah pria yang ditinggalkan tersebut"
"Apa kita bisa melihatnya hari ini?" tanya Vania bersemangat.
" Tentu saja, kita kan menjaga bagian penting di hotel ini" jawab mirapenuh keyakinan
"Mira,menjaga meja resepsionis bukanlah bagian penting"kekeh Vania
"Yaa.. selain kita bekerja menjaga meja dan mendata tamu-tamu harus mengambil kamar yang mana kita juga mendapatkan pekerjaan lain dengan mengawasi para tamu yang datang" jawab Mira
"Tidakkah itu menyenangkan, kita bahkan tahu pejabat mana yang sedang mengunjungi selingkuhannya di hotel ini"
"Ssstt.. Kumohon diamlah Mira" Vania menyuruh Mira diam ketika tamu pria dan wanita menghampiri meja resepsionis.
Vania tersenyum menyambut kedua orang itu, yang menurut Vania kemungkinan adalah pasangan suami istri.
"Selamat pagi" sapa Vania ramah
"Iya.. kami ingin check out pagi ini" laki-laki itu menyerahkan kuncinya kepada Vania
"Oo iya" Vania pun bergegas mengambil data dari si penghuni kamar lalu menyerahkan tagihan kamar kepada laki-laki itu.
Matanya melirik Mira yang saat ini sedang asik memandangi si wanita dan pria. Vania mendelikkan matanya kepada Mira agar berhenti menatap tidak sopan tamu mereka
Mira menaikkan bahunya lalu melengos pergi meletakkan kunci di tempat kunci-kunci kamar berada
" Mira.. kau tidak sopan menatapi tamu seperti itu,Manager Heru sudah sering kali menegurmu"
"Mereka tidak terlihat seperti sepasang suami istri"Mira menghiraukan teguran dari Vania
"Kau lihat gelagatnya?"
"Ya Tuhan, jangan lagi" Vania menutup kedua telinganya karena sudah sangat hapal kebisaan Mira yang akan berbicara panjang lebar, mendeskripsikan seperti apa yang terlihat dimatanya.
Vania menurunkan telinganya lalu tersenyum, pagi yang biasa. Vania bersyukur pagi ini ia bisa bekerja seperti biasa bersama Mira dan teman-teman yang lain
Di tahun pertama ia bekerja di hotel ini Vania bekerja sebagai Room servise, yang membersikan kamar-kamar tamu setelah ditinggalkan. Lalu tiba-tiba manager Heru memberikannya kesempatan bekerja dibelakang meja ini.
"Wajahmu terlalu sayang untuk diletakkan dibagian belakang" begitulah yang manager Heru katakan padanya ketika ia menaikkan jabatan Vania
Vania menyambut gembira berita itu, bersama-sama dengan Mira mereka mulai bekerja dibalik meja resepsionis. Yang Vania yakini, Mira sangat-sangat menikmati pekerjaan ini
Begitu juga dengan Vania, bagaimana tidak? Gaji mereka naik dan mereka tidak harus bekerja membersihkan toilet lagi. Vania benar-benar bersyukur dengan keadaan ini
Setiap malam diam-diam Vania selalu berdoa agar ia bisa selamanya bekerja di Hotel ini
" Apa..? kau ingin aku memberhentikan beberapa pegawai kita"Manager Heru melebarkan matanya terkejut mendengar berita yang baru saja diucapkan oleh manager yang jabatannya lebih tinggi darinya itu
"Kita harus mengurangi beberapa orang yang bekerja tidak efisien"
"Tapi kenapa? Bukankah pengunjung hotel ini banyak, kita bahkan kekurangan orang, tapi anda malah ingin memberhentikan beberapa orang?"
"Ini perintah langsung dari tuan Granger. Kita akan menyaring beberapa pekerja baru yang lebih berkualitas dan terpelajar. Tuan Granger benar-benar keras dan ingin semuanya sempurna. Semua pekerja diharuskan memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari SMA" Manager Heru terdiam
"Itiu artinya.Kau ingin aku memberhentikan siapa saja?"
"Kita liat dibagian depan, ada Yuna azara, Saharawati, Mira aurora dan Vania anastasha. kau tahu siapa yang harus diberhentikan bukan? Diantara keempatnya yang paling buruk adalah Mira Aurora, yang selalu bergosip selagi bekerja, para tamu sering protes tentang hal itu, tapi nilai plusnya adalah selagi bekerja dia juga sedang meneruskan kuliahnya. Tetapi Vania Anastasha....."
"Dia tidak kuliah" jawab manager Heru
"Iya.. kau mengerti kan?"manager Heru menganggukkan kepalanya. Lalu ia meneruskan menyeleksi orang-orang yang akan ia berhentikan dibagian room servise, dimana orang-orang yang lebih tua tidak diperbolehkan lagi bekerja karena kerja mereka telah melambat
Manager Heru hanya bisa diam dan patuh mendengarkan, ia tidak tahu harus menjelaskan seperti apa tentang pemberhentian beberapa orang ini. Ia tahu, mereka yang diberhentikan adalah tulang punggung keluarga, mereka pekerja keras dan sudah bekerja bertahun-tahun di Hotel ini
Manager Heru yakin mereka tidak akan terima diberhentikan begitu saja. Entah kenapa tuan muda Granger menerapkan peraturan baru yang menurutnya adalah peraturan bodoh dan tidak berperasaan
"Apaaa....? manager Heru. apa-apaan ini, kenapa kami tiba-tiba dipecat?" seruan kekagetan dan protes dari orang-orang yang sengaja ia kumpulkan itu membuatnya semakin merasa bersalah
"Maafkan aku, ini perintah langsung dari atasan"manager Heru tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ia akan menanggung semua kemarahan mereka sebagai ganti para petinggi diatasnya
Sebagian dari mereka menangis dan marah, merasakan adanya ketidak adilan dari pemilik hotel itu. Manager Heru melirik Vania dengan pandangan meminta maaf. Vania terdiam selama memandangi manager Heru.Hati-hati ia mendekati manager itu
"Pak, apa aku tidak bisa dipindahkan ke bagian lain saja? aku bersedia kembali ke pekerjaan lamaku, sebagai pelayan room servise"Manager Heru menggelengkan kepalanya
"Maafkan aku, kau selalu terlambat datang ketempat kerja itu juga menjadi salah satu pertimbangan"
" Aku bisa mengubahnya, aku akan datang lebih pagi"
"Maafkan aku Vania" Sekali lagi manager Heru menggelengkan kepalanya
"Aku akan membuat riwayat kerjamu agar kau bisa lebih mudah mendapatkan pekerjaan baru. Maafkan aku"
Vania berjalan dengan kepala tertunduk menuju meja resepsionis, pagi ini ia merasa bersyukur karena ia bisa bekerja seperti biasa tetapi siangnya ia harus menerima tamparan keras karena ia dipecat dengan alasan yang tidak masuk akal
Memang dirinya adalah gadis yang tidak berpendidikan tinggi, tapi pekerjaanya bagus, lebih bagus dari Mira
" Haaah..."Vania menghembuskan nafasnya sedih. Ia duduk dibelakang meja menatap kosong layar komputer dihadapannya
"Vania. Kau lama sekali… Tuan Granger baru saja melewati lobi kita. Ya Tuhan, pemilik hotel ini benar-benar tampan. Dia tinggi, dengan wajah yang sangat mempesona dan terlebih lagi pembawaanya sangat berkelas, aku yakin dia adalah pria yang keras, dingin, mematikan dan tidak kenal ampun, tapi sisi positifnya adalah berdasarkan gosip yang beredar aku tahu bahwa laki-laki itu bisa menjadi laki-laki paling romantis untuk kekasih yang sangat dia cintai, haaah.. aku penasaran siapakah wanita yang beruntung itu"Mira menoleh kearah Vania yang sama sekali tidak menyahutinya
"Ada yang salah?"Mira mendekati Vania
" Kenapa manager Heru memanggilmu Vania?"tanya Mira lagi
Wajah Vania benar-benar terlihat kosong dan sedih saat ini, membuatnya khawatir detik itu juga"Aku.. dipecat…"
"Apaaa....?"
"Ini gila.. kau tidak mungkin dipecat seenaknya begitu saja"
" Aku sudah melakukan semampuku Mira"
🍀🍀🍀
"Kau tidak melakukan apapun, teganya kau memecat hampir semua orang-orang yang lebih membutuhkan pekerjaan ini dari pada kita"Mira langsung menyemprot Manager Heru
"Bukan aku.. ini perintah langsung dari tuan Granger.Pemilik Hotel ini"Managar Heru menajamkan tatapannya kepada Mira
Setelah Mira tahu Vania dipecat gadis itu langsung mendatangi manager Heru dan memarahinya habis-habisan tidak perduli bahwa pria tu adalah atasannya sekalipun
"Sudahlah Mira.. Aku akan mencari pekerjaan yang lain" Vania menarik tangan mira agar menjauh dari ruangan kerja manager Heru
"Kau sudah bekerja dan mengabdikan dirimu disini selama 5 tahun, setelah kau lulus sekolah, tapi apa yang kau dapatkan dari itu semua?. Pemecatan? Ini tidak adil"
"Lalu aku harus apa?. kita hanya rakyat kecil yang bekerja pada satu tempat, apa yang bisa kulakukan jika aku tidak diinginkan lagi?. sudah menjadi haknya untuk memberhentikan aku jika aku tidak memenuhi keinginan pemilik tempat ini bukan?. Sudahlah mir, aku tidak mau kau mendapatkan masalah dari ini"
"Aku tidak peduli"
"setidaknya pikirkan adik-adikmu. Aku tidak ingin kau ikut dipecat karena membela diriku"Mira terdiam, ia menatap nanar Vania lalu menatap ke manager Heru berang serta menatap sedih pegawai yang lain yang sengaja ia bawa untuk mengajukan protes, Mira pun mendesah pasrah
"Aku tadinya merasa simpati dengan tuan Granger tapi setelah hari ini.."Mira menggelengkan kepalanya berkali-kali
" Semoga saja ada seseorang yang bisa mengubah kepribadiannya yang tidak manusiawi itu"
🍀🍀🍀
Di sisi lain didalam Hotel itu. Julian Granger sedang menatap keluar jendela, setelah memastikan managernya bekerja dengan baik, memecat beberapa orang yang kurang berkualitas Julian berdiam diri diruangan kerja manager Raka.
Ia menyadari kurang stabil dan kurang bagusnya Hotel ini, ia harus membuat hotel ini menjadi terdepan dengan pegawai yang berkualitas. Dengan kerja yang berkualitas akan menghasilkan hasil yang memuaskan
Ddrrtt..ddrrttt.. Julian meraih ponsel dari sakunya dan menempelkannya ditelinganya
"Ada apa Ma?"
"Kau sudah ke hotel itu?. bagaimana?"
"Hmm.. ada banyak yang harus dibenahi, aku sudah membuang beberapa yang menurutku tidak menguntungkan"
"Apaa.. apa maksudmu?"
"Maksudku, aku sudah memecat orang-orang yang kurang kompeten"
"Julian bagaimana mungkin kau memecat orang-orang itu? mungkin saja ada dari mereka yang merupakan kepala keluarga, hidup keluarga mereka bergantung pada mereka"
"Mereka bisa menemukan pekerjaan lain diluar sana"jawab Julian dingin.
" Julian..."
"Jika Mama ingin aku menangani hotel ini, maka ini yang harus terjadi" Julian memotong ibunya cepat sebelum protes ibunya keluar lagi.
Terdengar ******* nafas ibunya sebelum menjawab
"Baiklah nak, terserah kau saja. yang penting hotel itu tidak terabaikan"
Vania berjalan dengan perasaan hancur dan sedih, meskipun ia mendapatkan pesangon yang besar ia tetap menghawatirkan kelangsungan hidupnya kelak
Bagaimana jadinya nanti jika ia tidak kunjung mendapatkan pekerjaan?. Pesangonnya tidak akan cukup menutupi semua biaya hidupnya dan Ibunya, ibunya harus terus ke rumah sakit untuk mengecek kondisinya, dan biayanya tidaklah murah
Vania harus secepatnya mendapatkan pekerjaan lain. Dalam diam, Vania menunggu dihalte bis. Matanya menatap kosong ke trotoar yang tanpa sengaja matanya melihat kertas yang sama yang pagi tadi dibuang para wanita yang dilihatnya.Kertas itu terbawa angin hingga tepat didepannya.Vania terdiam lama menatap kertas itu, berapa kira-kira bayaran yang akan ia dapatkan?. Pertanyaan itu terlintas dibenaknya
Saat itu juga. Vania menggelengkan kepalanya cepat
"Tidak.. aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu, melakukannya sama saja dengan menjual diri"bisik Vania. ia masih sehat dan masih bisa menemukan pekerjaan yang lain
"Aku pulang" Vania memasuki rumahnya dengan senyum terkembang diwajahnya, dia tidak akan memasang wajah sedih ataupun memperlihatkan tanda-tanda ada yang tidak beres padanya sedikitpun
"Ibu?" panggil Vania
"Van.. kau sudah pulang?, apa itu?" Ibunya keluar dari dapur terkejut melihat kotak besar yang dibawa oleh Vania
Vania melirik kotak yang berisikan barang-barangnya yang berada didalam lokernya di hotel itu tadi kemudian meletakkanya diatas meja
"Bukan apa-apa, hanya beberapa barang yang ingin kubawa pulang.Ibu sedang apa?" Vania mengenduskan hidungnya mencium aroma masakan dari dapur.
"Memasak untukmu"
"Oo..? bukankah Ibu sedang tidak enak badan? Kenapa memasak?"Ibunya tersenyum menenangkan
"Setelah lelah bekerja, kau pasti ingin makan makanan yang enak bukan? Caa.. mandilah lalu aku akan siapkan nasi untuk kita berdua"
Meninggalkan Ibunya bekerja didapur, Vania pun mulai memasuki kamarnya dengan membawa serta kotak yang ia bawa tadi. Ia duduk ditempat tidur dengan nafas yang mendesah panjang, ia harus secepat mungkin menemukan pekerjaan baru
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Icha Afriyah
oke cerita nya
2023-08-12
0
Yunerty Blessa
sabar Vania..moga cepat dapat pekerjaan baru.
2023-03-08
1
Siti Orange
Aku Mampir Thot
2023-01-15
0