Pesona Ayra Khairunnisa
Sebuah mobil Lexus hitam dikendarai oleh seorang CEO begitu cepat, bahkan kecepatannya di atas rata-rata saat melaju di jalan tol yang terlihat cukup sepi karena jalan ini biasa ramai ketika hari libur.
Seorang wanita paruh baya berpenampilan modis duduk di kursi belakang memeluk suami nya dengan erat. Sang suami berusaha menenangkan istrinya yang ketakutan karena putra sulung dari pasangan suami istri itu mengendarai kendaraan dengan sangat cepat. Membuat tubuh mereka ikut bergerak ke kiri dan ke kanan di setiap tikungan yang dilewati.
Sang supir yang sedang menahan emosi, tak sadar jika ia sedang melajukan kendaraannya dalam kecepatan di atas rata-rata.
Namun di tengah sebuah jalan yang cukup terjal dan banyak jurang tampak 3 mobil berhenti dan beberapa orang melihat ke arah jurang. Mobil Lexus hitam itu ikut menepi dikarenakan jalanan sedikit macet lalu penumpang dari mobil itu ikut turun.
Ternyata baru saja terjadi kecelakaan tunggal. Sebuah mobil masuk ke jurang, namun terdapat satu orang yang sedang berusaha menyelamatkan dirinya dengan bergantung disebuah akar. Lelaki itu tampak penuh dengan keringat di wajahnya. Lelaki itu mengenakan pakaian pengantin berwarna putih. Namun jas putih yang dikenakan pun telah kotor karena tanah yang berada di tebing jurang itu.
Beberapa lelaki di sana hanya melihat ke arah lelaki berpakaian pengantin itu tanpa ada yang berusaha membantu nya. Lebih miris lagi beberapa dari mereka hanya sibuk merekam kejadian.
Pengemudi mobil Lexus tadi dengan cepat membuka Jas hitam yang ia kenakan dan ikat pinggang yang melilit di pinggang nya lalu turun ke tepi jurang. Lelaki bertubuh atletis itu mengulurkan ikat pinggang tadi ke arah lelaki berbaju pengantin putih itu.
“Pegang ikat pinggang ini, aku akan mengangkat mu.”
Lelaki yang bernama Bram melemparkan ikat pinggang ke lelaki yang masih bergelayut di tepi jurang dengan kedua tangannya berpegangan pada ujung sebuah akar pohon yang cukup besar.
“Cepat, pegang ikat pinggang ini dengan satu tangan mu. Aku akan mengangkat mu.”
Kembali Bram memberi arahan kepada pria berbaju pengantin. Setelah satu tangan pria itu mampu menggapai ikat pinggang dengan tangan kanan seketika tubuhnya terasa sedikit tertarik ke atas.
Naas sebuah pijakan Bram membuat lelaki yang berhidung mancung itu sedikit terperosok dari pijakan dan pegangannya.
“Braaaammm!”
Suara wanita paruh baya yang dari tadi melihat sang putra sulung hampir ikut terperosok kedalam jurang berteriak histeris.
Tampak satu lelaki muda berkacamata mengikat pinggang Bram dengan jaketnya dan menahan tubuh Bram dari tepi jurang dan berpegang pada sebuah pohon beringin.
Bram kembali menarik lelaki berbaju pengantin melalui ikat pinggang nya, hampir sampai lelaki itu ke arah Bram namun lelaki yang berbaju pengantin putih itu berhenti menggerakkan tangannya ke atas ikat pinggang.
Lelaki berbaju pengantin putih malah menangis tersedu-sedu. Hal yang memicu kemarahan Bram yang sedari tadi berusaha menyelamatkan lelaki itu. Bahkan tangan nya terlihat lecet karena menggenggam erat ikat pinggang.
“Hei! Berhenti menangis. Cepat naik, jika tidak kami juga akan terperosok bersama mu ke bawah sana!”
Suara Bram terdengar sangat kesal dan menggema di tepi jurang.
Lelaki yang tadi menangis mendongakkan kepala melihat ke arah Bram, lalu satu tangan yang ia masukan ke dalam jas putihnya ia ulurkan pada Bram. Sebuah kotak merah ia berikan pada Bram.
Bram memegang tangan lelaki itu dengan kedua tangannya. Bram berusaha menarik lelaki itu keatas. Peluh di keningnya mengalir begitu deras dan otot-otot di lengan nya pun mengeras ketika Bram hampir berhasil menarik lelaki itu ke atas namun karena tepi jurang itu yang sedikit basah kembali tanah yang dipijak Bram terperosok.
“Aaaaaa.....”
Suara orang-orang dari atas yang sedang menyaksikan penyelamatan itu. Namun sayang hanya Bram dan satu lelaki berkacamata yang mau membantu lelaki malang yang berbaju pengantin itu untuk naik ke atas.
Semua menangis melihat lelaki itu makin pucat. Satu tangan nya terlepas dari genggaman Bram.
Mata Bram dan lelaki itu saling menatap. Lelaki itu seolah tahu bahwa dirinya telah lelah berjuang untuk naik ke atas. Tenaga yang ia miliki telah habis terkuras karena hampir satu jam bergelayut diujung akar kayu, kini ia mulai menyerah dan melemah.
“Sampaikan cincin ini pada Guruku. Katakan pada Guruku untuk mencari lelaki untuk calon istri ku dan pantas menggantikan aku untuknya. Semoga aku bertemu bidadari secantik hatinya.”
Lelaki itu kini menggenggam tangan Bram dan terdapat kotak merah diantara genggaman tangan nya. Bram baru akan menggapai tangan lelaki itu kembali namun genggaman lelaki berbaju pengantin berwarna putih terlepas dari dirinya.
Hanya sebuah kotak merah berukuran kecil masih tersisa di genggaman tangan Bram. Tatapan Bram tertuju pada lelaki yang berbaju pengantin itu. Jika tadi ada rasa takut yang Bram lihat di wajah lelaki itu namun tidak ketika lelaki itu terlepas dari tangan nya usai ia ucapkan kata-kata terakhirnya.
Senyuman yang sangat tenang, wajah yang teduh terlihat dari wajah pria itu. Dan telinga Bram dapat mendengar sayup-sayup kalimat yang lelaki itu ucapkan setelah ia terlepas dari genggaman Bram, seolah ia sedang terjun bebas.
“Laa Ilaha Illallahu Muhammadur Rasullulah.....”
Suara histeris dari orang-orang yang melihat dari atas pun terdengar. Isak tangis pun terdengar, Bram yang berpeluh keringat pun terduduk lesu menatap ke arah jurang yang telah tak terlihat lelaki itu. Baru saja di depan matanya, Bram melihat orang meninggal dengan begitu bahagianya. Bukankah pertama ia menggenggam tangan lelaki itu terlihat jelas rona takut lelaki yang ia coba selamat kan. Namun kemana raut takut itu ketika tangan lelaki itu terlepas dari genggamannya.
"Sebahagia itu kah ia akan menemui kematiannya? Bahkan ketika ia menitipkan cincin ini pun terlihat wajahnya masih penuh ketakutan."
Cukup lama Bram istirahat di rest area yang berada dijalan tol itu. Seorang lelaki yang mengenakan sarung datang menggunakan mobil silver bersama dua orang lelaki lainnya. Ia mengatakan bahwa ia adalah teman dari lelaki yang Bram tolong tadi. Lelaki berbaju pengantin itu harusnya sedang melangsungkan pernikahan karena hari ini ia akan menikah dengan salah satu santri yang ada di pondok pesantrennya yang jarak tempuhnya kurang lebih 30 menit lagi dari jalan tol ini.
Bram menceritakan kepada mama dan papa nya bahwa ada amanah dari lelaki tadi untuk menyerahkan cincin yang ada di tangannya kepada guru dari lelaki itu. Orang tua Bram tidak keberatan. Hingga akhirnya mereka bertiga mengikuti lelaki yang menggunakan mobil silver tadi ke pondok pesantren yang dituju.
Sesampai di sebuah gedung yang cukup bernuansa tua. Terdapat banyak motor dan mobil di area lapangan yang cukup luas. Beberapa orang menyambut lelaki bersarung yang datang bersama Bram. Tampak dari orang-orang itu merasa cemas dan khawatir lalu kaget ketika mendengar peristiwa yang terjadi.
“Innalilahi wa innailaihi rojiun.”
Suara orang-orang itu secara bersamaan setelah mendengar cerita lelaki itu.
“Satu keluarga cak, dan ketika kami kemari pihak kepolisian sedang melakukan evakuasi kendaraan.”
"Acara ijab masih ditunda Bur, masih menunggu kang Amir dan keluarga. Kalau mempelai yang lain sudah siap."
Seorang lelaki yang mengenakan jas krem dan mengenakan sarung hitam menepuk pundak Burhan. Lelaki yang mengantar Bram ke pondok pesantren ini.
Suara lelaki yang datang bersama Bram terdengar seperti logat Madura. Lalu lelaki itu mengajak Bram menemui pimpinan ponpes yang tidak lain lelaki yang dimaksud Amir. Amir adalah lelaki yang ditolong oleh Bram tadi. Ternyata Amir adalah santri yang baru saja pulang dari Kairo dan akan menikah dengan salah satu santri terbaik di pondok ini.
Amir datang bersama Paman dan bibinya karena ia tidak memiliki lagi orang tua kandung. Naas ketika mobil akan melewati tikungan maut yang biasa para sopir menyebut tikungan itu, sang sopir terlalu kepinggir hingga mobil terperosok ke jurang. Karena pintu Amir yang tak terkunci membuat Amir terlempar keluar hingga bergelayut di ujung akar pohon.
Setelah Bram dan kedua orang tuanya tiba disebuah ruangan yang terlihat ada seperti kursi namun berbentuk lesehan seperti kursi-kursi di Arab. Bram dan Kedua orang tuanya duduk di sana menunggu seseorang yang dimaksud Amir.
Tina-tiba masuk seorang lelaki berkopiah hitam dan berbaju Koko putih serta sarung coklat mengucapkan salam ke pada Bram dan kedua orang tuanya.
“Assalammualaikum.”
“Waalaikumsalam warahmatullahi wa barokatuh Yai”
Burhan menjawab salam dengan lengkap berbeda dengan ketiga orang yang tampak melongo mendengar jawaban dari Burhan yang begitu panjang bagi mereka. Belum lagi ketika Burhan mencium tangan lelaki tua itu dengan hormat lalu kembali ke tempat duduknya dengan posisi berjongkok dan menjinjit kebelakang tanpa membelakangi sang lelaki tua itu. Hal yang aneh bagi keluarga Pak Erlangga.
Bahkan ketika lelaki tua itu menyalami pak Erlangga, Nyonya Erlangga dibuat malu dengan rona wajahnya merah ketika uluran tangan nya tak diterima oleh lelaki tua itu. Lelaki tua itu lebih memilih menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
“Silahkan duduk.”
Burhan menjelaskan maksud dan tujuan pak Erlangga dan Bram menemui pimpinan pondok pesantren itu.
“Ini pak, cincin yang diberikan oleh almarhum tadi.”
“Coba kemari berikan padaku.”
Suara khas lelaki tua yang cukup serak terdengar dari pria berkopiah hitam itu.
Baru saja Burhan akan mengambil cincin yang diserahkan oleh Bram namun di dicegah oleh Kyai Rohim dengan sebuah lirikan yang tak dipahami oleh pak Erlangga sekeluarga.
“Pak kyai ingin anda menyerahkan sendiri ke beliau.”
Burhan menjelaskan kepada Bram yang masih duduk tak bergerak setelah meletakkan cincin itu di meja. Bram pun mengambil kotak cincin lalu berjalan ke arah sang ustad. Burhan melirik ke arah Bram, santri laki-laki itu masih menunduk namun menggerutu.
“Dasar orang tidak punya sopan santun, seenaknya dia berjalan begitu tanpa rasa hormat pada kyai.”
Gerutu Burhan dalam hati.
Bram menyerahkan langsung kotak yang terdapat cincin emas didalam nya langsung ke tangan kyai Rohim. Dia juga menceritakan perihal amanat dari Almarhum Amir agar bisa mencarikan pengganti untuk calon pengantin pengganti untuk mempelai perempuan yang ditinggal oleh Amir.
Saat menyerahkan kotak cincin tersebut. Tangan Bram ditahan oleh pak Kyai beberapa waktu hingga Bram hanya dapat mengerutkan keningnya.
“Masyaallah.... "
"Sungguh Indah cara Engkau memberikan hamba makna dari Jodoh Ya Rabb.Inikah jawaban dari musibah meninggalnya Amir?"
Mata kyai Rohim terpejam ketika ia menerima cincin itu dari Bram. Tangan Bram sedikit ditahan oleh genggaman kyai Rohim. Dan Kyai Rohim menatap wajah Bram Lekat. Beberapa detik kyai Rohim melepaskan tangan Bram. Dan menatap ke arah pak Erlangga dan istrinya.
Bram Kembali duduk ke tempat asalnya.
Burhan pun masih melirik Bram dengan tatapan tidak senang. Karena Bram seenaknya berjalan dengan memunggungi sang Guru.
Kyai Rohim melihat ke arah pak Erlangga dan Bram secara bergantian. Kyai Rohim pun menarik napas dalam dan menghembuskan nya dengan perlahan lalu tersenyum ke arah Bram.
"Burhan, panggilkan Umi untuk kemari."
Burhan pun berjalan dengan posisi berjongkok dan berjinjit keluar dari ruangan itu dengan posisi mundur tanpa membelakangi kyai Rohim dan ketiga tamunya. Membuat 3 pasang mata menatap aneh pemandangan di depannya. Bagi mereka ini adalah hal yang aneh dan baru.
Namun ketiga pasang mata itu kembali dibuat kaget karena ucapan kyai Rohim yang secara tiba-tiba mengalihkan pandangan pak Erlangga sekeluarga dari Burhan ke arah kyai Rohim.
“Bismillahirrahmanirrahim. Nak Bramantyo Pradipta. Hari ini saya Ahmad Rohim pengasuh pondok pesantren Kali Bening melamar mu untuk santriwati ku yang bernama Ayra Khairunnisa binti Bapak Munir. Apakah kamu menerimanya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Dulkarim Muda
ga bosan baca ulang nevel ini
2024-10-02
0
Tati Suwarsih
g pernah bosan membaca cerita ayrabram...walau berkali2 tetap suka,kisah indah penuh pelajaran menambah wawasan tentang ajaran Islam cinta sejati d dasari ke Iman...Masya Allah
2024-09-15
2
Iin Iin
ntah udh brp x aku baca karyamu thor,,aku ga bosen2 soalnya 😭
sampe anak ku yg ke 3 ku beri nama Ayra Khairunnisa
2024-08-03
1