NovelToon NovelToon
CINTA DATANG BERSAMA SALJU PERTAMA

CINTA DATANG BERSAMA SALJU PERTAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Karir / One Night Stand / Duniahiburan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:325
Nilai: 5
Nama Author: chrisytells

Di Shannonbridge, satu-satunya hal yang tidak bisa direncanakan adalah jatuh cinta.
​Elara O'Connell membangun hidupnya dengan ketelitian seorang perencana kota. Baginya, perasaan hanyalah sebuah variabel yang harus selalu berada di bawah kendali. Namun, Shannonbridge bukan sekadar desa yang indah; desa ini adalah ujian bagi tembok pertahanan yang ia bangun.
​Di balik uap kopi dan aroma kayu bakar, ada Fionn Gallagher. Pria itu adalah lawan dari semua logika Elara. Fionn menawarkan kehangatan yang tidak bisa dibeli dengan kesuksesan di London. Kini, di tengah putihnya salju Irlandia, Elara terperangkap di antara dua pilihan.
​Apakah ia akan mengejar masa depan gemilang yang sudah direncanakan, atau berani berhenti berlari demi pria yang mengajarkannya bahwa kekacauan terkadang adalah tempat ia menemukan rumah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chrisytells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16 : Badai di Kedai Kopi Crooked Spoon

Pagi itu, The Crooked Spoon tengah ramai oleh hiruk pikuk khas hari Natal. Elara membantu Fionn di balik meja, mengenakan apron yang sedikit terlalu besar untuknya. Dia merasa berguna, meskipun sesekali dia masih melirik lengan Fionn yang diperban—pengingat akan fondasi baru mereka.

Elara dengan teliti menyusun cangkir-cangkir. “Fionn, aku sudah membuat Gantt Chart untuk aliran pelanggan, kita bisa mengurangi waktu tunggu sebesar 15% jika kita memindahkan stasiun scone.”

Fionn terkekeh sambil menyajikan kopi. “Kau tidak bisa mengatur pelanggan, Sayang. Mereka adalah kekacauan yang lapar. Tapi aku menghargai usahamu.”

Saat pintu kedai terbuka, hawa dingin masuk bersama seorang wanita yang menarik perhatian semua orang. Dia tinggi, berambut gelap dengan ikal liar, dan memiliki tawa yang cerah dan bebas. Pakaiannya bergaya perdesaan, tetapi dengan sentuhan trendi yang menunjukkan dia tidak sepenuhnya terputus dari dunia luar.

Wanita itu melangkah langsung ke meja.

“Fionn Gallagher! Astaga, kau harus melihat dirimu! Masih berkubang dalam aroma kopi dan scone gosong, ya?” Wanita itu berbicara dengan nada akrab yang hangat, yang secara otomatis memicu alarm kecil di kepala Elara.

Fionn tersenyum, senyum yang sedikit terlalu lebar dan nostalgis. “Sinead! Lama tak jumpa! Kupikir kau masih di Galway.”

Sinead tertawa. “Aku kembali untuk Natal. Dan aku harus mampir, tentu saja. Aku merindukan scone-mu—dan juga... kekacauanmu.”

Dia kemudian mengalihkan perhatiannya ke Elara, dengan tatapan yang tajam dari ujung kepala hingga ujung kaki, tetapi senyumnya ramah berlebihan.

“Kau pasti Elara. Gadis kota dari Dublin. Orang-orang mengatakan bahwa Shannonbridge sedang kedatangan tamu seorang Perencana Kota. Aku Sinead. Mantan kekacauan utamanya Fionn,” kata Sinead, mengulurkan tangan.

Elara memaksakan senyum seprofesional mungkin. “Elara O’Connell. Senang bertemu denganmu.”

Fionn, entah bagaimana, tampak lebih santai di sekitar Sinead. Mereka berbicara tentang masa lalu—tentang perahu tua Fionn, tentang kompetisi memasak yang mereka menangkan (dan kalahkan) bersama.

Elara merasa seperti pihak luar yang sedang mengamati sebuah pertemuan yang tidak terdaftar di Gantt Chart-nya.

“Ingat saat kita mencoba membuat croissant di oven tua itu, Fionn? Mereka meledak dan kita menghabiskan tiga jam membersihkan tepung dari seluruh atap kedai?” Sinead tertawa, menepuk lengan Fionn dengan sangat akrab.

Elara menatap tangan Sinead di lengan Fionn. Fionn bahkan tidak bereaksi.

Tiga jam membersihkan tepung? Aku bahkan belum menghabiskan tiga jam bersamanya tanpa berbicara tentang Proyek Danube atau Cillian.

Elara segera menyela. “Fionn, batch scone yang baru sudah siap. Aku akan menyusunnya di stasiun yang baru.”

“Tentu, Planner. Terima kasih!” Fionn balas bersemangat.

Sinead mengikuti Elara dengan pandangannya yang tajam. “Kau tahu, Fionn, dia sangat terstruktur. Itu pasti berlawanan dengan sifatmu yang liar.”

“Itu yang kubutuhkan, Sinead. Dia adalah fondasiku,” kata Fionn, bangga.

Sinead mengangkat alisnya sedikit, tetapi tersenyum lagi. “Yah, selama dia tidak mencoba merencanakan kebebasanmu, aku yakin itu baik-baik saja.”

Elara merasakan tusukan cemburu kecil. Bukan cemburu karena Fionn menyukai Sinead, tetapi cemburu karena Sinead tahu Fionn yang kekacauan dan menyenangkan sebelum Elara sempat menemuinya. Sinead adalah sejarah yang tidak terencana Fionn.

Saat itulah Moira dan Bibi O’Malley masuk, membawa persediaan segar. Mereka melihat Sinead dan menyambutnya dengan hangat.

“Sinead, Sayang! Senang melihatmu kembali. Kebetulan kami sedang bersama membuat Scone,” kata Bibi O’Malley, dengan senyum ramahnya.

Moira segera melirik Elara dan Fionn dengan khawatir. Fionn mencoba mengalihkan perhatian, “Ibu, apakah domba Agnes sudah diberi ramuan?”

Elara sedang mencoba menyeruput tehnya di kedai Fionn ketika Sinead, sosok desa yang rapi namun dingin, mendekati mejanya. Sinead berbicara dengan volume yang disengaja agar dapat didengar oleh seluruh pelanggan yang ada.

​“Aku dengar dari orangtuaku tentang kekacauan di Pesta Malam Natal. Astaga, Elara, itu pasti mengerikan! Aku dengar Cillian—dia memang pria brengsek, tentu saja—tetapi aku juga dengar kau pingsan di gudang karena dia menjebakmu dengan obat perangsang?”

​Seluruh kedai hening. Suara piring beradu dan cangkir kopi tiba-tiba berhenti. Semua mata tertuju pada Elara.

​Sinead melanjutkan, berpura-pura menunjukkan simpatinya yang beracun. “Itu pasti sangat memalukan! Terutama di depan seluruh desa. Semua orang pasti membicarakan betapa rentannya seorang wanita kota di bawah pengaruh obat perangsang.”

​Elara merasa darahnya surut. Wajahnya memucat, rasa malu dari semalam kembali, dikalikan seribu kali oleh pengungkapan publik yang kejam ini.

​Namun, Elara adalah seorang Planner Profesional di Dublin. Dia terbiasa berhadapan dengan tekanan besar, kritik tajam, dan politik kantor yang lebih kejam daripada gosip desa. Rasa malunya didorong mundur oleh naluri untuk melindungi Rencana B-nya.

​Elara meletakkan cangkirnya dengan bunyi klik yang tegas. Ia mendongak, menatap Sinead lurus di mata dengan tatapan yang dingin dan profesional.

​“Aku menghargai kepedulianmu, Sinead,” kata Elara, suaranya tenang dan terkontrol, seperti seorang CEO yang menghadapi rapat dewan yang sulit. “Tetapi mari kita perjelas istilahnya. Aku tidak ‘pingsan.’ Aku diracuni. Itu adalah perbedaan mendasar antara kelemahan dan serangan kriminal. Dan ya, aku ‘rentan’ di bawah pengaruh obat. Sama seperti dirimu, atau siapa pun, jika racun tersebut diarahkan untuk membuatmu tidak berdaya.”

​Elara menyandarkan diri, sedikit senyum sarkastik muncul di bibirnya. “Jika kau mencoba mencari tahu detail pribadi tentang sebuah serangan kriminal, kau bisa bertanya kepada Garda Síochána (Kepolisian Irlandia). Aku sibuk merencanakan pemulihan domba Fionn. Aku harap kau mengerti.”

​Beberapa orang di kedai mengangguk. Pertahanan Elara yang dingin dan logis itu efektif.

​Wajah Sinead mengeras. Cemburu yang membakar terhadap kedekatan Elara dan Fionn kini menguasai dirinya. Ia tahu ia harus menggunakan trik yang lebih licik daripada logika.

​Sinead menghela napas dalam-dalam, membuat raut wajahnya terlihat sedih dan penuh pertimbangan, beralih ke strategi manipulasi emosional.

​“Aku mengerti, Elara. Tentu saja, aku mengerti. Kau pasti marah. Tapi kau harus mengerti, kami di sini, di desa, kami sederhana. Kami tidak terbiasa dengan hal-hal yang begitu… rumit,” Sinead memandang ke sekeliling kedai, mencari kontak mata dengan para penduduk desa.

​“Kami hanya tahu bahwa Fionn… Fionn sangat mencintaimu. Dia mempertaruhkan dirinya untukmu. Dia terluka parah. Tapi kami juga tahu, saat obat itu menguasaimu, kau yang memintanya untuk… melanjutkan. Kau ingat bagaimana kau meraihnya, bagaimana kau memohon padanya untuk melupakan semua moralitasnya?”

​Sinead merendahkan suaranya, membuatnya terdengar menyakitkan. “Kami khawatir, Elara. Kami melihat Fionn mempertaruhkan segalanya untukmu, sementara kau, di bawah pengaruh obat, justru mendorongnya ke dalam situasi yang secara moral sulit. Kami takut, dengan semua chaos dari kota yang kau bawa, kau akan merusak kebaikan Fionn. Dia sudah pernah gagal, Elara. Kami takut rencanamu terlalu besar, terlalu cepat, dan akan menghancurkannya lagi.”

1
d_midah
ceilah bergantung gak tuh🤭🤭☺️
d_midah: kaya yang lebih ke 'sedikit demi sedikit saling mengenal, tanpa terasa gitu' 🤭🤭
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!