Bagi mata yang memandang hidup Runa begitu sempurna tapi bagi yang menjalani tak seindah yang terlihat.
Runa memilih kerja serabutan dan mempertahankan prinsipnya dari pada harus pulang dan menuruti permintaan orang tua.
"Nggak apa-apa kerja kayak gini, yang penting halal meskipun dikit. Siapa tau nanti tiba-tiba ada CEO yang nganterin ibunya berobat terus nikahin aku." Aruna Elvaretta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pura-pura rasa nyata
"Kak Runa gimana caranya kok bisa kak Qian sampe donor darah?"
"Eh bentar-bentar! adek kesel nih! bisa-bisanya kak Runa sama kak Qian jadian tapi adek nggak tau."
"Cepet deh ceritain gimana kalian bisa jadian!" setelah keluarga Sandra pergi, Mayra langsung menodong Runa dengan berbagai pertanyaan.
"Kakak ih! kok malah diem sih!" gerutu Mayra.
Qian duduk di samping adiknya, "gimana Runa mau jawab kalo adek nanyanya borongan kayak gitu."
"Ya udah jawab satu-satu kalo gitu!" Mayra cemberut gemas pada kakaknya.
Qian mencubit kedua pipi adiknya, "nggak usah kepo. Privasi kakak sama kak Runa."
"Iya. Ya penting udah sesuai keinginan adek kan?" sambung Runa.
"Iya sih, tapi kan adek tetep pengen tau. Kalo kak Qian suka sama kak Runa sih adek udah bisa prediksi alasannya. Kak Runa baik, cantik, tulus sama adek dan mama. Kalo alasan kak Runa pacaran sama kak Qian apa?" tanya Runa, "kak Qian kan galak, cuek, pendiem, suka ngatur sama takut darah. Plus nya cuma ganteng aja deh kayaknya." ledek Mayra yang justru menjelek-jelekkan kakaknya, padahal sebelum tau mereka pacaran, Mayra terus mengagungkan Qian.
"Karena kak Qian selalu mengutamakan keluarga." jawab Runa sambil tersenyum pada Mayra dan Qian bergantian. Mayra balas bergidig ngeri sementara Qian terlihat sedikit gugup menanggapi senyumannya.
"Kok bisa? kak Sandra malah nggak suka gara-gara kak Qian sering nemenin adek sama mama. Kak Runa kok sebaliknya?" tanya Runa.
"Nggak ngerasa pilih kasih gitu? kalo kak Sandra kan ngerasa harus paling diutamain." lanjutnya.
"Adek nggak usah nyebut-nyebut Sandra terus deh!" sela Qian.
"Iya, maaf. Jadi kenapa kak Runa?" tanyanya lagi.
Runa menghela nafas panjang, pikirnya kenapa jadi mendadak interview gini. Ia merasa seperti sedang ujian lisan demi menentukan dirinya layak atau tidak menjadi kakak ipar gadis cerewet di sampingnya.
"Karena kakak belum jadi istri kak Qian, dek." jawab Runa dengan mantap.
"Sudah sepatutnya kak Qian lebih mengutamakan keluarganya, apalagi kalo kondisi keluarga kalian sedang seperti ini."
"Beda lagi nanti kalo misal kakak udah nikah sama kak Qian, maka kak Qian harus lebih mengutamakan kakak dari pada keluarga, tapi itu pun berlaku kondisional. Misal nih kalo mama lagi butuh dianter ke rumah sama kak Qian, sedang disisi lain kakak juga pengen dianter belanja sama kak Qian, maka kakak yang harus ngalah pergi belanja sendiri." jelas Runa panjang lebar.
"Udah lah Run, nggak usah dijelasin panjang lebar, bocil satu ini nggak akan paham." sela Qian.
Mayra tersenyum polos, "adek paham kok dikit. Pokoknya adek ikut seneng kak Qian pacaran sama kak Runa." Mayra mengambil tangan Runa dan Qian kemudian menyatukannya, "harus langgeng yah." lanjutnya.
"Do'ain aja yang terbaik." jawab Qian.
Obrolan ketiganya terhenti ketika dokter dan perawat datang, mereka kompak menghampiri dokter.
"Gimana keadaan istri saya, dok?" tanya pak Teguh.
"Progressnya sudah cukup bagus ini pak. Nanti setelah masuk tranfusi darah dua kantung lagi kemungkinan kondisinya akan semakin membaik." jawab dokter.
"Maaf sebelumnya dok, bisa dijelaskan kenapa kondisi tante Retno bisa tiba-tiba drop padahal beberapa hari lalu saya ketemu masih baik-baik saja," tanya Runa.
"Iya betul, dok. Bahkan tadi malam saja masih baik-baik saja. Kemarin sore masih masak seperti biasa." sambung Qian.
"Pasti keluarga panik yah? saya maklum." jawab dokter dengan ramah.
"Bagi pasien gagal ginjal akut apalagi ini yang sudah stadium akhir, hal seperti ini lumrah terjadi. Sehingga saya harap kedepannya pihak keluarga bisa lebih tenang."
"Pasien dengan gagal ginjal kronik sangat sering terjadi anemia. Dimana anemia salah satu komplikasi gagal ginjal. Anemia pun cenderung memburuk seiring dengan perkembangan gagal ginjal. Pada gagal ginjal stadium akhir, dimana membutuhkan hemodialisis atau cuci darah secara rutin akan selalu terjadi Anemia. Oleh sebab itu anemia ini memang sulit dicegah pada pasien dengan gagal ginjal kronis."
"Bentar dok tapi kan hasil pemeriksaan tante Retno itu HB nya rendah, kenapa sekarang jadi ke anemia?" sela Runa. Baginya sangat penting mendapat penjelasan hingga detail, memastikan tante Retno ditangani dengan baik meski ia bukan ahli medis. Jaga-jaga takutnya tante Retno jadi korban malpraktik nantinya. Zaman sekarang tak dipungkiri ada beberapa oknum medis yang memanfaatkan keadaan. Meskipun rumah sakit tempat mereka kini terkenal bagus tapi yang namanya antisipasi tetap pelru dilakukan.
"HB yang rendah itu salah satu penyebab anemia, mba. Saya sebutnya sekarang anemia aja yah yang lebih mudah dipahami." jawab dokter.
Runa dan Mayra mengangguk kompak.
"Saya lanjutkan yah. Mengapa seseorang dengan gagal ginjal kronis pasti mengalami anemia? hal tersebut karena fungsi ginjal yang sudah terganggu. Dimana salah satu fungsi ginjal adalah untuk memproduksi EPO (eritropoietin) sebagai bahan pembentuk sel darah merah yang dihasilkan ginjal. Ketika ginjal rusak, maka ginjal tidak cukup membuat EPO akibatnya sel darah merah yang dihasilkan akan sedikit, sehingga terjadi anemia yang berkepanjangan. Selain itu, penyebab anemia pada ibu anda dengan penyakit ginjal biasanya akibat kehilangan darah dari hemodialisis dan kadar nutrisi pada makanan yang rendah, misalnya defiseinsi zat besi, vitamin B12 dan asam folat. Nutrisi tersebut dibutuhkan sel darah merah untuk membentuk hemoglobin, sehingga akan memperberat terjadinya anemia. Oleh sebab itu saat ginjal rusak, maka dapat terus terjadi anemia karena kegagalan ginjal untuk menghasilkan epo sebagai bahan dasar pembentukkan sel darah merah." jelas dokter panjang lebar.
"Simpelnya gini, saat seseorang cuci darah maka akan banyak nutrisi dari darah yang ikut terbuang. Makanya pasien HD selalu disuruh untuk minum obat yang diberikan secara rutin seperti vitamin zat besi, asam folat sama B12." lanjutnya.
"Baik dok, terimakasih atas penjelasannya." ucap pak Teguh.
"Sama-sama pak. Selanjutnya esok hari apabila kondisi bu Retno sudah membaik saya menyiapkan tindakan lanjutan yakni pemasangan AV shunt guna memperlancar proses cuci darah." ucap dokter sebelum akhirnya pamit untuk visitasi ke kamar yang lain.
"Untung ada Runa yang bisa tanya-tanya sampe detail. Kalo cuma om sama anak-anak pasti cuma iya-iya aja." puji papa Teguh.
"Aku juga dulu pas awal-awal cuma diem om, iya-iya aja. Tapi klien aku selalu pesen buat nanyain ini itu terus dicatat sampe detail. Alhasil jadi kebiasaan deh." jawab Runa.
"Kebiasaan yang bagus. Pertahanin yah." seru papa Teguh.
"Siap om, kepentingan klien yang utama buat aku." jawab Runa.
"Kok klien sih, calon mertua kak." ledek Mayra.
"Iya." jawab Runa lirih.
"Adek nggak boleh gitu yah maksa-maksa kak Runa." ucap papa Teguh, "pada dasarnya baik om maupun tante nggak ada yang nggak suka sama hubungan kalian. Terutama tante Retno, dia seneng banget pas tau Qian pacaran sama kamu. Om sama tante mendoakan yang terbaik untuk kalian berdua, tidak perlu buru-buru tapi kalo bisa lebih cepat lebih baik." lanjutnya pada Runa diakhiri tawa.
"Adek setuju." seru Mayra hingga membuat tante Retno terbangun, "maaf ma, suara adek bikin kaget yah." lanjutnya seraya memeluk mama Retno.
"Ini ada apa? mama dirawat kok malah pada senyam senyum?" tanya mama Retno.
"Tuh ma, ada calon mantu." jawabnya seraya melirik Runa yang berdiri di samping kakanya.
"Runa..." panggil tante Retno.
Runa tersenyum, ia langsung menggenggam tangan tante Retno. "Aku disini tan. Tante Retno semangat yah, ini nggak apa-apa kok. Anggap aja tante lagi perawatan di salon, lagi infus vitamin C biar tambah cantik."
"Kamu ini ada-ada aja." jawab tante Retno.
Dari siang hingga sore Runa bersama Mayra dan papanya menemani mama Retno Sementara Qian pulang untuk mengambil berbagai keperluan tante Retno. Sebenarnya Runa lebih menemani Mayra karena om Teguh terus berada disisi istrinya. Paling ia membantu membeli makanan dan sesekali menemani ngobrol. Sisanya tentu dihabiskan bersenda gurau dengan Mayra yang menceritakan berbagai hal.
Malam harinya setelah Qian datang, Mayra dan papanya pulang. Mereka bergantian berjaga.
"Kamu juga boleh pulang, biar aku yang jaga mama. Besok baru kesini lagi." ucap Qian sambil membereskan barang-barang yang ia bawa dari rumah.
Runa mengambil alih tumpukan pakaian yang sedang Qian tata ke dalam lemari, "biar aku aja yang beresin mas."
"Pulang aja, kamu udah seharian disini."
"Kalo aku pulang tante Retno siapa yang nemenin misal mas Qian keluar buat beli keperluan? masa sendiri. Aku disini aja, jagain tante." jawab Runa.
"Ya udah terserah kamu aja kalo gitu."
Sepanjang malam Qian mengamati Runa yang begitu telaten merawat mamanya. Sudah jam sepuluh tapi gadis itu tak juga tidur dengan alasan masih ada satu obat lagi yang harus diminum tante Retno jam sebelas nanti. Padahal dirinya sudah menyuruh tidur berulang kali, biar dia yang jaga, tapi Runa tetap menolak.
"Padahal cuma pacar pura-pura tapi kenapa perhatiannya begitu nyata?" batin Qian.
Terima kasih sudah meluangkan waktu disetiap aktivitas kesibukan kk