Reno, adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Papanya memiliki jabatan yang tinggi di suatu instansi pemerintah dan mamanya seorang pengacara terkenal, kakanya jebolan sekolah kedinasan yang melahirkan Intel negara. Sementara dia anak tengah yang selalu dibanding-bandingkan dengan kesuksesan sang Kaka, berprofesi sebagai TNI berpangkat Bintara. Tapi Reno adalah anak yang penurut dan paling berbakti pada kedua orangtuanya.
Keinginannya menjadi seorang TNI karena kejadian luar biasa yang mempertemukan dirinya dengan sosok yang sangat dia kagumi, sosok idola yang merubah hidup dan cara pandangnya.
Hingga pada suatu hari takdir mempertemukan Reno dengan Kanaya yang membantu cita-citanya menjadi seorang TNI terwujud.
Kanaya menemani Reno dari nol karena Reno tidak mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya.
Apakah cinta kasih Reno dan Kanaya akan berlanjut ke pelaminan, atau Kanaya hanya dimanfaatkan Reno saja untuk mencapai cita-citanya?
Yuks ikuti kisah Reno di Cinta Bintara Rema
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 : Menelan luka
Happy Reading 🧚🧚
Sepasang tangan kekar berotot melingkar di pinggang Fajar. "Apa lagi, Bee... Kau terlihat gusar" ucapnya dengan disertai kecupan di pipi.
"Dia ingin membatalkan pertunangan."
"Bujuk dia, belikan dia tas limited edition, Bee ... "
"Jo, dia bukan tipe perempuan seperti itu. Meskipun putri dari keluarga kaya, dia sangat sederhana." sanggah Fajar
"Lalu bagaimana? Bee ... Hanya dia, gadis yang cocok untuk menutupi hubungan cinta kita. Dia tidak mencintaimu, tidak tergila-gila padamu seperti gadis lainnya, jadi aku tidak memiliki saingan. Kamu harus terus membujuk dan menikahinya, agar orangtuamu tidak terus menerus menjodohkan mu lagi, Bee." jawab Jonathan
"Dan, keluarganya yang dipilih keluargaku untuk menjadi besan." balas Fajar bimbang.
"Kamu hamili saja dia, kalau sudah hamil pasti dia tidak akan menolak untuk kamu nikahi." Jo memberikan ide gila
"Kamu yakin, sayang? Kamu tidak cemburu?" ragu Fajar
"Kamu hanya boleh menyentuhnya sekali. Ingat Bee! Aku pencemburu ulung." desis Jo
"Bagaimana jika aku tidak bisa membuatnya hamil." ragu Fajar
"Bee ... Kalau dia hamil anakmu, itu adalah anak kita. Kalau anak itu laki-laki, aku akan menghadiahkanmu sebuah perusahaan" rayu Jo dengan belaian lembut di rahang tegasnya.
Wajah fajar terlihat berbinar dan tersenyum manis pada pria tampan berwajah oriental di depannya. Tatapan mereka mengisyaratkan cinta yang semakin mendalam.
Suatu malam ...
"Ada apa lagi sih, mas. Aku sudah bilang kita menghadap Eyang dan juga orangtua kamu untuk membatalkan pertunangan. Itu keputusanku!" tegas Kanaya
"Oke, kita akan menghadapi mereka bersama. Tapi beri aku kesempatan terakhir untuk makan malam bersamamu, Naya. Aku berat berpisah denganmu. kamu tahu cintaku tulus, kan?" bujuk Fajar
Kanaya menghela napas dengan kasar, menatap wajah Fajar yang begitu memohon. Hatinya mulai bimbang dan kasihan.
"Hanya sekali, setelah itu selesai, dan semua akan kembali pada tempatnya, hidupku akan lebih ringan."Pikir Naya.
Kanaya membereskan stetoskop ke dalam loker di ruang istirahat dokter jaga. Setelah berganti pakaian casual, Kanaya menghampiri Fajar yang mengajaknya makan malam terakhir sebelum mengakhiri pertunangan di sebuah restoran bintang lima.
Sesampai di sana, Kanaya dibuat takjub dengan kejutan yang Fajar buat, sebuah ruangan yang di desain romantis dengan hidangan mewah di atas meja, lalu sepanjang jalan menuju meja dihiasi bunga-bunga mawar yang harum semerbak, mungkin ia akan bahagia jika itu dia dapatkan dari orang yang ia cintai, yaitu Reno.
Akan tetapi, mendapati keromantisan itu dari orang yang tidak ia cintai, bagaikan sebuah drama yang memuakkan. Kanaya tidak menyikapinya dengan berlebihan, bahkan dia bersikap datar dan dingin.
"Katanya di restoran, Kok pakai sewa ruangan khusus seperti ini? Ngapain pakai beginian segala sih, cukup makan nasi goreng di kaki lima saja aku gak masalah." protesnya dengan nada dingin.
"Aku ingin makan malam yang romantis denganmu, Naya."
Fajar mempersilahkan Kanaya duduk, lalu dia duduk di depan Kanaya dengan tatapan mesra. "Ayo kita mulai makan, sayang." Kanaya memutar bola matanya dengan malas, dia enggan berbasa-basi dengan Fajar.
Tanpa ada percakapan apapun, mereka makan dengan tenang dan hening, hanya suara alat makan yang saling berdenting. Tanpa Kanaya sadari, Fajar menampilkan senyuman devil saat Kanaya melahap makan malamnya hingga habis, dan orange jus yang sudah diberi sesuatu itu pun habis diminum Kanaya.
"Naya, kapan kuliah kedokteran mu selesai?" tanya Fajar basa basi
"Tujuh bulan lagi." singkat Naya menjawab
"Mau tugas di rumah sakit mana?"
"Entah." Kanaya memijat pelipisnya
Kini kepalanya terasa semakin berputar, Naya mengambil gelas yang berisi air mineral untuk menghilangkan kantuk dan pening. Sekian detik setelah itu tubuhnya lunglai tidak bertenaga lagi, kesadarannya pun perlahan menghilang.
Fajar tersenyum puas, dengan bantuan Jonathan Kanaya dibopong ke sebuah connecting room yang terhubung dengan ruang khusus di mana mereka candle light dinner tadi.
Dengan tubuh Kanaya yang lemah tak berdaya dan kehilangan kesadaran, Fajar melakukan rencana bejatnya dengan begitu mulus bersama Jonathan. Mencicipi gadis perawan adalah bonus bagi Fajar, sementara tujuan utamanya adalah membuat gadis itu hamil dan nantinya Kanaya akan setuju menikah dengannya, menutupi cinta terlarang dan memiliki anak dari mereka berdua, sesuai keinginan sang kekasih, Jonathan.
Keesokan paginya Kanaya terbangun, matanya beberapa kali mengerjap menyesuaikan cahaya matahari yang menyeruak dari sela tirai jendela. Kesadarannya perlahan pulih, dia menyadari jika saat ini dia berada di tempat asing, di kamar sebuah hotel karena logo hotel terlihat jelas di selimut dan sarung bantal yang dia tiduri.
Kanaya panik.
Kanaya memeriksa pakaiannya, dia merasakan kain katun dari kemeja yang semalam ia pakai masih melekat pada tubuhnya, namun saat menggerakkan punggung untuk bangun, sekujur tubuhnya teramat sakit dan serasa remuk, terutama bagian pinggang hingga kaki, bahkan untuk berjalan dia sampai harus kembali terduduk dan meringis.
"Ada apa denganku, aku dimana? m-mas Fajar — di mana dia?" gumamnya
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, dan sosok Fajar menyembul dari sana. Tubuh lelaki itu basah dan hanya terbungkus handuk yang dia lilit di pinggang. Naya terkejut bukan main, matanya kini terbelalak dan gurat amarah mewarnai bola matanya. Keterkejutannya tidak sampai di sana, Kanaya berteriak memekik saat melihat noda merah di sprei, dimana tadi ia duduki.
"Apa yang mas lakukan terhadapku!!" teriak Kanaya histeris
"Kita hanya have fun saja sayang, kamu menikmatinya semalam." jawab Fajar santai
"Ka-kamu ... !! Baji Ngan kamu, mas!!" teriaknya lalu melemparkan semua yang ada di dekatnya ke arah Fajar.
Kanaya menangis histeris sendirian di kamar yang kini sudah ditinggalkan Fajar. Lelaki itu sama sekali tidak membujuk atau meredakan amarahnya.
Airmata terus mengalir deras disertai tangisan pilu, tangannya meremas sprei yang kini telah ternoda seperti tubuhnya yang ternoda dari perilaku lelaki bejat dan tidak bertanggung jawab itu.
Setelah berjam-jam menangis menyesali diri, matanya kini bengkak, wajahnya sembab dan kian memucat, karena tenaganya terkuras habis meluapkan amarah dan kesedihan hatinya.
Telah lama ia berdiri diatas nestapa, lukanya telah memadamkan nyali, ia ingin berlari, tapi kemana? Setiap jalan berubah menjadi luka, sementara orang yang harus ia sebut keluarga justru pihak pertama yang akan menuding dan menyalahkannya.
Tidak ada jalan keluar, semua jalan adalah luka yang menggema.
Kanaya merasa hidupnya semakin hancur dan hina.
Dua bulan berlalu ...
"Pa, ma ... Aku tidak mau dijodohkan dengan wanita lain lagi. Jika tidak dengan Kanaya, lebih baik tidak sama sekali." tolak Fajar
"Buka pikiran kamu, Fajar. Berita Kanaya bukan anak kandung Sandi bukan hanya isu, itu fakta dan semua orang sudah tahu Kanaya adalah anak haram dari Ayunda." maki Mama Fajar
"Wanita macam apa Ayunda itu, hamil dari laki-laki lain dan memaksa Sandi mengakui anak haramnya. Ibunya saja bejat seperti itu, tidak mustahil anaknya pun berkelakuan sama." Caci Papa Fajar pada Almarhumah Ayunda
"Pokoknya mama akan membatalkan pertunangan kamu dengan Kanaya, tidak ada penolakan!" tegas sang mama
"Ayo ma, kita ke rumah Cipto. Malam ini harus kita putuskan hubungan mereka." ajak Pandu, papa Fajar.
Fajar mengepalkan jemarinya dengan kesal. Bukan karena batalnya pertunangan yang ia sesali, tapi orangtuanya akan kembali memaksanya menikah dengan wanita lain. Apalagi alasan yang harus dia katakan untuk menolak semua perjodohan yang diatur orangtuanya.
Bagi pasangan terlarang itu, Kanaya gadis yang tepat untuk dijadikan istri bonekanya, selain karena Kanaya tidak mencintai dan tergila-gila padanya, gadis itu juga sangat mudah dia perdaya dan bisa dia kendalikan.
Di kamar Kanaya ...
Seharian ini Kanaya merasakan perutnya mual sejak pagi, dia tidak bisa mencium aroma masakan dan saat melihat nasi, perutnya kembali bergejolak. Perasaan khawatir semakin menghantuinya, Kanaya mengambil sebuah bungkusan dari dalam tas selempangnya.
Dengan perasaan ragu dan tidak siap menerima kenyataan, Kanaya membuka bungkusnya dengan tangan gemetar, keringat dingin membanjiri sekujur tubuh. Dia melangkah ke dalam kamar mandi dengan membawa tiga macam alat test kehamilan.
Perasaannya kini campur aduk, matanya kini basah dengan airmata. Dari ujung kaki yang menyentuh lantai kamar mandi hingga kepala, dia merasakan dingin yang menusuk. Menanti detik-detik alat itu menunjukan hasil, bagaikan detak jarum jam terhenti di sana.
Udara dingin mencekam memeluknya tiada ampun, Jantung makin berdegup kencang hingga terasa suara hentakan di pendengarannya, saat melihat garis kedua mulai samar terlihat, hatinya terasa mencelos, airmata tak lagi bisa terbendung.
Bahkan di alat test lainnya, garis dua itu tercetak dengan jelas.
Tubuhnya melorot ke lantai kamar mandi yang dingin, bahunya menurun dan kepalanya kini ia benamkan di atas lututnya yang tertekuk. Bahunya terguncang hebat, jemarinya menggenggam ketiga alat tersebut dengan erat.
Semenjak kejadian malam itu, Fajar hilang bagai ditelan bumi. Kanaya pun tidak berniat untuk menghubunginya, dia sangat membenci lelaki itu. Mendengar namanya saja hatinya meradang dan amarahnya seketika memuncak, kalau membunuh tidak berdosa dan tidak akan terjerat hukuman, mungkin ia akan melakukan opsi itu.
Lantas bagaimana jika ia hamil, anak siapa yang ada di rahimnya, kemana ia harus meminta pertanggungjawaban? Sementara hasil pemeriksaan setelah dia menerima perlakuan kejam itu terdapat dua jenis sperma, namun ia hanya mendapati Fajar setelah kejadian itu.
Apakah Fajar mau bertanggung jawab atau malah meninggalkannya? Kepalanya kini semakin berdenyut.
Pikirannya kini berisik, isi kepalanya saling memaki, memaki kelemahan dan kebodohannya. Kanaya histeris dalam diam, hatinya meronta dan berdarah. Kata-kata yang ingin keluar ia gigit dengan kebencian.
Tiba-tiba suara gaduh terdengar dari lantai bawah hingga suara menggelegar dari papa Fajar terdengar hingga kamar Kanaya.
"Kalian ingin membodohi kami?! Anak itu hasil perselingkuhan anakmu dengan lelaki lain, artinya Kanaya anak haram! Aku tidak Sudi anakku menikahi anak haram." suara lelaki itu menggelegar bagai petir yang menyambar.
"Aku juga tidak Sudi berbesanan dengan kalian, manusia minim etika seperti kalian tidak cocok menjadi bagian dari keluarga Cipto Wijoya Kusuma. Kalau bukan orangtuaku yang mengangkat derajat keluarga kamu, Pandu. Kamu hanya seorang anak petani miskin!" umpat Cipto membalas kata-kata tajam Pandu.
Jika dulu keputusan menyudahi pertunangan sangat ingin Kanaya wujudkan, tapi saat ini ia sangat takut akan keputusan itu, bagaimana nasib anak dalam kandungannya. Anak ini membutuhkan ayah dan juga status yang legal.
Kanaya berlari turun ke lantai bawah, dengan terisak Kanaya bersimpuh di kaki Pandu, ayah Fajar.
"Jangan om Pandu, jangan putuskan pertunangan kami. Yang om Pandu dengar itu hanya fitnah, aku anak papa Sandi, aku berani membuktikannya." bantah Kanaya
Pandu dan istrinya mendengus dan menatapnya dengan hina. "Buktikan dengan test DNA antara kamu dengan Sandi, jika kalian ingin kami percaya dan melanjutkan pertunangan ini." cecar Pandu.
"Bangun Kanaya, jangan mimpi kamu akan menikah dengan Fajar, Eyang tidak Sudi berbesanan dengan mereka." bentak Cipto
Kanaya menggelengkan kepalanya dengan sedih, ini tidak boleh terjadi.
...☘️☘️☘️☘️☘️...
B e r s a m b u n g ...
Double up, kemarin sibuk bikin rendang dan opor hehehe ...