NovelToon NovelToon
Pernikahan Yang Tak Diinginkan

Pernikahan Yang Tak Diinginkan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Cintamanis / Patahhati
Popularitas:37.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: MeeGorjes

Apa yang terjadi jika lelaki yang menjadi calon suami melarikan diri bersama sahabatmu sendiri tepat di hari pernikahan ?

Setelah terlambat satu setengah jam dari jadwal akad nikah, akhirnya seseorang menjemput Sabina dari kamar hotelnya untuk menemui lelaki yang baru saja membacakan ijab kabulnya.

Sabina terkejut luar biasa ketika yang berada disana bukanlah Andre yang menjadi kekasihnya selama ini. Melainkan Gibran yang merupakan sahabat dari calon suaminya dan juga kekasih Amanda sahabatnya. Bahkan Minggu lalu Sabina membantu Gibran untuk memilihkan cincin yang akan digunakan Gibran untuk melamar Amanda.

Tapi sekarang cincin pilihannya itu melingkar indah di jari manisnya sendiri, tak ada nama Gibran dalam lingkarannya. Mungkin memang sudah takdir ia terikat dengan lelaki yang tidak mencintainya.

Bagaimana nasib pernikahan yang tak diinginkan keduanya ini ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeeGorjes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memutuskan

Happy reading ❤️

"Sudah ku katakan jangan jatuh cinta Sabina, jangan jatuh cinta lagi... Kamu akan patah hati seperti sekarang ini." Batin Sabina dalam hatinya. Ia membalas ciuman suaminya dengan hati menahan sakit dan air bening terus terjatuh dari ujung matanya.

Ciuman Gibran mulai merambat sepanjang pipi,   telinga dan menurun menjelajahi leher jenjang istrinya membuat tubuh Sabina terpelanting karena sensasi baru yang ia rasakan. Sedangkan Gibran menyesap dengan rakus aroma tubuh Sabina yang akhir-akhir ini menjadi pavoritnya dan bukannya berhenti, Gibran semakin menginginkan lebih.

Tanpa menghentikan cumbuannya, Gibran menelusupkan tangannya ke dalam blouse Sabina hingga tersingkap. Angin malam yang dingin Sabina rasakan menyentuh kulit polosnya dan ia pun menggigil karenanya. Tak hanya angin yang membuat tubuh Sabina bergetar, namun sentuhan-sentuhan seringan bulu dari tangan Gibran yang merambat masuk juga membuat tubuh Sabina gemetar.

"Gi... Gibran... Hentikan," lirih Sabina yang mulai ketakutan Gibran berbuat lebih padanya.

Memang benar Gibran suaminya, dan jika Gibran menginginkan haknya maka Sabina akan memberikannya dengan suka rela, namun bukan begini caranya. Batin Sabina terus berkecamuk.

"Gi... Gibran, ku mohon... Hentikan," lirih Sabina yang kini tak bisa menahan tangis.

Tangan Sabina yang gemetar menahan dada suaminya agar tidak terlalu menindihnya, dan tangan yang lain mencoba mengenyahkan tangan Gibran yang kini sedang merem*s gemas bagian tubuh Sabina yang tak pernah tersentuh laki-laki manapun itu. Tapi Gibran tak berhenti jua.

"Gibran, aku mohon hentikan, kamu  nyakitin aku." Lirih Sabina lagi.

Gibran mengangkat wajahnya dan menatap Sabina yang tengah menangis, mata merahnya mengedip sayu sedangkan Sabina tak bisa menghentikan tangisnya

"Kumohon Gibran... Hentikan.... Ini aku Sabina," Lirih Sabina sembari terisak.

"Hentikan... Aku mohon padamu Gibran... Ini aku Sabina... Jangan melakukannya seperti ini," lirih Sabina berulang kali dengan tangan yang masih menahan suaminya agar tak berbuat lebih.

Gibran meninggikan tubuhnya, ada jarak antara ia dan Sabina. kini Gibran tak lagi menindih istrinya. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali karena mendengar rintihan Sabina yang berulang-ulang.

"Maafkan aku," ucap Gibran dengan suara seraknya. Ia menatap Sabina lamat-lamat dan mengecup dahi Sabina sebelum menggulingkan diri ke bagian sisi ranjang yang kosong dan meringkuk di sana.

Segera saja Sabina bangkit meski rasa takut dan terkejut masih melanda dalam dirinya, Sabina segera pergi dengan tertatih meninggalkan kamar tamu dimana Gibran berada.

Sabina berjalan menaiki setiap undakan tangga yang menuju kamarnya dengan kaki yang masih gemetar karena takut. Ia masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Sabina membuka pintu kamarnya yang kini terasa luas dan kosong karena Gibran tak ada di sana. Ia mendudukkan tubuhnya di tepian ranjang sembari menundukkan kepala dan tangisan yang tak bisa ia tahan lagi.

"Apa yang kamu lakukan Bina ? Kenapa membalas ciuman Gibran yang jelas-jelas bukan untukmu ? Dan kenapa hati ini terasa sakit sekali ?" Lirih Sabina pada dirinya sendiri.

"Apakah aku tidak boleh jatuh cinta lagi ya Tuhan? Apa aku memang tidak pantas untuk dicintai ?" Lirih Sabina frustasi. Ia benar-benar merasa patah hati ketika Gibran menyebutkan nama Amanda.

Ya... Sabina sakit hati karena Gibran menyebutkan nama wanita yang sangat dicintainya. Kenyataan bahwa amanda telah merebut Andre kini tak mempengaruhi hati Sabina lagi.

Setiap perhatian yang Gibran berikan, juga hubungan mereka yang kian dekat  membuat Sabina memiliki sedikit perasaan lebih pada lelaki yang berstatus suaminya itu dan kedatangan ibu mertua yang ternyata menerimanya dengan baik membuat Sabina berharap pernikahannya ini akan menjadi pernikahan yang sesungguhnya namun ternyata ia terlalu tinggi berharap karena   Gibran masih mengingat kekasihnya yang dulu.

Belum juga cinta Sabina tumbuh dengan  sempurna tapi kini perasaan cinta itu  harus dipaksa mati. Sabina pun tersenyum masam.

Sabina membaringkan tubuhnya seperti janin, ia tidur meringkuk dengan kedua tangan mendekap tubuhnya sendiri.

"Semua akan baik-baik saja, kamu kuat Bina." Ucapnya berusaha menguatkan dirinya sendiri.

Saat ini Sabina tengah berpikir sikap apa yang harus ia ambil untuk berhadapan dengan Gibran nantinya.

***

"Hoeeeekkk," Gibran terbangun karena rasa mual yang melanda perutnya. Ia mendudukkan tubuhnya di tepian ranjang dengan kedua tangan menopang kepalanya yang berdenyut hebat dan sakit.

Perlahan Gibran mengangkat wajahnya dan mengedarkan pandangannya, menelisik isi kamar yang rasanya tak pernah ia datangi.

Gibran segera memeriksa dirinya sendiri dan bernafas lega ketika ia masih mengenakan pakaian lengkap. "Ah syukurlah semua hanya mimpi," ia teringat semalam mencumbu wanita yang berada dalam kuasa tubuhnya.

Ia berdiri dan berjalan tergesa ketika rasa mual melandanya lagi. Gibran membuka sebuah pintu dan beruntung menemukan sebuah toilet di baliknya.

Gibran mengelap mulutnya dengan lengan setelah semua isi perut yang berisi minuman terkutuk itu ia keluarkan.

"Ah shiiiiittt," maki Gibran ketika melihat pantulan dirinya dalam cermin terlihat begitu kacau.

Segera ia keluar dari ruangan itu dan terus berjalan hingga kini Gibran berada di ruang tengah sebuah rumah yang sangat ia kenali. Rumah yang menjadi tempat tinggalnya 1 bulan terakhir ini. Gibran pun kembali bernafas lega.

Gibran berjalan menuju ruang makan di mana Sabina selalu menunggunya untuk sarapan bersama tapi ternyata istrinya itu tak ada disana.

Hanya ada sepiring pancake dengan sebotol madu di hadapannya, segelas air putih dan sebutir pil pereda sakit kepala.

Gibran pun meraih gelas itu dan meminumnya dalam satu kali tenggakkan.

"Mana Sabina ?" Tanya Gibran pada mbok Inah yang baru saja memasuki ruangan itu.

"Ibu sedang menanam bunga di taman belakang."

"Oh," gumam Gibran.

Gibran pun mengintip dari balik tirai dan melihat Sabina di sana tengah sibuk dengan tanaman dan pot nya.

Deg ! Hati Gibran berdetak lebih cepat ketika ia melihat Sabina disana. Ia pun segera menutup tirai tipis itu dan memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu di kamarnya.

"Apa yang harus aku katakan pada Sabina ? Bagaimana aku mengatakan alasanku bisa sampai di klub itu dan mabuk? Bagaimana mungkin aku katakan pada Sabina bahwa sebenarnya aku telah mengejar Amanda ?" Pikiran itu berkecamuk dalam benaknya.

Kini Gibran merasa menjadi seorang lelaki yang memang ketahuan berselingkuh. Rasa bersalah menyusup dalam hatinya.

"Ah shiiiiittt," maki Gibran yang merasa frustasi. Karena tindakan bodohnya ia tak bisa mendapatkan Amanda malah timbul masalah lain yaitu bagaimana ia menghadapi Sabina saat ini.

Setelah membersihkan diri, Gibran kembali ke lantai bawah. Sarapan yang telah Sabina siapkan tak membuatnya berselera, bukan karena ia tak suka hanya saja tak ada Sabina di sana yang biasa menemaninya.

Gibran mengintip kembali Sabina dari balik tirai dan istrinya masih tetap berada di sana sehingga Gibran pun memutuskan untuk menemui Sabina.

Wajah Sabina terlihat merona karena bermandikan cahaya matahari pagi, dress putih bercorak bunga pink dan biru   terlihat sempurna membelit tubuh rampingnya. Rambutnya yang panjang Sabina ikat secara asal sehingga memperlihatkan leher jenjangnya yang menggoda.

Gibran terpaku pada leher jenjang itu, hanya dengan melihatnya saja Gibran bisa tahu bagaimana wangi musk khas Sabina yang menempel di leher istrinya. Sekilas bayangan timbul dalam kepala Gibran. Rasanya ia pernah dengan rakus menikmati wangi khas Sabina di ceruk leher itu dengan bibirnya.

Gibran pun menggelengkan kepalanya berusaha menolak apa yang ia pikirkan.

"Itu pasti hanya khayalanmu," ujar Gibran pada dirinya sendiri.

Ia pun kembali berjalan dan kian mendekati istrinya itu.

"Lagi ngapain ?" Tanya Gibran.

Sabina yang tengah berjongkok di atas tanah dengan berbagai macam tanaman mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang menyapa.

Sabina memicingkan matanya karena Gibran yang tengah berdiri itu tertimpa sinar matahari yang menyilaukan.

"Aku, lagi nyoba nanam bunga." Jawab Sabina dan kembali menundukkan kepalanya.

"Sarapan kamu udah siap di meja," lanjutnya lagi tanpa sekalipun melihat pada suaminya itu.

Gibran menurunkan tubuhnya agar sejajar dengan istrinya.

"Hu'um aku tahu." Jawab Gibran sembari terus memperhatikan Sabina.

"Kalau begitu makan dulu," ucap Sabina sembari terus menghindari Gibran.

"Gak mau kalau gak sama kamu." Jawab Gibran yang kini ikut memilih beberapa tanaman yang ada di hadapannya.

"Aku udah makan,"

"Kok gak nunggu aku?" Tanya Gibran sedikit kecewa.

"Aku udah gak kuat lapar," jawab Sabina bohong.

"Kalau gitu temenin aku aja yuk ?"

"Tangan dan baju aku kotor lagian ini sebentar lagi juga selesai. Tanggung kalau aku tunda." Sabina beralasan.

Cukup lama mereka terdiam tak saling bicara namun Gibran tak jua pergi. Ia masih asik memperhatikan Sabina yang sibuk dengan tanamannya.

Usaha Sabina untuk menghindari Gibran sepertinya kurang berhasil pagi ini.

Yang ditunggu Sabina akhirnya terjadi juga. Gibran berdiri dan kemudian pergi. Sabina dapat bernafas lega tapi tidak untuk waktu yang lama karena Gibran datang kembali dengan sebuah piring di tangannya.

"Aku makan disini ya dekat kamu," ucap Gibran yang kini mendudukkan tubuhnya di atas ubin yang berada tak jauh dari istrinya itu. Sedangkan Sabina berusaha mati-matian menahan perasaannya.

Mereka hanya berdiam diri saling tak bicara, Gibran tahu Sabina tengah marah padanya.

"Bina maafkan aku... Maafkan karena telah bertindak bodoh tadi malam dan menyusahkanmu," ucap Gibran berusaha memecahkan keheningan.

Sabina tak menjawab tak juga menanggapi ia masih menyibukkan diri dengan tanamannya.

"Bina... Aku... Kemarin aku melihat Amanda dan..."

"Sudahlah tak apa-apa... Tak usah menjelaskan apapun. Mari kita tak saling campuri urusan pribadi masing-masing." Potong Sabina cepat.

Sabina telah memutuskan untuk tidak berharap pada pernikahannya lagi.

To be continued

Thanks for reading ❤️

1
Sumar Sutinah
Luar biasa
Nurjana Bakir
mantap
mbak mimin
sekali tamak y ttp tamak
Anisatul Azizah
eleh eleh... amnesia pak, masih deg2an habis dicium Manda di klinik?
Andre g smp sentuhan fisik intim lho sm Bina
Anisatul Azizah
kalo aku jd kamu Bina, aku usut sampai tuntas mengenai "merayunya" ini🤣
Anisatul Azizah
jelasin juga donk, kalo kamu jg pgn kembali menjalin hubungan dg Gibran... dasar!
Putri Matahari
Luar biasa
Maya Lara Faderik
cerita yang menarik sudah berapa kali membacanya pun tak pernah bosan
buat pengetahuan untuk diri sendiri banyak pelajaran dalam cerita ini..
tQ Thor idea yang bernas..semoga sentiasa sihat selalu.. tetap menyokong selalu sukses selalu ya Thor..
Herwendi Januari
Luar biasa
Adelina Simatupang
aku padamu gibran
Adelina Simatupang
yee, akhinya kata cinta keluar juga dari mulut Sabrina, otw malam pertama gibran....
Nina Nurhasanah
Kecewa
Nina Nurhasanah
Buruk
Fera Susanti
ga pernah bosen mengulang membaca nya..
Phoobe Pudji
Luar biasa
MeeGorjes🍌Peak_fam😜: terimakasih kak ♥️
total 1 replies
Ika Savitrie
Menarik ❤❤
MeeGorjes🍌Peak_fam😜: terimakasih kak ♥️
total 1 replies
Sri Sulis
meski udah berkali kali tamat sll pingin ngulang baca lagi .... mksh kak mee.... sukses sll
Muza
aku udah bc semua karyamu thor, di aplikasi
sebelah aku jg udah bc semua, aku tunggu karya terbarumu thor, semangat berkarya
𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️
gitu dong baru laki2 gibran huhu. semoga direstui yaa.
𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️
dasar gibran wkwk bukan berkas yg tertinggal tapi hatinya bina wkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!