Berkisah tentang dua sejoli beda negara yang dipersatukan oleh pernikahan yang bermula dari kawin kontrak.
Sultan, seorang turis dari Arab mulanya hanya ingin menjadikan Maymunah sebagai istri kontraknya, namun kepribadian Maymunah membuat Sultan tak berdaya dan akhirnya bertekuk lutut pada Maymunah.
Akankah Maymunah mampu menaklukan orang tua Sultan?
Akankah pernikahan mereka langgeng until Jannah?
Ikuti kisah mereka dalam novel ini.
Kisah dalam novel ini hanya fiktif belaka, meskipun alur dan latar dalam novel ini seperti nyata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maunah mom's zuzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak se-kufu (Tidak se-level)
Air mata Maymunah kian deras mengalir membasahi pipi mulusnya.
"Mae, kenapa nangis? Lilis, kamu ngomong apaan sama Mae, sampai dia nangis gitu?" Tanya Susi yang baru masuk ke dapur.
Maymunah buru-buru menghapus airmatanya dan mencoba tersenyum.
"Mae gak apa-apa kok, cuma lagi inget keluarga aja. Sekarang Mae mau pergi ke kamar mandi dulu, permisi"Tanpa menunggu jawaban dari teman-temannya, Maymunah segera bergegas meninggalkan dapur menuju kamar mandi.
Ia segera mencuci wajahnya agar bekas tangis itu sedikit menghilang.
Malam semakin larut, jam sudah menunjukan jam 11 malam, tapi para tamu itu belum pulang juga.
Mereka baru saja selesai makan malam.
Sudah merupakan kebiasaan orang Saudi yang selalu makan malam pada jam 11 malam lebih.
Para tamu pun biasanya baru pulang setelah diatas jam 12 malam.
Setelah tamu pulang, Sultan segera menyempatkan diri pergi ke dapur untuk melihat keadaan istrinya.
Ia berpura-pura membawakan piring kotor bekas para tamu laki-laki.
Lilis yang melihat Sultan memasuki dapur, merasa kegirangan. Ia segera menyambut Sultan dengan berpura-pura mengambil piring kotor dari tangan Sultan.
Sultan memberikan piring kotor itu pada Lilis, tapi matanya tak lepas dari Maymunah.
Ia terus memandangi wajah istrinya yang tampak lelah dan sembab itu.
Maymunah yang merasa bahwa Sultan memandangnya, tetap bersikap biasa saja seakan ia tak melihat kedatangan Sultan.
"Susi, bantu Maymunah sampai selesai!" Titahnya pada Susi yang dijawab dengan anggukan oleh Susi.
"Sayang, kenapa wajahmu sembab begitu? sepertinya dia sedang ada masalah. Apa dia merasa tertekan karena kedatangan gadis yang akan dijodohkan denganku?" Gumam Sultan dalam hatinya.
Dengan hati yang tak menentu, ia segera meninggalkan dapur dan masuk ke kamarnya.
Ia segera mengirim puluhan chat pada Maymunah.
[Sayang, kenapa wajahmu sembab?]
[Sayang, kamu jangan sedih ya, aku akan berusaha menòlak perjodohan ini dan akan memberi tahu mereka tentang pernikahan kita]
Puluhan chat ia kirimkan ke ponsel Maymunah, tapi tak dihiraukan oleh Maymunah. Bahkan sampai Maymunah selesai dari pekerjaannya dan masuk kamarnya, Maymunah tak membalas chat dari suaminya itu. Ia hanya membacanya dan memandanginya, tapi tak satu katapun yang ia tulis untuk menjawab chat suaminya itu.
[ Sayang, kenapa kamu gak membalas chat dariku? apa kamu marah?] Sultan mengirimi pesan lagi, namun Maymunah tetap tak menjawab.
Entah kenapa hatinya terasa sakit karena mendengar bahwa Sultan sering meniduri pembantu.
Ia tau dari awal bahwa Sultan adalah seorang casanova, tapi ia tak menyangka bahwa sampai separah itu suaminya tersesat dari jalan Allah.
Maymunah bukan cemburu saja, tapi ia takut kalau nanti keturunannya akan meniru sifat jelek dari ayahnya.
Maymunah menghela nafas dalam-dalam sambil membaca setiap chat dari suaminya.
Ke esokan harinya, Sultan segera bergegas menemui Susi yang sedang asyik mencuci di Balkon.
"Susi, aku mau nanya" Ujar Sultan mengagetkan Susi.
"Astaggfirullah, Sultan kamu jangan macam-macam" Teriaknya sambil akan memukul Sultan.
"Eh..kamu apaaan sih. Aku mencarimu karena mau tanya, apa Lilis ngomong sesuatu sama Maymunah?" Tanya Sultan dengan lugas.
"Sepertinya begitu, pas aku dipanggil mama Fathma, Lilis ke dapur dan saat aku masuk, aku lihat Maymunah menangis"
Tangan Sultan tiba-tiba saja mengepal dan ia menghempaskan tinjunya kearah tembok.
Buggg.
Tanpa bicara lagi, Sultan segera meninggalkan Susi yang masih berdiri mematung.
Sultan segera pergi ke dapur untuk menemui Maymunah dengan berpura -pura meminta dibuatkan sarapan.
"Maymunah, aku pengen sarapan" Ujarnya, mencoba memancing Maymunah agar bicara.
Namun, harapan tinggal harapan, Maymunah tetap diam membisu. Ia bergegas menyiapkan makanan, namun tanpa menghiraukan Sultan.
"Sayang, kamu kenapa? aku bisa jelaskan. Kalau kamu mau seperti ini terus, aku akan paksa kamu pulang ke apartemen " Tanya Sultan sekali lagi. Ia mencoba menakut-nakuti Maymunah.
Maymunah akhirnya terpancing, ia melihat kearah sultan dengan pandangan menusuk, membuat Sultan merasa ngeri.
"Apa benar yang ku dengar dari Lilis?" Aku kecewa sama kamu" Tukasnya seraya berlalu pergi meninggalkan Sultan.
Sultan mengusap wajahnya dengan kasar.
"Sultan, kamu mau sarapan apa?" Sapa Lilis yang baru datang ke dapur .
Mendengar suara Lilis, Sultan langsung menoleh dan menatapnya dengan tajam.
Dia mengeluarkan lembaran uang riyalnya dan ia hempaskan di depan Lilis.
"Ambil ini, dan jangan ganggu aku lagi. Jangan bicara tentang apa yang terjadi antara kita pada siapapun. Apa kau tidak malu menceritakan aibmu?" Ujar Sultan sambil berlalu pergi.
Sementara lilis berjingkrak kegirangan karena mendapat uang dari Sultan.
Dengan wajah kusut, Sultan pergi ke kamarnya lagi.
Wasim yang melihat adiknya murung, segera mendekatinya.
"Kamu kenapa, Sultan?" Tanyanya setelah ia di dekat adiknya.
Sebelum menjawab, Sultan menengok kanan kirinya dulu. Wasim yang faham segera mengajak adiknya memasuki kamarnya.
"Sekarang ceritakan apa yang terjadi" Titah Wasim setelah mereka berada di dalam kamar Wasim.
Sultan menghela nafas.
"Maymunah marah padaku, karena mendengar cerita tentang aku yang pernah berhubungan dengan temannya" Tutur Sultan lesu.
"Maksud kamu, pembantunya kak Muhammad?" Tanya Wasim. Ia ingat saat itu ia memergoki Sultan bersama Lilis di apartemennya.
Sultan hanya mengangguk lesu.
"Tunggu sebentar!"
Wasim melangkah menuju lemari bukunya, karena ia hobinya membaca, maka ia membuat sebuah perpustakaan di kamarnya.
Wasim terlihat mencari sesuatu , setelah menemukan yang ia cari,ia segera menunu ke arah Sultan dan memberikan sebuah buku yang berjudul:
'Annisa haula Rosul' Sebuah buku yang membahas tentang anisa (perempuan-perempuan sekitar Rosululloh) dimulai dari kisah ibu dan bibi-bibi beliau, istri-istri beliau sampai kisah para sohabiyat, Sohabiyat adalah wanita wanita yang hidup disekitar beliau dan beriman serta masuk islam.
Di mana mereka adalah perempuan-perempuan istimewa yang memiliki kisah heroik dan mengharukan dalam membantu perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan islam.
Sultan terbengong menerima buku itu, karena ia tak faham dengan maksud kakaknya.
"kenapa kau berikan buku ini padaku?" Tanyanya masih diliputi rasa heran.
"Itu bukan untukmu, tapi untuk istrimu . " Jawab Wasim.
"Buat apa Maymunah di kasih yang beginian?"
"Kasih kan saja, dia mengerti bahasa arab Fasih kan?"
"Iya, dia dan ayahnya bisa berbahasa arab fasih"
"Nah, makanya kasihkan itu padanya "
"Wasim kamu jangan bercanda, aku minta solusi darimu, bukan buku begini" Sultan masih ngeyel karena ia tak faham tentang ilmu agama dan tak faham bahwa kisah para Sohabiyat itu bisa membuat Maymunah berfikir dan nanti bisa mau meneladani mereka. Dan itu akan membuat Maymunah memaafkan Sultan.
"Jangan banyak tanya kamu Sultan, kasihkan saja pada istrimu. Dia akan faham maksudku. percuma saja aku jelaskan padamu, kamu tak akan faham karena yang kamu fahami cuma hal-hal duniawi saja" Ujar Wasim tegas.
Akhirnya sultan menerima buku itu dan segera pergi ke dapur. Ia melihat Maymunah masih di dapur karena sedang makan sarapan.
"Sayang, ambil ini. Dari Wasim" Ujarnya sambil menyerahkan buku yang diberikan Wasim.
Maymunah terbelalak seketika, matanya berkaca kaca saat membaca judul buku itu.
Ia faham maksud Wasim, Ia ingat kata-kata Wasim yang mengatakan padanya agar ia meneladani Ummu Sulaim yang berhasil mengislamkan calon suaminya dan membawanya ke jalan Allah bahkan beliau berdua menjadi pembela Rosululloh saat beliau kalah dalam Perang dan terluka.
Ya, ketika perang Uhud, ummat islam sempat kalah dan Rasul sempat terluka, di saat saat itulah Ummu Sulaim dan Suaminya menjadi tameng bagi Rasul dalam menghalau musuh.
Itulah kisah Ummu Sulaim yang terlintas dalam fikiran Maymunah, Air mata Maymunah menderas seketika.
"Astaggfirullah, kenapa aku begitu sombong dengan keadaanku. Aku begitu sombongnya merasa tidak se-kufu atau tidak selevel dengan Sultan yang merupakan seorang casanova. Harusnya aku merangkul Sultan agar mau bertaubat nasuha dan mengajaknya berjalan bersama menuju surgaNya, bukan malah menyalahkannya dan meninggalkannya" Gumamnya lirih.
Sultan yang tak faham dengan apa yang terjadi padaMaymunah, merasa khawatir melihat istrinya itu menangis.
"Sayang, kok kamu malah nangis. Kalau kamu gak mau nerima buku ini, aku kembalikan ke Wasim ya" Ujarnya cemas.
Maymunah tersenyum, membuat Sultan terlonjak kegirangan.
"Sayang, kamu udah senyum. Syukurlah. Aku kira kamu masih marah"
Maymunah menghapus air matanya.
"Aku gak apa apa, kamu sebaiknya pergi karena aku gak mau Lilis atau yang lain kesini" Ucap Maymunah diselingi senyum manisnya.
Dengan senyum sumringah akhirnya Sultan meninggalkan Maymunah di dapur .
"Kau cerita apa