NovelToon NovelToon
ISTRI RAHASIA

ISTRI RAHASIA

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Supernatural / Tamat
Popularitas:376.8k
Nilai: 5
Nama Author: D'Wiz

Dengan bersekutu jin ular, kehidupan Abay berubah. Tetapi dia harus bersusah payah mencari korban untuk tumbalnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'Wiz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Istri Rahasia Bab 30

Di depan pintu berdiri dua orang, satu perempuan dewasa yang terbilang manis dan satu lagi perempuan muda berusia belasan tahun.

Sanusi dan Wati begitu menatap tamunya, mereka pun tampak bergembira.

"Oh, Poppy. Eh, si kecil Ami sudah besar!" Wati mencubit pipi Ami.

"Sudah dong Oma!" Ami tersenyum. Tetapi matanya menatap ke belakang.

Dina dan Maya sudah selesai makan siang. Mereka berdua berjalan keluar karena tertarik mendengar suara ribut-ribut.

"Oma, mereka siapa?" tanya Ami sambil menunjuk ke Dina dan Maya.

Saat itu Sanusi dan Poppy sedang berbincang basa-basi bertanya kabar, ditimpali Wati. Namun perbincangan berhenti karena pertanyaan Ami.

"Itu Dina. Dina sini, kenalkan sepupumu Ami. Lebih tua darimu, kamu harus panggil Kak Ami ya, Dina." Wati melambai ke Dina.

Dina berjalan maju, Maya juga ikut turut.

"Oh, apa Dina anak Bibi Santi, Oma?" tanya Ami.

Wati menatap Sanusi sejenak, seakan minta pendapat apa yang harus dia jawab.

"Bukan. Tetapi Mama Santi pernah jadi istri dari Papaku. Jadi aku ini masih terhitung anak dari Mama Santi," jawab Dina.

"Oh, anak tiri. Ya, ya, ya... ok, kita berteman!" Ami ulurkan tangannya.

Dina menyambut tangan Ami. Tetapi dia merasa tak suka dengan bola mata Ami yang berputar-putar, seakan menyimpan kelicikan.

"Kenalkan, ini Maya." Dina menunjuk Maya.

"Ayo, Poppy... kita masuk! Eh, kamu bawa tas besar, mau ke mana?" tanya Wati bingung.

Poppy menjawab dengan senyumnya.

"Kita bicara di dalam!" ajak Sanusi.

Poppy mengiyakan. Dia membawa tas besar masuk ke dalam.

Sesampainya di ruang tamu, Poppy ditemani Wati dan Sanusi. Sementara Ami diajak Dina bermain di kamarnya, Maya pun turut serta.

"Paman, Bibi... maksud kedatanganku ke sini itu mau minta tolong," ucap Poppy memulai percakapan.

"Minta tolong apa?" tanya Sanusi cepat.

"Begini Paman... aku kesulitan masalah ekonomi sejak bercerai dengan Mas Setiawan. Aku bekerja pindah sana, pindah sini. Akhirnya aku dapat tawaran kerja ke luar negeri, jadi TKW ke negeri Arab sana. Untuk itu, aku mau menitipkan Ami di sini. Keluarga yang terdekat kan Paman dan Bibi. Maksudku, jarak sekolah Ami masih bisa dijangkau," jelas Poppy mengutarakan maksud kedatangannya.

Sanusi dan Wati saling menatap. Wati memberi kode Sanusi saja yang menjawab.

"Kami tak menolak Ami datang ke sini. Tetapi kami kecewa padamu, Pop!" tegur Sanusi.

"Iya, Paman. Aku tahu maksud Paman... kenapa selama ini aku tak pernah datang bertamu kemari, kan?" tanya Poppy dengan wajah memerah malu.

"Kami tak masalah kamu mau datang atau tidak, tetapi kenapa kamu tak pernah memberi kabar sama sekali? Kami berusaha menelepon dirimu, tetapi tak bisa terhubung." Sanusi menatap Poppy.

"Maaf, Paman. Lima tahun lalu itu, masa di mana pernikahanku dan Mas Setiawan sedang dilanda badai," jawab Poppy.

"Jika ada badai, kenapa kamu tak datang ke sini? Bibi dan Pamanmu betul bukan orang tua kandungmu. Tetapi kami yang tua ini bisa kamu jadikan tempat mengadu. Bahkan Pamanmu pernah berkunjung ke rumahmu untuk mengundang datang ke pesta Santi. Tetapi kamu sudah pindah tanpa memberi kabar, tetanggamu saja tak tahu kamu pindah ke mana!" Wati tak tahan untuk tak bicara.

"Orang tuamu pernah menelepon kami, mereka bertanya kabarmu. Ya, kami jawab tak tahu. Kamu itu sudah bikin cemas orang tuamu!" seru Sanusi.

"Paman, Bibi boleh saja memarahiku. Tetapi waktu itu aku sedang dalam masa sulit. Aku pun terjebak dalam belitan hutang. Hingga wangi tubuh ini bercampur aroma busuk. Ya, aku akui.... selama ini aku terpaksa menjual...."

"Cukup!" bentak Sanusi. Dia sudah bisa menebak apa yang terjadi pada Poppy.

Poppy terisak kecil. Ya, dia tak berani datang ke rumah Sanusi yang juga adik dari Ibunya, karena keadaan dirinya yang harus menjalani hidup dengan cara tak benar.

Sanusi dan Wati saling memandang. Mereka pun tak bisa lagi marah pada Poppy, karena keponakan mereka itu punya alasan yang membuat kepedihan timbul di dalam hati. Rasa malu karena pekerjaan Poppy yang membuat keponakan mereka itu tak berani datang.

"Apa Ami tahu pekerjaanmu apa?" bisik Wati yang sudah duduk di sebelah Poppy. Tangannya merangkul pundak Poppy.

Poppy menggeleng. "Aku selalu menipu dia dengan berkata kerja di rumah makan, Bi."

Sanusi lantas berdiri dan pergi masuk ke dalam kamarnya. Dia tak berani menatap Poppy, karena merasa malu tak bisa menjaga diri Poppy hingga terjerumus ke dunia hitam.

"Maafkan kami, karena tak tahu kesulitan yang kamu alami. Kami pun bersalah, karena tak terlalu sering menengok keadaanmu," bisik Wati.

"Tidak, Bi. Bibi dan Paman tak bersalah. Semua karena Mas Setiawan. Dia yang membuat aku seperti ini. Entah setan apa yang merasukinya, hingga dia menjual diriku pada temannya. Karena aku tak kuat, aku meminta cerai. Sayangnya, aku tak punya skill pekerjaan, sampai aku terdampar di panti pijat. Kemudian aku bertemu orang baik, yang datang benar-benar untuk dipijat bukan meminta yang lain. Dia menawarkan aku untuk kerja di negeri Arab, tepatnya di Kuwait melalui PJTKI tempatnya kerja," tutur Poppy panjang.

Hati Wati menjerit sedih mendengar kisah Poppy yang nelangsa.

"Karena itu, aku ingin memohon untuk menitipkan Ami di sini. Tetapi...." Poppy menatap ke arah menghilangnya Sanusi.

"Kenapa Pop?" tanya Wati.

"Aku batalkan saja Bi. Tak enak pada Paman, sepertinya Paman tak suka kehadiranku di sini!" Poppy mengeluh.

"Kamu salah tebak, Pop. Bibi yakin, Pamanmu akan menerima kehadiran Ami di sini. Dia pergi itu karena merasa malu pada dirinya, tak bisa memperhatikan dirimu. Padahal kami baru saja bicara tentang keponakan dan cucu kami."

"Bicarakan apa Bi?" tanya Poppy tertarik.

"Kami sudah tua, tentunya kami harus serahkan harta benda yang kami miliki pada yang hidup. Pada yang kami anggap berhak!"

"Loh, kan ada Santi, Bi!" heran Poppy.

"Karena kamu tak bisa diberi kabar dan tak pernah mengabari, jadinya kamu tak tahu Santi telah meninggal dunia."

"Ah," jerit Poppy, lalu bibirnya bergerak membaca doa.

"Tadinya aku pikir Santi sedang keluar rumah bersama suaminya. Tetapi tebakanku salah. Saat pesta nikah Santi aku tak bisa hadir, saat kematian pun aku tak datang. Maafkan aku, Bi!"

"Kamu tak bisa disalahkan, semua itu sudah takdir Santi." Wati menarik napas.

"Terus, apa suaminya Santi tinggal di sini, Bi?"

"Tidak, tetapi sering datang ke sini menengok anaknya. Dina itu kami rawat sejak kematian Santi empat tahun lalu."

Seusai Wati bertutur, terdengar suara ribut dari arah kamar Dina.

"Hei, ada apa ini? Kenapa ribut?" tanya Sanusi begitu keluar dari kamarnya.

1
Ulun Jhava
Lambat gerakan dina suta yg baik kasian sdh jd korban..
Ulun Jhava
Jgn lebay deh dina
Ulun Jhava
Abay jg lebay ngapain sih sok bijak sm ami
Ulun Jhava
Labay si dina
Ulun Jhava
Dina trll naif dan ke lebayaann tingkat dewa
Ulun Jhava
Dina trll naif padahal kuat..authorx cemen
Ulun Jhava
Terlalu gegabah abay
Isnaaja
berarti nyi malini kurang sakti, gak bisa membaca hati sasan dan meramal kedepannya seperti apa.
Isnaaja
memang benar, hidup diperantauan dan bertemu orang sekampung itu bahagianya luar biasa banget.
Isnaaja
gaya lo
Isnaaja
ya gak bakalan ikut lah,, takut kepanasan dia
Isnaaja
abu abu berarti
Isnaaja
itu namanya teman gak tau diri.
sudah bagus medi mengizinkan menginap
Isnaaja
😂😂 itu namanya karma.
Isnaaja
obat apa ya?
Isnaaja
satu tahun sekali mah boros atuh, boros nyawa
Narliswati Wati
kok mati semua ga seru
Usmi Usmi
kelamaan Dina Sampek banyak korban
Elisanoor
hanjayyyy si Abay, Jurus si borokokok di keluatkan untuk merayu calon tumbal 🤣
Elisanoor
ih seru,nagih ini saya baca nya 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!