Di tahun 2070, nama Ethan Lawrence dirayakan sebagai pahlawan. Sang jenius muda ini telah memberikan kunci masa depan umat manusia: energi tak terbatas melalui proyek Dyson Sphere.
Tapi di puncak kejayaannya, sebuah konspirasi kejam menjatuhkannya.
Difitnah atas kejahatan yang tidak ia lakukan, sang pahlawan kini menjadi buronan nomor satu di dunia. Reputasinya hancur, orang-orang terkasihnya pergi, dan seluruh dunia memburunya.
Sendirian dan tanpa sekutu, Ethan hanya memiliki satu hal tersisa: sebuah rencana terakhir yang brilian dan berbahaya. Sebuah proyek rahasia yang ia sebut... "Cyclone".
(Setiap hari update 3 chapter/bab)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PumpKinMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29: Video Berdarah
Keheningan di apartemen Nate Reyes setelah kepergian Ethan terasa berat dan asam. Piring-piring makan malam yang setengah dimakan masih tergeletak di meja, saksi bisu dari rekonsiliasi yang gagal. Ayam panggang Luna yang lezat kini terasa seperti debu di mulut mereka.
Clara duduk di sofa, memeluk lututnya, menatap kosong ke papan investigasi Valerius yang mati. Nate berdiri di depan jendela, menatap lampu-lampu Zona-A yang jauh, tinjunya mengepal begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih.
"Aku tidak percaya aku mengatakan itu padanya," bisik Nate, lebih pada dirinya sendiri daripada Clara. "Tentang Clara... tentang ambisinya..."
"Kau marah," kata Clara pelan, tidak menghakimi. "Dan kau benar. Sebagian."
Nate berbalik. "Benar tentang apa? Bahwa dia menjadi monster?"
"Tidak." Clara menggelengkan kepala. "Bahwa dia buta. Bahwa dia dikelilingi ular dan dia tidak melihatnya. Dia masih Ethan di dalam sana, Nate. Hanya saja... dia tersesat di menara gadingnya."
"Dia menandatangani memo itu, Clara."
"Dia tidak membacanya," balas Clara. "Itu bodoh. Itu lalai. Tapi itu bukan jahat. Dia dijebak."
Nate ingin mempercayainya. Dia sangat ingin mempercayainya. Tapi bayangan Ethan yang berdiri di sana, membela Thorne, menggunakan nama Clara... itu menyakitkan.
"Kita butuh bukti," kata Nate akhirnya, suaranya serak. "Bukti yang bisa kita tunjukkan padanya. Sesuatu yang tidak bisa dia bantah."
Dia kembali ke konsolnya, membuka saluran terenkripsi ke Mars. Masih kosong. Tidak ada balasan dari Prometheus sejak pesan putus asa terakhirnya dua hari lalu.
"Dia mungkin sudah..." Clara tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.
"Jangan katakan itu," kata Nate tajam. "Dia masih di luar sana. Dia hanya... berhati-hati." Tapi dia tidak terdengar yakin.
Mereka kembali bekerja dalam keheningan yang suram. Clara melanjutkan penggaliannya yang sia-sia di database Aeterna Energy, mencari koneksi Rostova. Nate mencoba lagi memverifikasi tanda tangan digital Thorne di memo itu—itu asli, dikonfirmasi oleh tiga algoritma berbeda.
Jam berganti jam. Kopi menjadi dingin. Harapan mulai menipis.
Mungkin Prometheus benar. Mungkin sudah terlambat. Mungkin mereka harus mempublikasikan apa yang mereka miliki sekarang dan berharap itu cukup.
Saat itulah terjadi.
Pukul 03:17 pagi. Ikon Prometheus berkedip di layar Nate. Bukan pesan teks. Kali ini, sebuah *paket data* kecil. Lebih kecil dari yang pertama. Dan ditandai `PRIORITAS KRITIS - FINAL.`
Jantung Nate melompat ke tenggorokannya. "Clara!"
Clara berlari ke konsol. Mereka berdua menatap saat paket itu diunduh dengan kecepatan yang menyakitkan.
"Dia masih hidup," bisik Clara.
Paket selesai. Nate menjalankan dekripsi. Kuncinya sama. `Sersan Cakar.`
File terbuka. Itu bukan video atau audio kali ini. Hanya satu file teks pendek. Dan sebuah... tautan?
Nate membaca teks itu keras-keras:
`MEREKA TAHU. KEAMANAN DIPERKETAT GILA-GILAAN. TIDAK BISA AKSES LOG AUDIO THORNE. TAPI DIA MELAKUKAN KESALAHAN. MENINJAU REKAMAN KECELAKAAN SEKTOR 4 DI TERMINAL PRIBADINYA. LUPA MENGHAPUS CACHE LOKAL. FILE VIDEO MASIH ADA DI SERVER SEKTOR 4, TIDAK TERHUBUNG KE JARINGAN UTAMA. TAPI ADA *BACKDOOR* DIAGNOSTIK LAMA. HANYA AKTIF SELAMA JENDELA PEMELIHARAAN SISTEM. 3 MENIT. PUKUL 04:00 WAKTU MARS. IP ADDRESS DI BAWAH. INI SATU-SATUNYA KESEMPATAN. MEREKA MENJEMPUTKU SEKARANG. JANGAN BALAS. LAKUKAN UNTUK MEREKA YANG JATUH. -P`
Keheningan total.
Nate menatap jam. Pukul 03:25 Waktu London. Dia dengan cepat menghitung perbedaan waktu. Pukul 04:00 Waktu Mars adalah...
"Dua puluh menit dari sekarang," kata Clara, sudah mengetik dengan panik di data-padnya sendiri, mencari informasi tentang *backdoor* diagnostik server Sektor 4 Mars.
"Dia mengorbankan dirinya," bisik Nate, rasa dingin menjalari dirinya. Prometheus tahu mereka akan menangkapnya. Pesan terakhirnya adalah peta harta karun, yang dibayar dengan nyawanya.
"Kita tidak bisa membiarkannya sia-sia," kata Clara, matanya berkilat karena tekad baja. Dia menemukan sesuatu. "Oke. *Backdoor* itu nyata. Protokol 'Chronos'. Digunakan oleh teknisi asli yang membangun sistem itu dua puluh tahun lalu. Itu seharusnya sudah ditutup, tapi sepertinya seseorang lupa."
"Bisakah kita masuk?"
"Mungkin," kata Clara. "Tapi enkripsinya sangat tua dan aneh. Aku butuh... bantuan." Dia ragu-ragu. "Aku butuh A.I. yang bisa berpikir non-linear."
Nate tahu siapa yang dia maksud. "Aurora."
"Kita tidak bisa menghubunginya," kata Nate. "Ethan bilang dia diisolasi."
"Mungkin tidak sepenuhnya," kata Clara. "Ingat siaran video itu? Itu bukan pekerjaan manusia biasa, Nate. Itu terlalu bersih. Terlalu sempurna. Bagaimana jika... bagaimana jika Aurora yang melakukannya? Bagaimana jika dia masih bisa 'mendengar'?"
Itu adalah lompatan iman yang besar. Tapi mereka tidak punya pilihan lain.
"Oke," kata Nate. Dia membuka saluran komunikasi ke data-pad hitam Ethan—saluran darurat yang mereka atur jika terjadi sesuatu. Dia mengetik pesan singkat, menggunakan sandi lama mereka.
`AURORA. KODE MERAH. PROMETHEUS JATUH. BUTUH KUNCI CHRONOS. SEKTOR 4 MARS. SEKARANG. -N`
Dia mengirimnya. Tidak ada konfirmasi. Tidak ada balasan.
"Apa dia mendengarnya?" tanya Clara cemas.
"Kita akan segera tahu," kata Nate, menatap jam. 03:40. Sepuluh menit lagi.
Dia membuka tautan IP Address dari Prometheus. Layar login muncul. `JARINGAN DIAGNOSTIK AETERNA - MARS SEKTOR 4. MASUKKAN KUNCI OTENTIKASI CHRONOS.`
Sebuah kursor berkedip. Menunggu.
Lima menit berlalu. Tidak ada apa-apa.
"Dia tidak mendapatkannya," kata Nate putus asa. "Atau dia tidak bisa membantu."
"Tunggu," kata Clara.
Tepat saat jam menunjukkan 03:45, kursor di layar login bergerak dengan sendirinya.
Serangkaian karakter alfanumerik yang panjang dan kompleks mulai muncul di layar, diketik dengan kecepatan super. Itu bukan kata sandi. Itu... sebuah puisi? Sebuah algoritma?
`KUNCI DITERIMA. OTENTIKASI BERHASIL.`
Layar berubah, menampilkan struktur direktori server Sektor 4 yang sederhana dan kuno.
Nate dan Clara saling pandang, ternganga. "Dia berhasil," bisik Nate.
"Tiga menit," kata Clara, kembali fokus. "Di mana cache Thorne?"
Mereka mulai mencari dengan panik. Direktori `LOGS`. Sub-direktori `ADMIN`. Folder `THORNE_ARIS`.
Di dalamnya, hanya ada satu file video, timestamped dua hari lalu. Namanya: `INCIDENT_REVIEW_S4_FATALITY.MP4`.
"Ini dia," kata Nate. Dia mengklik 'Unduh'.
Bilah kemajuan muncul. File itu besar. Koneksinya lambat.
`PERKIRAAN WAKTU: 2 MENIT 45 DETIK.`
Jantung mereka berdebar. Waktu jendela pemeliharaan hanya 3 menit.
Satu menit berlalu. Bilah kemajuan merayap. 30%.
Dua menit berlalu. 70%.
"Ayo, ayo..." gumam Clara.
`PERINGATAN: KONEKSI TIDAK STABIL. JENDELA PEMELIHARAAN AKAN DITUTUP DALAM 30 DETIK.`
Bilah kemajuan di 90%.
`15 DETIK.`
95%.
`5... 4... 3...`
99%.
`...2... 1...`
`UNDUHAN SELESAI.`
`KONEKSI TERPUTUS.`
Layar kembali ke prompt login.
Nate dan Clara bersandar di kursi mereka, terengah-engah seolah mereka baru saja berlari maraton.
"Kita berhasil," kata Nate, tidak percaya.
"Kita berhasil," ulang Clara. Dia menyimpan file video itu ke drive terenkripsi eksternal mereka. "Sekarang... mari kita lihat apa yang dibayar Prometheus dengan nyawanya."
Nate meredupkan lampu apartemen. Dia membuka file video itu.
Itu adalah rekaman keamanan dari sudut tinggi di terowongan tambang Sektor 4. Kualitasnya lebih baik dari klip Prometheus. Tanggal dan waktu ditampilkan di sudut: tiga hari lalu.
Di layar, sekelompok pekerja sedang berjuang memperbaiki salah satu mesin bor plasma raksasa yang jelas-jelas rusak. Percikan api beterbangan. Mereka tampak kelelahan.
Lalu, Thorne masuk ke dalam bingkai. Dia tidak mengenakan seragam tambang; dia mengenakan setelan Zona-S-nya, tampak tidak pada tempatnya. Dia didampingi oleh Manajer Borin dan dua penjaga keamanan Aeterna.
Thorne tampak marah. Dia menunjuk ke mesin bor, lalu ke arah para pekerja, jelas berteriak (tidak ada audio). Borin tampak mencoba menjelaskan sesuatu, menunjuk ke panel peringatan yang berkedip merah.
Thorne mendorong Borin ke samping. Dia memberi isyarat kepada para penjaga. Para penjaga itu mengeluarkan sesuatu—senjata setrum? Mereka memaksa para pekerja untuk kembali ke mesin bor yang rusak itu.
Salah satu pekerja—seorang wanita muda—tampak memprotes. Thorne memberi isyarat lagi. Salah satu penjaga memukul wanita itu dengan gagang senjatanya. Dia jatuh.
Nate dan Clara tersentak ngeri.
Para pekerja lain, kini ketakutan, kembali bekerja pada mesin itu. Mesin itu mulai bergetar hebat. Alarm peringatan kini melengking (meskipun masih tanpa suara di rekaman itu).
Thorne dan Borin mundur beberapa langkah. Para penjaga tetap di dekat para pekerja.
Dan kemudian... itu terjadi.
Kilatan cahaya putih yang membutakan memenuhi layar. Lalu kegelapan. Rekaman terputus.
Nate dan Clara duduk membeku, menatap layar hitam. Kengerian murni memenuhi ruangan.
Itu bukan kecelakaan. Itu adalah pembunuhan yang disengaja. Thorne telah memaksa para pekerja itu untuk bekerja pada mesin yang dia tahu akan meledak. Untuk apa? Untuk memenuhi kuota? Untuk menutupi sesuatu yang lain?
"Dia... dia monster," bisik Clara, suaranya bergetar.
Nate tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menatap layar hitam, melihat bayangan wajahnya sendiri yang pucat. Dia memikirkan Ethan, yang menandatangani memo yang memungkinkan ini terjadi.
Dia menutup file video itu. Tangannya gemetar.
"Kita punya buktinya," katanya pelan. "Bukti yang tak terbantahkan."
"Apa yang kita lakukan sekarang?" tanya Clara. Suaranya masih gemetar, tetapi matanya dipenuhi api yang dingin. "Kita pergi ke media? Ke polisi?"
Nate menggelengkan kepala. "Tidak. Mereka akan menutupinya. Rostova akan menguburnya. Kita hanya punya satu kesempatan untuk menggunakan ini dengan benar."
Dia menatap Clara. "Prometheus bilang Thorne ceroboh. Dia meninjau rekaman ini. Itu berarti... dia tahu apa yang terjadi. Dan dia menutupinya."
"Dan rekaman audio pertemuan pribadinya dengan Borin?" kata Clara, mengerti ke mana arah pikiran Nate. "Rekaman itu mungkin berisi pengakuan."
"Tepat." Nate berdiri. Dia merasa lelah sampai ke tulang, tetapi juga dipenuhi oleh tujuan yang membara. "Kita tidak akan mempublikasikan video ini. Belum."
"Lalu apa?"
"Kita akan memberikannya pada Ethan," kata Nate. "Ini satu-satunya cara untuk membuatnya membuka matanya. Ini satu-satunya cara untuk membuatnya melawan."
Dia melihat jam. Hampir pukul 07:00 pagi. "Tapi tidak sekarang. Tidak seperti ini. Kita butuh rencana. Kita butuh waktu yang tepat."
Dia mulai berjalan mondar-mandir. "Dan kita dalam bahaya besar sekarang. Mereka tahu seseorang mengakses server Sektor 4. Mereka akan mencari kita."
Clara berdiri juga. "Kita harus pergi dari sini."
"Ya," kata Nate. "Kemasi barang-barang penting. Laptop, drive, kamera. Kita akan pergi ke tempat persembunyian lama di dok."
Saat mereka mulai bergerak cepat, mengemasi peralatan mereka ke dalam tas ransel, Nate berhenti. Dia melihat ke data-pad Prometheus yang tergeletak di meja. Pesan terakhirnya. `Lakukan untuk mereka yang jatuh.`
"Clara," kata Nate pelan.
"Ya?"
"Ini bukan lagi hanya tentang Ethan," katanya. "Ini tentang semua orang di Mars. Ini tentang Prometheus. Kita harus menghentikan mereka."
Clara mengangguk, matanya bersinar karena tekad. "Kita akan menghentikan mereka."
Mereka meninggalkan apartemen itu saat fajar pertama menyinari jalanan Zona-B, dua jurnalis yang kini menjadi buronan, membawa bukti video berdarah yang bisa menjatuhkan sebuah kerajaan atau membunuh mereka.
Perang telah memasuki babak baru yang mematikan.