Aizha Adreena Hayva harus bertarung dengan hidupnya bahkan sebelum ia cukup dewasa, berhenti sekolah, mencari pekerjaan dan merawat adiknya karena orantuanya meninggal di malam yang sunyi dan tenang, bahkan ia tak menyadari apapun. bertahun-tahun sejak kejadian itu, tak ada hal apapun yang bisa dia jadikan jawaban atas meninggalnya mereka. ditengah hidupnya yang melelahkan dan patah hatinya karena sang pacar selingkuh, ia terlibat dalam one night stand. pertemuan dengan pria asing itu membawanya pada jawaban yang ia cari-cari namun tidak menjadi akhir yang ia inginkan.
selamat menikmati kehidupan berat Aizha!!
(karya comeback setelah sekian lama, please dont copy my story!)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Fhadillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Setelah beberapa bulan dari malam Caiden melamar Aizha itu, mereka mulai merencanakan pernikahan mereka, Nuka yang walaupun masih sangat muda membantu mereka memilih beberapa hal. Mereka menjadi begitu sibuk mencari gedung pernikahan, memilih waktu yang tepat, mencari gaun pengantin dan sebagainya. Walaupun begitu terkadang Caiden harus lembur atau bahkan tak pulang sama sekali, bekerja begitu keras untuk mengosongkan waktunya di hari yang spesial, dia harus menuntaskan banyak pekerjaannya untuk waktu libur beberapa hari yang begitu berharga.
Terkadang mereka akan berdebat kecil karena memiliki selera yang berbeda, waktu yang mereka butuhkan untuk memutuskan suatu pilihan menjadi sedikit lebih lama. Aizha ingin bersikap santai namun Caiden menganggap semua ini begitu serius, ia ingin segala sesuatu harus menjadi begitu sempurna. Terkadang Aizha hanya membiarkan Caiden memutuskan sendiri yang mana yang ia suka, bukan berarti pernikahan ini tak penting bagi Aizha atau dia kurang peduli. Hanya saja Aizha ingin ini menjadi sesederhana mungkin, intens dan spesial diantara mereka, diantara orang-orang terkasih mereka, namun Caiden memiliki pendapat yang berbeda jadi untuk beberapa hal Aizha menyerah dan membiarkan Caiden memutuskan sendiri.
Aizha begitu senang adik kecilnya juga ikut merasa bersemangat dengan acara ini, Nuka membantu mereka banyak hal dan gadis kecil itu bahkan menyiapkan dirinya sendiri untuk terlihat begitu cantik di acara itu nanti.
Caiden merasa begitu lega saat semua persiapan selesai, wending organizer yang ia sewa bekerja begitu baik sesuai dengan harapannya dan pernikahan mereka akan berlangsung 3 hari lagi. Caiden juga mempertimbangkan untuk pindah rumah, dia berencana untuk pindah kerumah besar dengan halaman luas di kompleks dimana ada banyak rumah-rumah lainnya, jadi mereka akan memiliki tetangga-tetangga yang menyenangkan, tidak seperti tinggal di apartemen ini, walaupun apartemen Caiden begitu mewah. Namun Aizha tak setuju, dia suka apartemen itu, dia sudah terbiasa disana, ada banyak jejak-jejak keberadaan mereka dan kenangan mereka, jadi dia tak ingin pindah kemanapun, Caiden mau tak mau harus setuju.
... ☠️☠️☠️...
Hari ini merupakan hari pernihakan mereka, pernikahan ini di gelar di sebuah wedding venue yang merupakan taman, mereka sengaja memilih outdoor agar bisa menikmati alam secara langsung dan merasa lebih sakral. Tema warna yang mereka pilih adalah putih dicampur tortilla, kedua warna itu berpadu dengan serasi di berbagai dekorasi pernihakan, bahkan para tamu juga memakai dresscode berwarna senada. Keluarga Anne menjadi tamu terpenting di pernikahan itu, mereka mewakili keluarga Aizha. Anne dan Nuka memakai gaun yang hampir sama persis, mereka berbelanja bersama dan dengan kompak memilih gaun tersebut, kedua gadis cilik itu selalu lengket bersama sepanjang waktu seolah seperti kembar yang tak ingin terpisah barang sedetik.
Kedua pengantin tampil dengan begitu indah dan elegan dalam balutan pakaian mewah mereka, gaun Aizha begitu cantik terpasang di tubuh kecilnya, leher jenjangnya terekspos dengan kalung halus yang menghiasi, rambutnya ditata begitu rapi keatas dengan berbagai hiasan yang tak berlebihan, begitu pas pada dirinya, Caiden juga terlihat begitu rupawan dalam balutan tuksedo berwarna tortilla, mereka berdua begitu bersinar.
Rekan kerja, teman-teman, dan orang-orang yang dekat dengan Caiden juga ikut hadir, menjadi saksi mereka di hari yang begitu membahagiakan. Pernikahan itu berlangsung dengan khitmat dan baik, awalnya Aizha merasa begitu gugup dan sedikit stress, dia begitu khawatir akan mengacaukan acara besar itu, namun Caiden berada disana dan menenangkannya, semua berjalan begitu baik. Setelah acara utama selesai, sore harinya berlanjut acara after party dimana mereka akan berpesta, menari dan menjadi liar. Mereka berpakaian lebih santai, musik di putar begitu keras, bahkan anak-anak menikmati jus-jus dan kue-kue mereka sambil bermain-main.
Pesta itu selesai pada tengah malam, mereka akan menginap di hotel itu, Nuka dan Anne telah lebih dulu tidur di kamar mereka bersama kedua orangtua Anne bersama mereka. Caiden mengajak Aizha ke kamar mereka yang bersebelahan dengan kamar Nuka dan Anne, malam pertama mereka sebagai suami istri.
“bagaimana perasaanmu?” tanya Caiden berbaring diatas ranjang, menatap Aizha yang juga berbaring di sampingnya.
“so happy” balas Aizha sambil memainkan cincin pernikahan di jari manis Caiden.
Caiden melepaskan tangannya dari Aizha lalu naik keatas Aizha, kedua tangannya berada di sisi tubuh gadis itu, mengurungnya.
“kalau begitu ayo selesaikan ritual pernihakan ini” kata Caiden lalu mulai mencium Aizha, gadis itu melingkarkan kedua lengannya di punggung Caiden dan memperdalam ciuman tersebut.
Keesokan harinya, Anne dan kedua orangtuanya kembali pulang kerumah mereka, sedangkan Nuka duduk bersama kakak dan kakak iparnya didalam kamar mereka. Nuka hanya duduk dan memperhatikan kedua orang yang baru kemarin menikah itu tengah mengemasi barang-barang dalam koper mereka, Aizha juga mengemasi barang-barang Nuka. Gadis kecil itu tak ingat kemarin ia membawa barang sebanyak itu dan dia bertanya-tanya apakah mereka akan kembali pulang dengan barang-barang yang bahkan tak terpakai itu.
Kini mobil yang mereka naiki itu bergerak melewati jalan yang seharusnya mereka lalui untuk kembali kerumah, Nuka sadar mereka tak pulang dan sekarang pergi ke suatu tempat. Dia tidak tau mereka akan pergi kemana namun dia juga tak begitu ingin tau, jadi sepanjang perjalanan Nuka hanya diam saja, sama sekali tidak mengajukan pertanyaan apapun.
Setelah sekitar 20 atau 30 menitan, akhirnya mereka sampai di bandara, ini pertama kalinya bagi Nuka ke bandara. Setelah menurunkan semua barang yang mereka bawa, mereka bertiga melangkah memasuki bandara. Aizha terus saja mengandeng tangan kecil Nuka, tak ingin adiknya itu jauh-jauh dari dirinya.
“kemana kita akan pergi?” tanya Nuka yang duduk dekat dengan Aizha menunggu Caiden memesan tiket penerbangan.
“entahlah, aku juga tidak tau, tapi kita akan tau saat Caiden disini” kata Aizha sambir tersenyum.
Perjalanan ini sangat mendadak, mereka membicarakannya begitu saja tadi malam dan mereka berdua tidak memutuskan pergi kemana, jadi Aizha tidak begitu peduli mereka akan kemana selama mereka semua bersama, biarkan saja Caiden yang memutuskan. Caiden kembali setelah beberapa lama, dia bahkan membawa beberapa snack agar Nuka atau Aizha tidak lapar.
“penerbangannya sejam lagi, jadi masih agak lumayan lama” kata Caiden lalu duduk di samping Nuka kecil dan menyerahkan snack yang ada tangannya.
“kemana?” tanya Aizha.
“Roma”
Satu jam merupakan waktu yang lumayan lama, namun mereka bertiga menghabiskan waktu itu dengan mengobrol banyak hal dan memainkan game-game sederhana seperti sambung kata ataupun tebak suara hewan. Aizha tak menyangka Caiden tau banyak hal mengenai hal-hal yang menyangkut gadis kecil dan percakapannya cukup nyambung dengan Nuka. Satu jam yang lama itu berakhir bahkan tanpa mereka bertiga sadari. Saat suara memanggil para penumpang yang berangkat ke Roma pada jam 11.30 siang itu, mereka bertiga langsung berjalan menuju gate yang sudah ditentukan bersama para penumpang lain.
Saat duduk di dalam pesawat itu, walaupun mereka sama sekali belum bergerak dan masih bersiap-siap, Nuka merasa begitu gugup dan agak takut, dia tak pernah berada disini sebelumnya dan ini cukup mendadak bagi dirinya. Aizha yang sadar adiknya gugup, menggenggam tangan gadis kecil itu dengan lembut, membuka permen karet untuk adiknya dan menyuruh adiknya untuk mengunyah permen karet itu.
“agar telingamu tidak sakit saat take off nanti, tapi jangan ditelan!” katanya pada gadis kecil itu.
“kenapa kita harus pergi kesana?” tanya Nuka polos.
“untuk bersenang-senang” jawab Caiden simple sambil menunjukan senyum hangatnya.
Mungkin perjalanan ini akan cukup melelahkan bagi mereka, terutama bagi Nuka, namun Caiden yakin mereka bertiga akan sangat menikmati perjalanan ini dan menciptakan banyak kenangan indah bersama, dan kedepannya akan lebih banyak saat-saat membahagiakan bagi mereka, Caiden berjanji pada dirinya sendiri untuk mengwujudkan hal itu.