NovelToon NovelToon
Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

Fatharani Hasya Athalia, atau biasa disapa Hasya oleh teman-temannya itu harus terjebak dengan seorang pria di sebuah lift Mall yang tiba-tiba mati.
Hasya yang terlalu panik, mencari perlindungan dan dengan beraninya dia memeluk pria tersebut.

Namun, tanpa diketahuinya, ternyata pria tersebut adalah seorang CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Hasya sendiri bekerja subagai Office Girl di perusahaan tersebut.

Pada suatu hari, Hasya tidak sengaja melihat nenek tua yang dijambret oleh pemotor saat dirinya akan pergi bekerja. Karena dari perangai dan sifatnya itu, nenek tua tersebut menyukai Hasya sampai meminta Hasya untuk selalu datang ke rumahnya saat weekend tiba.

Dari sanalah, nenek tua tersebut ingin menjodohkan cucu laki-lakinya dengan Hasya.

Akankah Hasya menerima pinangan itu? Sedangkan, cucu dari nenek tua tersebut sedang menjalin kasih bahkan sebentar lagi mereka akan bertunangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Sejak masuk ke ruangannya, Bara uring-uringan gara-gara dia kesiangan dan dia tidak sempat menjemput Hasya. sesampainya di ruangan, Hasya belum ada di sana.

Saat bertanya kepada kepala OG yang berada di lantainya, dia juga belum melihat Hasya. Tidak kehabisan akal, dia meminta Arsen untuk mencari Hasya. Namun, saat mengetahui kalau Hasya tidak masuk, Bara semakin uring-uringan dan tidak terkendali.

"Sama Laura, lo gak pernah begini?" Arsen yang sudah tidak sabar lagi melihat raut wajah Bara imgin sekali meledeknya, walaupun masih di jam kerja.

"Lo teruskan pekerjaan gue, gue akan cari Hasya."

"Bar... Nenek akan marah kalau lo begini." Sekonyol-konyolnya Arsen, kalau tentang pekerjaan, dia tidak ingin mengecewakan neneknya.

Bara tidak menjawab, dia mengacak rambutnya.

"Mungkin dia pulang."

"Tapi...

"Bar... Lo bisa menyuruh orang-orang nenek untuk mencarinya."

"Tapi perasaan gue gak tenang, Arsen." Bara terlihat prustasi. Semalam saja Hasya baik-baik saja, kenapa sekarang tidak masuk ke kantor.

Tidak ingin berlama-lama, Bara mengerjakan pekerjaannya tanpa jeda. Dia ingin menyelesaikannya secepatnya supaya bisa mencari Hasya ke kos-annya saat jam istirahat nanti.

"Lo mau ke mana?" tanya Arsen. Istirahat siang ini Bara langsung keluar ruangannya.

"Tumben banget lo banyak tanya?" Bara menatap curiga kepada Arsen.

"Bukan curiga, Bar. Gak biasanya lo keluar ruangan sebelum waktunya."

"Suka-suka gue." Bara berlalu dari hadapan Arsen. Dia tidak mempunyai banyak waktu lagi karena jam dua nanti dia harus menghadiri rapat.

"Gak pernah lihat lo begini, Bar. Mungkin ini adalah cinta lo yang sesungguhnya. Gue dukung aja, yang penting jangan menyakitinya. Kalau lo menyakiti dia, gue yang akan gantiin posisi lo." Arsen bergumam sambil menatap Bara pergi.

Bara melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kos-an Hasya. Sesampainya di sana, dia merasa lemas saat penjaga kos-an itu memberitahu kalau Hasya pergi bersama abangnya.

"Kalau memang mau bertemu keluarganya, kenapa dia gak izin, ya?"

 Bara sedikit merasa curiga. Kemudian dia menghubungi Arsen.

"Tolong, lo tanyakan ke teman-temannya di lantai lima, dia izin lewat temannya, enggak?"

"Bar, lo segitunya nyari dia?"

"Kenapa sih, lo? Lo gak suka?" Bara marah dengan teguran Arsen.

"Bukan begitu, Bar..."

"Kalau lo gak mau kerja lagi sama gue, ya sudah. Gue gak maksa lo!"

Klik

Bara memutus panggilannya. Arsen langsung ketar-ketir. Dia kembali menghubungi Bara tapi Bara tidak menerima panggilannya bahkan nomornya sepertinya sudah di blok.

"Sial! Kenapa mulut gue bisa berbicara begitu!" Arsen meremas ponselnya, dia tidak menyadari apa yang diucapkannya.

Dengan langkah berat, Arsen turun ke lantai lima dan menanyakan Hasya kepada teman-temannya. Tspi dari mereka gak ada yang tahu, bahkan mereka juga sudah jarang berkomunikasi.

Arsen ikut mengacak rambutnya prustasi. Bisa-bisa dia dipecat perlahan oleh Bara. Bahkan mungkin semua fasilitas yang dia punya bisa disita oleh Bara.

***

"Permisi!" Bara mencaritahu rumah Hasya dan minta bantuan anak buah Belinda untuk mengetahui keberadaan Hasya di mana.

"Ada perlu apa, Tuan?" tanya seorang security yang menjaga rumah Hasya.

"Saya ingin mencari Hasya."

"Non Hasya?" Bara mengangguk.

"Non Hasya tidak ada..."

"Tolong! Tolong! Siapapun yang ada di jalan tolong bantu saya!" suara minta tolong itu terdengar pilu dari lantai dua rumah Hasya.

"Lo jangan berisik, beg*!"

"Arggh!" suara itu terdengar mengerang kesakitan.

"Itu Hasya! Dia kenapa?" Bara terlihat panik.

"Anda tidak usah tahu, Tuan. Itu masalah keluarga..."

"Kalau begitu, anda juga bisa kena pasal karena membiarkan orang disekap..."

"Dia bukan disekap, Tuan. Ini rumahnya..."

"Rumah yang bagai neraka untuknya?!" Bara menatap tajam security yang dari tadi menahan rasa takut.

"Ta-ta..."

"Saya di sini mencoba untuk menyelamatkan nyaw4 orang. Bukan untuk ikut campur urusan keluarganya. Tapi, jika ada hal yang melanggar hukum, saya akan melaporkan kejadian ini."

"Tolong!"

Prang!

Hasya memukul kaca jendela kamarnya, kemudian dia mencoba keluar dari dalam kamar itu tapi dari dalam kamarnya ada yang menarik.

"Tolong!"

"Hasya!"

"Tolongin saya!" Hasya terlihat lemah dan ketakutan.

Bara meminta anak buah Belinda untuk mencari tangga dan Bara langsung naik ke atas balkon kamar Hasya yang sempit. Kemudian dia mencoba mengintip apa yang terjadi di dalam sana.

Bara sedikit shock saat melihat keadaan kamar yang seperti kapal pecah. Semua barang-barang di sana terlihat berhamburan di lantai dan juga di ranjang.

"Tolongin saya." Suara Hasya melemah.

"Kemana orang yang tadi menahan kamu keluar?" tanya Bara.

"Siapa kamu?" suara itu menggelegar dan membuat Hasya ketakutan.

"Saya calon suaminya." jawab Bara santai.

Prok prok prok

"Punya uang berapa kamu ingin menikahi putri saya?" dengan pongahnya orang tersebut, yang tak lain adalah Cakra, ayah dari Hasya bertanya. "Oh... Kal, buka dulu jendelanya." Cakra meminta Haikal untuk membuka jendela supaya Bara masuk ke kamar Hasya.

"Apa anda tidak bisa mengobati lukanya terlebih dahulu?" Bara menatap khawatir kepada tangan Hasya yang mengeluarkan darah. Mungkin terkena serpihan kaca saat ia memukul kaca tadi.

"Menyusahkan saja!" Cakra menarik tangan Hasya dengan kasar.

"Anda jangan kasar..."

"Dia anak saya! Anda juga tidak harus ikut campur."

"Sekali pun itu anak anda, anda tidak berhak menyakitinya. Sekalipun dia sudah bukan anak dibawah umur, tapi dia tetap mempunyai perlindungan..."

"Persetan! Haikal! Bawa dia ke gudang!"

Bugh!

Bara langsung memukul wajah Cakra sampai terhuyung. "Ternyata anda orang tua yang tidak mempunyai hati!" napas Bara tersenggal-senggal mendengar apa yang diperintahkan oleh Cakra.

"Hahaha... Ternyata ada ya, manusia yang mau membela anak sial ini."

"Cukup, Pa!" Hasya terlihat marah saat dikatakan anak sial oleh sang ayah. "Jika memang kalian tidak menginginkan aku, kenapa kalian perjuangkan? Aku juga tidak ingin dilahirkan jika memang hanya untuk..."

"Gak usah banyak bac*t!" Haikal menarik Hasya keluar kamar.

Bara akan menyusulnya, tapi Cakra segera menghadangnya. "Mau kemana?"

"Saya akan menyelamatkan calon istri saya."

"Kalau begitu, secepatnya anda bawa uang ke sini."

"Calon istri saya bukan barang yang bisa ditukar dengan uang. Saya akan sukarela memberinya uang, tapi bukan untuk menukar dirinya." jawab Bara dengan tegas.

"Oh... Kalau begitu, buktikan! Saya meminta anda menikahinya saat ini juga dengan mahar lima ratus juta. Anda bisa?" Cakra memang tidak tahu Bara itu siapa, karena selama berbisnis perusahaannya belum pernah tersentuh oleh perusahaan yang Bara pimpin. Dan, Bara juga seringkali absen untuk rapat di luar, Arsen lah yang menggantikannya.

Bara terdiam, tapi dia tidak bisa menunggu lagi. Dia harus melakukan ini demi keselamatan Hasya.

"Baiklah... Saya lakukan demi keselamatan calon istri saya."

Cakra menatap penuh selidik. "Anda mempunyai uang banyak dari mana dengan secepat ini?"

"Uang tabungan saya sejak SMA, lebih dari sepuluh tahun saya menabung." jawab Bara. Dia tidak akan membongkar siapa dirinya di depan calon ayah mertuanya.

"Uangnya dulu, baru saya akan mengizinkan anda untuk menikahi putri saya."

Sebenarnya Bara sangat muak mendengar Cakra yang selalu bilang 'putri saya' tapi dia harus diam dan hati-hati.

"Saya akan menghubungi orang tua saya terlebih dahulu." Bara pun menghubungi kedua orang tuanya juga Belinda, tapi dia meminta mereka untuk menyamar.

***

"Saya terima, nikah dan kawinnya Fatharani Hasya Athalia binti Cakra Bakhtiar El Fathan dengan mas kawin tersebut, Tunai!" Bara mengucap ijab kabul itu dengan lantang di depan penghulu, saksi dan dua orang tua mempelai.

"Bagaimana, saksi, Sah?"

"SAH!"

Bersambung

1
Jar Waty
lanjut thor
Yurniati
tetap semangat terus
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Pia Nur
lanjut kak
Ijah Khadijah: Terimakaaih, Kak
total 1 replies
Yurniati
terus semangat update nya thorr
Yurniati
double update thorr
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
kamu akan menyesal Haris,apa yang kamu lakukan terhadap Harsya,,,,,
tetap semangat terus thorr
Jar Waty
lanjut thor
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
kasian Arsya nya udah menderita di culik lagi,siapa ya yang nyulik,,,,,,
tetap semangat terus thorr
Ijah Khadijah: Siap, Kak. Terimakasih
total 1 replies
lontongletoi
luka kaki Hasya ga di obatin dulu thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!