Seorang CEO yang tak sengaja mendapatkan amanah dari korban kecelakaan yang ditolongnya, untuk menyerahkan cincin pada calon pengantin wanita.
Namun Ia malah diminta Guru dari kedua mempelai tersebut untuk menikah dengan mempelai wanita, yang ditinggal meninggal Dunia oleh calon mempelai pria. Akankah sang CEO menikah dengan mempelai wanita itu? Akankah sang mempelai wanita setuju Menikah dengan sang CEO?
Dan sebuah masalalu yang mempelai wanita itu miliki selalu mengganggu pikirannya. Kekhawatiran yang ia rasakan selalu menghantui pikirannya. Apakah masalalu yang menghantui pikiran mempelai wanita itu?
Cerita ini hanya khayalan Author, jika ada kesamaan tokoh, kejadian itu hanya kebetulan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebutir Debu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30 Aku Akan Bersabar Menunggu mu
Ayra melepaskan kedua tangan yang ia gantungkan pada leher Bram. Mata yang terpejam karena menikmati sentuhan Bram.
Sentuhan pada lehernya walau terhalang selembar hijab dan Pegangan tangan Bram pada pinggangnya sedikit mampu membuat Ayra menegang. Mata itu terbuka karena telinga nya menangkap satu nama yang keluar dari bibir suaminya.
Nama wanita yang siang tadi baru saja ia patahkan mentalnya karena berusaha mendekati suaminya.
Bram yang sadar baru saja bibir nya mengucapkan satu nama yang siang tadi sangat ia benci. Hingga matanya pun terbuka. Nafasnya tak lagi memburu seperti tadi. Ayra sedikit mendorong suaminya itu.
Ayra melihat jelas jakun suaminya itu naik turun. Wajah Bram masih terlihat merah. Wajah yang menahan suatu gejolak yang ingin ia salurkan.
Sudut mata Ayra terasa perih. Terasa hangat dan satu kedipan dari kedua mata Ayra mampu menjatuhkan butiran air matanya untuk kedua kali sebagai status istri Bramantyo Pradipta.
Bibir Ayra keluh, sesak di dadanya ia tahan agar tak mengeluarkan suara Isak tangis saat hati merasa tersakiti. Bram hanya menatap Ayra tanpa tahu harus berbuat apa.
Ayra memejamkan matanya dan menundukkan wajahnya.
"Bersabar lah Ayra. Mungkin suami mu masih butuh waktu untuk melupakan masa lalunya. Tidak ada seorang insan tanpa masalalu untuk menatap masa depannya.
Cinta bukan sesuatu yang datang tiba-tiba Ayra.
Cinnta bukan benda mati, melainkan sesuatu yang harus diperjuangkan."
Bram melangkahkan kaki nya menjauh dari Ayra. Langkah kakinya meninggalkan ruang kerja yang sekarang menjadi kamar tidur Ayra.
Laki-laki itu berhenti melangkah karena suara lirih Ayra.
"Mas.....Tunggu."
Ayra yang mendengar tak ada suara langkah dari suaminya. Mengangkat kepalanya, ia hapus air mata yang membasahi pipi nya. Ia menarik napas dalam. Mereka berdua saling memunggungi satu sama lain namun dengan suasana hati yang berbeda.
Bram merasa bersalah karena mengucapkan satu nama disaat wanita yang telah menjadi istrinya itu sedang menggebu ingin menikmati setiap sentuhannya.
Namun Ayra merasa hatinya perih. Saat ia ingin menjadi salah satu istri Sholehah yang bisa menyenangkan dan memberikan yang terbaik untuk suami nya.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam pernah berpesan kepada putrinya, Siti Fathimah RA, bahwa inisiatif seorang istri dengan senang hati untuk berhubungan seksual memiliki ganjaran besar dari Allah SWT. Maka Ayra memberanikan diri untuk memulai terlebih dulu sebuah sentuhan pada suaminya demi sebuah pahala dari sang pencipta alam semesta.
Dan suatu kenyataan bahwa masih ada satu nama dihati lelaki yang kelak akan bertanggung jawab atas setiap perbuatannya setelah ia menjadi istri nya di Yaumil akhir.
"Mas, hubungan antara pasangan suami-istri itu laksana pakaian. Sama halnya dalam hubungan se k sual. Suami dan istri juga dituntut untuk saling menjaga hubungan baik. Keduanya tidak boleh memaksakan kehendak dalam hal ini karena hubungan se k sual pasangan suami dan istri bukan sekadar persoalan syahwat belaka, tetapi juga berkaitan dengan kesiapan fisik dan mental. Dan ketika terjadi suatu tindakan yang melukai dan menyakiti istri sama halnya ia telah melukai prinsip kemanusiaan yang telah diajarkan oleh islam."
Suara Ayra mulai terdengar lirih.
"Hiks.Hiks.Hiks."
Isak tangis Ayra pecah, ia tak mampu menahan rasa sesak di dadanya. Dengan suara parau dan Isak tangis Ayra Kembali melanjutkan perkataannya.
"Maka perlu nya suami istri memerhatikan kesiapan fisik dan mental satu sama lain agar interaksi tersebut berlangsung dalam suasana riang dan gembira, tanpa tekanan batin. Rasullullah juga pernah menyebutkan bahwa hubungan intim itu merupakan sedekah, yang harus dilakukan tanpa menyakiti, melainkan menyenangkan dan memuaskan. Maka aku mohon padamu mas. Jangan kau minta hak bathin mu sebelum satu nama dihati mu itu tergantikan dengan nama ku."
Bram berbalik dan memegang pundak Ayra. Sedari kecil ia memang tak mampu melihat seorang wanita menangis. Ada rasa iba mendengar suara Isak tangis Ayra. Namun tangan nya ditepis pelan oleh Ayra.
Ayra masih tak menoleh walau ia baru saja menepis tangan suaminya yang mencoba memegang pundaknya.
"Karena hati ini akan lebih sakit Mas.....Hiks.
Lebih sakit lagi dari saat ini. Jika suatu saat, kau meminta hak mu sebagai seorang suami dan aku tak berdaya menolaknya karena suatu kewajiban bagi kami perempuan untuk mendatangi setiap panggilan suami kami disaat kami halal untuk digauli. Karena para malaikat akan mengutuk kami jika kami tak memenuhi panggilan suami kami itu."
"Ay.... "
Tenggorokan Bram tercekat satu nama yang ia panggil dengan parau dan lirih. Hatinya ingin memberikan sebuah pelukan namun rasa ego dari seorang CEO ini terlalu tinggi untuk menuruti isi hatinya. Ayra masih melanjutkan perkataannya dengan masih berlinang air mata. Jilbab nya pun telah basah.
Tubuh mungilnya bergetar saat ia ucapkan kalimat terkahir kepada suaminya sebelum ia berlari ke arah Balkon yang ada diruang kerja Bram.
"Aku pun akan bersabar menunggu saat itu Mas.... Hiks.Hiiks"
Tubuh Ayra berguncang karena Isak tangis nya. Ia menatap ke arah luar jendela kaca yang besar itu. Suaranya makin terdengar lirih dan Isak tangisnya makin menjadi.
"Saat dimana hanya ada aku dalam hati mu dan dalam bayangan mu ketika syahwat mu menggebu. Dan hanya nama ku yang keluar dari bibir mu saat kamu mencapai puncak ke nik ma tan melalui diriku. Dan ku mohon pada mu mas.
Berusahalah tak mendekati zina hati dengan masih memikirkan yang haram sedangkan mas sudah punya yang halal."
Bram hanya terpaku berdiri ditempatnya. Ia melihat Ayra dari sudut lain. Wanita yang dua hari ini memberikan senyuman dan wajahnya yang selalu sedap dipandang. Bahkan suara nya yang lembut mampu membuat telinga Bram merasa nyaman setiap bibir istrinya itu memangilnya dengan satu kata 'Mas'.
Bram merasa bersalah, ternyata dibalik sosok yang periang, Ayra ternyata hanya perempuan biasa yang juga memiliki air mata, yang juga memiliki hati yang bisa tersakiti.
Sosok yang tadi siang mampu begitu anggun nya menyerang wanita yang merupakan rivalnya, hanya dengan sebuah kata-kata dan bisikan tanpa nada sarkas. Hingga wanita itu pergi dengan perasaan kesal.
"Maafkan aku Ay...."
Satu kata yang mampu Bram ucapkan dalam hati dan sebuah tatapan iba kepada istrinya sebelum ia berbalik dan meninggalkan Ayra menangis sendiri dalam kesedihannya. Ego nya terlalu tinggi untuk mengucapkan kata maaf dan satu perhatian ke pada istri yang baru saja ia sakiti hatinya.
"Baiklah."
Satu kata sebelum Bram benar-benar meninggalkan ruang kerjanya.
Ayra mendengar langkah kaki suaminya dan sebuah pintu yang tertutup. Ayra melepaskan semua sesak di dadanya. Ia duduk bersimpuh dilantai dan menundukkan kepalanya dengan kedua tangan yang tertahan dilantai.
Ayra bermunajat di dalam hatinya. Hati yang terluka, hati yang rapuh. Cinta yang belum sempat berkembang harus menghadapi kemarau yang harus berujung pada suatu penantian.
"Wahai Dzat yang maha-membolak-balikkan hati. Hamba memohon kepada Mu agar hamba senantiasa diberi keteguhan hati di atas agama-Mu. Jauhkan suamiku dari zina Hati dan Zina Yadin."
soalnya saya banyak kenal orang dari berbagai daerah meskipun pernah mondok, tp tidak sedetail itu tau tentang najis
mau komen keseeell.. ternyata udah ada yg mewakili😆