Reyhan

Setelah melewati perjalanan panjang yang melelahkan, akhirnya Reva pun sampai disebuah desa terpencil didaerah Sumatera barat. Dia ditempatkan disebuah rumah sederhana, yang tidak jauh dari puskesmas yang akan menjadi tempat prakteknya nanti.

Reva ingin mengabari keluarganya, tapi sayang sinyal disana tidak bersahabat. Reva tetap berusaha mengirimkan pesan itu, walau dia tidak tahu, pesannya akan terkirim atau tidak.

Orang-orang didesa ini sepertinya benar-benar belum mengenal kehidupan modern. Bahkan di beberapa desa belum ada aliran listrik sama sekali. Mereka menggunakan obor, atau lampu minyak sebagai alat penerangan. Ibu-ibu masih menggunakan tungku dan kayu bakar untuk memasak.

Bagi mereka, pendidikan dan kesehatan, bukanlah sebuah prioritas. Oleh karena itu selain menjadi tenaga medis, Reva dan kedua temannya juga harus bisa mengajak dan memberi motivasi para warga disana, agar mau belajar menerapkan pola hidup sehat.

Selain itu, kadang mereka mengajar anak-anak membaca dan menulis, karena sebagian besar anak disana tidak pergi ke sekolah. Mereka harus menempuh satu jam perjalanan, melewati sungai, dan hutan untuk sampai disekolah. Itulah alasan yang menyebabkan Mereka memilih tidak menyekolahkan anaknya.

...................

Dirumah Dika.

Isma sangat cemas, karena sampai saat ini tidak ada kabar dari Reva, padahal anaknya itu sudah berangkat satu minggu lalu. Isma sudah berkali-kali menghubungi Reva, namun hp Reva selalu tidak aktif, membuatnya semakin cemas.

Dika hanya memperhatikan istrinya yang mondar-mandir sambil menelpon. Dia mencoba menenangkan Isma, tapi usahanya tidak berhasil. Sampai akhirnya, ting..ting...ting. hp Isma berbunyi. Puluhan pesan masuk, dan semuanya dari Reva.

Isma langsung membacanya. Kini dia tahu kalau putrinya baik-baik saja. Isma

juga tahu, kalau Reva tinggal didaerah terpencil, dan susah mendapat sinyal.

Isma merasa lega sekarang, dia bisa tidur nyenyak malam ini.

☘️Kembali ke tempat Reva.

Reva sangat menikmati pekerjaannya sekarang. Dia senang bisa membantu orang-orang disana. Mereka juga memperlakukan Reva dengan baik. Dia disukai oleh hampir semua warga di sana, yang jumlahnya hanya sekitar empat puluh orang.

Reva sudah mengenal hampir semua warga disana. Diantara mereka ada satu orang yang sangat baik dan selalu membantu Reva. Dia adalah Anwar, laki -laki yang umurnya dua tahun lebih muda dari Reva.

Dia (Anwar) sangat menyukai Reva, dan ingin mendekati Reva.Tapi dia tidak berani mengungkapkan perasaanya secara langsung. Dia mengungkapnya dengan perbuatan, tapi Reva sepertinya tidak merespon perhatian yang diberikan Anwar. Sikap Reva pada Anwar, sama seperti pada yang lainya.

...

Sudah tiga bulan Reva disana, dia semakin akrab dengan para warga dan juga dengan keluarga Anwar. Reva sering di undang ke rumah Anwar untuk makan siang atau acara lainnya.

Keluarga Anwar sangat baik. Bapaknya adalah kepala dusun disana. Mereka mempunyai kebun durian yang lumayan luas. Anwar mengajak Reva ke kebun durian, dan kebetulan hari ini bapaknya sedang panen.

"Ini kebun duren kamu?." Tanya Reva pada Anwar.

"Bukan...ini kebun bapak saya. Dokter suka durian?."Tanya Anwar.

"Suka." Jawab Reva.

"Kebetulan kalau gitu."Balas Anwar.

Dia lalu membawa dua buah durian yang baru saja dipetik, dan memberikannya pada Reva, membuat Refa sangat senang, menerima buah kesukaannya itu. Dia berterima kasih pada Anwar, dan langsung menikmati buah itu.

Saat sedang menikmati durian, tiba-tiba saja dia ingat pada keluarganya. Dia ingat Isma yang juga sangat menyukai durian. Reva ingat kakaknya Reyhan, yang sering mengajaknya makan durian.

Mama, kak Reyhan, aku merindukan kalian. Rifa, oma, papa, aku juga merindukan kalian. Aku rindu kalian semua. Batin Reva.

"Dokter kenapa?." Tanya Anwar, saat melihat Reva yang tiba-tiba diam.

"Enggak kenapa-napa."Jawab Reva.

"Bener, dokter nggak apa-apa?"

"Iya, saya baik-baik saja. Saya hanya merindukan keluarga saya."Jawab Reva.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Ditempat berbeda.

Reyhan dan Jihan baru saja pulang nonton, dan kini, Reyhan akan mengantarkan Jihan pulang. Diperjalanan, tak sengaja Reyhan melihat ada penjual durian. Dia memberhentikan mobilnya disana.

"Ada apa sayang, Kenapa berhenti disini?." Tanya Jihan.

"Kamu suka durian nggak?." Tanya Reyhan.

"Enggak. Aku nggak suka durian. Kenapa?." Tanya Jihan.

"Aku pikir kamu suka." Jawab Reyhan lalu kembali melajukan mobilnya. Reyhan lalu mengajak Jihan ngobrol. "Yang, sebenernya kamu cinta nggak sih sama aku?." Tanya Reyhan.

"Kok nanyanya gitu? Ya aku cinta lah sama kamu. Kalo nggak, ngapain kita pacaran sekarang.?."Jawab Jihan.

"Aku mau hubungan kita secepatnya diresmikan. Aku ingin melamar kamu. Jujur saja, sebenarnya aku ingin secepatnya menikah." Ucap Reyhan.

"Bukankah kita sudah membahas ini sebelumnya?. Aku tidak mungkin bisa menikah, sebelum kakakku. Papa tidak mau aku melangkahi kakak, kamu ngertiin aku kan?." Tanya Jihan.

Reyhan diam.

"Kamu marah?." Tanya Jihan.

"Enggak. Aku gak marah."Jawab Reyhan.

Mereka saling diam, sampai akhirnya mereka sampai dirumah Jihan.

"Kamu nggak mampir dulu?" Tanya Jihan.

"Udah malem. Aku mau langsung pulang."Jawab Reyhan.

"Maafin aku ya. Aku juga maunya cepet nikah sama kamu.Tapi, ..."

"Sudahlah, aku ngerti. Kamu cepet masuk gih, udah malem." Ucap Reyhan.

Jihan tersenyum, lalu dia mencium pipi Reyhan dan turun dari mobilnya. Reyhan langsung meninggalkan rumah Jihan.

Reyhan menghentikan mobilnya didekat penjual duren tadi. Dia ingat adiknya Reva, yang sangat menyukai buah dengan cangkang berduri itu. Dia membeli satu buah duren,dan memakannya disana. Reyhan tersenyum, saat dia ingat bagaiman Reva bisa menghabiskan banyak duren sekali makan.

Aku jadi kangen kamu Reva. Lagi ngapain ya dia?.Coba kalau kamu ada disini Reva. Kamu pasti sudah menghabiskan durian ini.

Batin Reyhan.

.................

Dua minggu kemudian

Reyhan pergi ke rumah Jihan, karena sudah satu minggu terakhir, Jihan susah dihubungi.

Singkat cerita, dia pun sampai dirumah Jihan.

Reyhan bertanya pada satpam yang menjaga rumah Jihan.

"Selamat siang pak!! Saya mau ketemu Jihan

Apa Jihan nyaa ada?." Tanya Reyhan

"Maaf den, non Jihan nya gak ada.."Jawab Satpam itu.

"Oh..gitu ya. Apa bapak tau kemana dia?.Saya udah coba hubungi dia, tapi nggak nyambung-nyambung."

"Aden nggak tahu? Hari ini kan, hari pernikahan non Jihan den." Jawab satpam itu.

"Apa?Jihan nikah? Bapak jangan bercanda." Ucap Reyhan.

"Bapak nggak bercanda. Hari ini, non Jihan menikah. Pacar no Jihan kan sudah pulang dua minggu lalu. Aden nggak diundang?." Tanya satpam itu lagi.

Reyhan tidak percaya begitu saja dengan ucapan pak satpam. Dia yakin kalau satpam itu salah. Reyhan sangat yakin, yang menikah itu adalah kakaknya Jihan.

Reyhan meminta alamat gedung resepsi pernikahan itu pada satpam. Dia memutuskan untuk mencari tahu kebenarannya. Dia langsung pergi menuju gedung dimana pesta pernikahan itu dilaksanakan.

Reyhan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, hingga tak lama dia pun sampai disana. Reyhan ingin masuk ke gedung itu, tapi dia tidak membawa undangan.

Dia memikirkan cara agar bisa masuk. Dan akhirnya ide itu pun muncul. Reyhan nekat mendekati seorang tamu perempuan yang datang sendirian ke pesta itu. Reyhan membujuknya, hinga akhirnya perempuan itu mau berpura-pura menjadi pacar Reyhan.

Jadi pacar beneran juga, aku mau mas. Batin perempuan itu.

Reyhan akhirnya bisa masuk. Dia berjalan di atas red karpet yang tergelar dari pintu masuk menuju pelaminan. Kedua mempelai sedang sibuk bersalaman dengan para tamu undangan yang datang. Pandangan Reyhan fokus menatap orang yang ada di pelaminan, karena belum melihat dengan jelas, apakah pengantin itu benar-benar Jihan atau kakaknya.

Dia semakin dekat, dan sebentar lagi akan naik ke pelaminan, untuk menyalami sang pengantin. Reyhan sudah tidak sabar, ingin tahu siapa sebenarnya pengantin itu.

Bersambung.....

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Like...Vote...Komen ok🤗