Pertemuan pertama yang tidak mengenakan di toilet cewek dimana seorang cowok bernama Revan Sanjaya tengah bersembunyi dari kejaran fans cewek yang memujanya tanpa dia sadari di toilet ada seorang gadis kecil yang bernama Kiara Putri, setelah menyadari ada seseorang dia meminta bantuannya karena tidak melihat reaksi apapun dari gadis itu dia yang ada malah sikap cuek yang diberikannya sehingga Revan merasa tertarik dengannya dan langsung mengajaknya menikah tetapi ditolah. Sehingga suatu kejadian yang mengharuskan mereka menikah. Apakah Kiara akan menerima pernikahannya dan belajar mencintai Revan? atau dia akan membencinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jenar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
Assalamu' alakum Wr. Wb
Maaf ya kakak-kakak kalau akhir-akhir ini lama upnya, authornya ada kerjaan mendadak yang tidak bisa di tinggalkan. 🙏🙏🙏
Mohon dukungannya ya dengan cara tinggalkan jejak kalian dengan like, tekan gambar love, komen dan kasih vote agar authornya semangat buat up nya.
Selamat membaca.
----------
" Iya ayo cepat kita ke dokter kamu sudah makan banyak sekali, pasti nanti perutmu sakit." Jawab Revan dengan paniknya mengajak Ara dengan menarik pengekangan tangannya, tapi Ara malah menarik kembali tangannya.
" Kenapa?." Tanya Revan mengenyit keningnya bingung.
" Aku gak apa-apa kita gak usah ke dokter." Jawab Ara.
" Enggak apa-apa bagaimana perutmu pasti sakit, tu lihat perutmu sampai membuncit begitu dan bagaimana kalau ada apa-apa diperutmu nanti." Ucap Revan khawatir dengan mengelus perut Ara.
" Haha... mengemaskan sekali wajahnya ketika panik seperti ini, em kayaknya enak gue kerjain aja hehehe... " Gumam Ara dalam hati tersenyum menyerigai.
" Aduh... aduh kak perutku sakit." Ringkis Ara pura-pura kesakitan membuat Revan tambah khawatir terhadap.
" Apa yang harus kakak lakukan sayang?." Tanya Revan panik tidak bisa berfikir dan dia langsung mengelus-ngelus perut Ara.
Beberapa menit kemudian Revan terus mengelus perut Ara, tapi dia merasa heran Ara malah terbengong dan tersenyum sendiri.
" Ada apa dengan dia, apa sekarang dia malah kesurupan. Tapi tunggu bentar ini perutnya buncit karena kekenyangan kan bukan karena sakit, hem Bisa-bisanya lu Van dikerjain sama anak kecil. Eh tunggu gue bilang tadi dia anak kecil, oh iya diakan anak kecil yang bisa membuat anak kecil hahaha... sayang karena kamu sudah berani-beraninya mengerjain baiklah sayang suamimu yang ganteng ini akan mengikuti permainanmu." Ucap Revan tersenyum menyerigai.
" Sayang apa perutmu sudah agak baikan mendingan sekarang kita cari penginapan, pasti kamu kecapean pengen istirahat." Ucap Revan dan Ara mengangguk tanpa curiga.
Mereka berdua meninggalkan restoran setelah selesai membayar makanan yang mereka makan, di dalam perjalanan tidak ada yang membuka suara. Ara asik dengan memainkan game di hpnya sedangkan Revan fokus mengemudi, sampai akhirnya mereka berada di parkiran gedung yang menjulang tinggi Ara masih fokus dengan gamenya.
" Sayang ayo turun kita sudah sampai." Ucap Revan yang melihat Ara masih fokus dengan hp tangannya.
" Hem." Jawab Ara tanpa melihat dia masih fokus dengan game di hpnya tanpa melihat ke arah Revan.
" Sayang ayo turun, jangan main hp terus." Ucap Revan dengan membuang nafas pelan.
" Iya kakak berisik banget sih." Ucap Ara yang mulai tidak fokus karena Revan yang terus berbicara, hingga akhir Revan langsung mengambil hp yang ada tangan Ara.
" Ih kak, kenapa hpnya diambil sih." Ucap Ara menatap ke arah Revan kesel dan dibalas tatapan tajam oleh Revan.
" Apa bagusnya hp ini hingga kamu mencuekkin kakak? jangan-jangan kamu smsan sama laki-laki lain dibelakang kakak lagi? ." Tanya Revan geram.
"Eh, hehehe aduh suamiku yang ganteng ini ada apa sih, kenapa marah? istrimu yang cantik, baik hati dan tidak sombong ini tadi lagi bermain game, mana ada smsan sama laki-laki lain. Itu akan terjadi jika kakak yang dulu memulainya, bahkan aku gak akan smsan dibelakang kakak gak seru langsung aja aku bawa orangnya dihadapan kakak." Ucap Ara cengengesan dan diakhiri-akhir katanya dia mengucapkannya dengan serius.
" Awas saja kamu berani membawa laki-laki lain dihadapanku." Ucap Revan mengancam.
" Aku kan tadi bilang kalau kakak yang memulai duluan atau kakak sudah punya rencana seperti itu." Jawab Ara memicingkan matanya melihat Revan.
" Mana ada, jangan sembarangan bicara sayang kakak kan sudah janji itu tidak akan terjadi." Ucap Revan.
" Aku tidak perlu janji apapun dari kakak, tapi bukti yang nyata kalau kakak akan terus mempertahankan aku." Ucap Ara membuka seatbelt dan langsung membuka pintu mobil, lalu keluar dari mobil.
" Ayo kak katanya tadi disuruh turun kok malah bengong di mobil entar kesambet lagi." Ucap Ara berjongkok sebelum menutup pintu mobil dengan keras membuat Revan terkejut dan mengelus dadanya.
" Sayang bisa gak kalau tutup pintu gak usah dibanting keras-keras, kalau pintunya rusak bagaimana?." Tanya Revan yang masih sibuk didalam mobil.
" Ganti yang baru." Jawab Ara dan Revan hanya mengelengkan kepala menyusul Ara keluar dari mobil.
" Sayang kamu ingin kita go publik apa? kalau keluar jangan sembarangan kalau entar dilihat orang bagaimana? atau kamu memang mau go publik sekarang?. "Tanya Revan dengan memakaikan Ara masker dan topi.
" Enggak ya, aku gak mau dipusingkan dengan fans kakak." Jawab Ara.
" Tapi kenapa kita ada di hotel memang mau ngapain?." Tanya Ara bingung.
" Emang mau ngapain lagi kalau bukan melakukan malam pertama kita yang tertunda." Jawab Revan menarik tangan Ara lembut memasuki hotel sedangkan Ara hanya acuh.
" Ada yang bisa dibantu pak?. " Tanya represionis.
" Saya mau pesan 1 kamar VIP." Jawab Revan to the poin dingin dengan wajah datar.
" kak kok pesannya cuma 1 kamar sih, terus aku tidur dimana?." Tanya Ara berbisik ditelinga Revan.
" Kamu tidur sama suamimu lah sayang, jangan bilang kamu lupa kalau sudah menikah." Jawab Revan juga berbisik.
" Tapi... " Ucap Ara terpotong.
" Gak ada tapi-tapian kita sudah menikah gak boleh tidur pisah kamar, apa lagi pisah ranjang, tidur saling memunggungi pasangan aja tidak boleh kamu harus ingat itu walau kita sedang semarah-marahnya sama pasangan." Ucap Revan menjelaskan sambil berbisik dan menatap Ara.
" Yaudah terserah kakak." Ucap Ara pasrah.
" Anak pintar." Ucap Revan.
" Ini pak kuncinya, selamat beristirahat." Ucap repsesionis ramah dengan tersenyum dibuat semanis mungkin, Ara yang melihatnya ingin muntah.
" Uekk... " Ucap Ara seolah-olah dia ingin muntah dan Revan panik melihatnya tanpa berfikir panjang dia langsung mengendong tubuh Ara ala bride style, hal itu memancing perhatian orang yang masih berada di lobby.
" Sayang kita ke rumah sakit." Ucap Revan khawatir.
" Ih kakak jangan lebay deh, turun aku sekarang dan cepat ambil kuncinya dari pada nanti mbak repsesionisnya cari-cari perhatian lagi sama kakak." Ucap Ara berbisik ditelinga Revan membuat Revan menjadi menegang dengan hembusan nafasnya yang mengenai kulit Revan, tanpa menunggu lama Revan langsung mengambil kuncinya dan menuju lift dengan tergesa-gesa.
" Sayang jangan salahkan suanimu ini kalau memakanmu malam ini juga." Gumam Revan dalam hati didalam lift hingga beberapa menit lift terbuka dan Revan mencari nomor kamar yang terdapat pada kunci, lalu mengarahkan pada sensor hingga pintu terbuka. Revan masuk ke dalam kamar dan langsung mengunci pintunya.
" Sayang apa boleh kita melakukannya sekarang?." Tanya Revan dengan suara berat nafasnya yang ngos-ngosan, menatap Ara sendu dengan wajah memelas.
" Melakukannya sekarang? kenapa dia harus meminta izin segala, bisanya juga langsung nyosor menciumku. Kenapa jadi gue yang tidak sabar untuk menciumnya apa lagi melihat wajah memelasnya seperti ini jadi gemes sendiri, dari pada gue yang dia bilang ciuman gue itu terlalu kaku ok sekarang gue akan buktikan hehe... " Gumam Ara dalam hati sambil tersenyum.
" Sayang kenap... " Ucap Revan terpotong dengan ciuman yang diberikan oleh Ara dibibirnya membuat Revan terkejut dengan reaksi yang diberikan Ara, tanpa membuang kesempatan dia membalas ciuman Ara, Revan yang lebih tinggi dari Ara agak kesusahan sehingga dia mengalungkan tangannya dan menjinjitkan kakinya.