Setelah bertahun-tahun hidup sendiri membesarkan putrinya, Raisa Andriana seorang janda beranak satu, akhirnya menemukan kembali arti cinta pada Kevin Wibisono duda beranak dua yang terlihat bijaksana dan penuh kasih. Pernikahan mereka seharusnya menjadi awal kebahagiaan baru tapi ternyata justru membuka pintu menuju badai yang tak pernah Raisa sangka
Kedua anak sambung Raisa, menolak kehadirannya mentah-mentah, mereka melihatnya sebagai perebut kasih sayang ayah nya dan ancaman bagi ibu kandung mereka, di sisi lain, Amanda Putri kandung Raisa, juga tidak setuju ibunya menikah lagi, karena Amanda yakin bahwa Kevin hanya akan melukai hati ibunya saja
Ketegangan rumah tangga makin memuncak ketika desi mantan istri Kevin yang manipulatif, selalu muncul, menciptakan intrik, fitnah, dan permainan halus yang perlahan menghancurkan kepercayaan.
Di tengah konflik batin, kebencian anak-anak, dan godaan masa lalu, Raisa harus memilih: bertahan demi cinta yang diyakininya, atau melepas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen_Fisya08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Kegelisahan Raisa
Dari kejauhan, samar-samar terdengar suara adzan subuh berkumandang memecah keheningan pagi, suara muadzin yang melengking lembut dari masjid dekat rumah menembus tirai kamar, membuat ku terjaga di antara ngantuk dan sadar...
mataku terasa berat, tapi samar-samar aku melihat sosok Mas Kevin yang sudah rapi, mengenakan sarung dan koko putih. Aroma wangi sabun dan minyak rambutnya tercium samar oleh ku...!!
Setelah mas Kevin melangkah keluar, aku bangkit perlahan, udara pagi menusuk kulit ku, membuat tubuh ku menggigil, ku melangkah ke kamar mandi, mencipratkan air dingin ke wajah, lalu mengambil wudhu. Setiap basuhan terasa menenangkan...
Lalu ku bentangkan sajadah, dan ku menunaikan kewajiban ku untuk shalat dua rakaat, dengan hati yang masih bergumul antara syukur dan kekhawatiran, setelah salam, aku menundukkan kepala dan menadahkan kedua tangan ku untuk berdoa kepada sang pencipta...
“Ya Allah, berkahilah rumah tangga yang baru ku bina ini... jagalah anakku Amanda, dan lindungilah ibu yang selalu mendoakan dari balik kesunyian rumah ini.” tak terasa aku menangis sambil berdoa...
Aku tak tahu apakah ini air mata bahagia atau air mata ketakutan akan sesuatu yang akan datang kepada ku atau kah kedua nya...!!
Tak lama kemudian, terdengar suara langkah dari luar kamar, pintu dibuka perlahan, dan mas Kevin masuk sambil menutup pintu dengan hati-hati...
"Alhamdulillah, kamu sudah shalat, sayang,” ucapnya dengan senyum lega..
“Maaf ya tadi Mas nggak bangunin, habis mas lihat kamu kelihatan nyenyak banget tidurnya sayang" ucap mas Kevin lagi sambil mengecup kening ku
Aku pun tersenyum tipis sambil merapikan mukena ku...
"Iya, Mas,” jawabku singkat.
Aku hendak berdiri, berniat menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi, tapi mas Kevin menahan pergelangan tangan ku..
Sentuhannya lembut, namun cukup untuk membuat ku menatapnya heran...
“Sayang..... Boleh Mas bicara sebentar sebelum kamu masak?” tanya mas Kevin lembut
Aku hanya mengangguk dan aku duduk kembali di tepi ranjang, sementara mas Kevin mengambil posisi di hadapan ku, menatap wajah ku lekat-lekat...
“Sayang.... Hari ini Mas mau ngajak kamu lihat rumah kita, rumah yang nanti bakal kita tinggali berdua dan bersama anak-anak juga” ucapnya nada suaranya berubah menjadi serius
“Rumah… kita, Mas?” aku spontan menatapnya tak percaya
“Iya, Sayang, itu rumah yang Mas siapkan sebelum kita menikah, mas pengin kamu lihat, kasih pendapat, dan semoga kamu suka juga.” ujar mas Kevin sambil mengangguk dan matanya terlihat hangat
Aku terdiam sesaat, di dada ku, ada perasaan kaget dan ragu bercampur jadi satu, karena pada masa ta’aruf, aku dan mas Kevin memang jarang membicarakan hal pribadi secara mendalam, termasuk tentang tempat tinggal setelah menikah....
Aku tak menyangka mas Kevin sudah menyiapkan semuanya sendiri tanpa ku ketahui...
“Tapi, Mas… kenapa nggak bilang dari awal sewaktu kita masih ta'aruf?” tanya ku pelan...
"Apa kamu tidak menyukainya Sayang? Dan apa yang kamu pikirkan, kita sudah menikah tidak mungkin kita masih tinggal bersama keluarga mu disini, kamu dan Amanda sudah menjadi tanggung jawab ku sekarang" ucapnya
Kata-kata itu seharusnya menenangkan, tapi justru membuat ku terdiam lebih lama, ada nada lembut dalam ucapan mas Kevin, tapi juga terselip keputusan yang sudah bulat tanpa ruang untuk berdiskusi....
“Tapi, Mas.... Bagaimana dengan Ibu ku mas? Amanda pasti nggak mau jauh dari neneknya.” suara ku mulai bergetar
Mas Kevin menarik napas panjang, lalu menggenggam tangan ku lebih erat..
"Sayang, Ibu mu itu sekarang juga Ibu Mas, kalau ibu mau ikut tinggal sama kita, itu malah bagus sayang, kita bisa sama-sama jagain ibu dan nanti kita sama-sama bicarakan hal ini sama ibu ya” ucap mas Kevin
Aku menunduk memikirkan putriku, aku tahu putriku belum sepenuhnya menerima pernikahan ku ini dan putri ku juga masih menolak menyebut mas Kevin sebagai ayah dan belum lagi dengan kedua anak mas kevin yang belum ku temui..
"Mas.... Amanda belum terbiasa… dia masih belum bisa nerima semua ini.” ucap ku lirih
“Nggak apa-apa sayang... pelan-pelan saja, Mas tahu Amanda butuh waktu, tapi Mas janji, Sayang, Mas akan berusaha jadi ayah yang baik buat Amanda.” ucap mas Kevin sambil mengusap punggung tangan ku dengan lembut
Aku menatap wajah suami ku, mata itu tulus, lembut, tapi entah kenapa di dasar hati kecil ku ini, ada bayangan samar yang masih membuat ku gelisah: bayangan Desi, mantan istri mas Kevin, sorotan matanya yang begitu tajam seakan- akan ingin menyerang ku.....
Aku percaya dengan mas Kevin karena kata-katanya begitu menenangkan diriku tetapi aku tidak percaya dengan sosok yang bernama Desi..
“Baik, Mas.... Nanti setelah sarapan, kita ke rumah itu ya.” ucap ku akhirnya memaksakan untuk tersenyum
Mas Kevin tersenyum lega, lalu menepuk lembut punggung tangan ku...
“Terima kasih, Sayang. Kamu nggak tahu betapa bahagianya Mas bisa bilang ‘rumah kita’. Mas pengen rumah itu jadi awal baru buat kita semua.” ucapnya pelan dan ku anggukan ucapannya...
***
Pagi itu berjalan seperti biasanya, dapur dipenuhi aroma tumisan bawang dan wangi teh hangat, Ibu membantu di meja makan, sementara Amanda duduk diam di kursinya, memegang sendok tanpa banyak bicara, mas Kevin yang baru saja turun dari kamar tersenyum ke arah kami...
“Pagi semuanya,” sapa mas Kevin ramah.
“Pagi juga, Mas,” jawab ku, sedikit canggung...
Amanda tidak menjawab, hanya menatap piringnya, aku mencoba mencairkan suasana dengan mengajaknya berbicara, tapi Amanda tetap diam, sampai akhirnya mas Kevin mendekat, mengelus rambut putriku pelan...
“Pagi, Manda, hari ini ayah sama Mama mau liat rumah baru kita, nanti kamu ikut ya sayang.” ucap mas Kevin lembut
Amanda menegakkan kepala, menatap mas Kevin tanpa ekspresi...
“Aku nggak mau.” ucapnya sinis, ku menatapnya kaget...
“Amanda…” panggil ku
"Aku masuk sekolah hari ini , rumah baru itu buat Mama sama Om Kevin dan kedua anak om saja, bukan buat aku, kalau aku cukup disini bersama nenek, itu sudah lebih dari cukup" ucap Manda sambil menatap ku
Suasana meja makan mendadak hening, ibu menatap cucunya dengan lembut dan tersenyum lalu berkata pelan...
“Manda, jangan ngomong gitu sayang.... Mama kamu cuma pengin kita semua bahagia, Nak.”
Amanda tidak menjawab, ia meletakkan sendok nya, lalu berdiri dan berjalan ke kamarnya tanpa menoleh lagi dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah karena Amanda masih bersekolah kelas dua SMA
Mas Kevin menarik napas panjang, wajahnya menegang sejenak, tapi ia berusaha tersenyum...
“Biarkan dulu dia bu, sayang... dia itu butuh waktu" ucapnya
Aku hanya mengangguk, meski di dada ku ada rasa perih yang tak bisa aku sembunyikan, aku tahu Amanda belum bisa menerima ini semua karena dia telah lama hidup tanpa seorang ayah tapi aku juga tahu, Mas Kevin berusaha keras untuk menjadi ayah sambung yang baik....!!!
Dan di luar sana, di tempat yang berbeda, Desi duduk di dalam rumah nya, menyusun sebuah rencana untuk mulai menghancurkan rumah tangga Kevin dan Raisa yang baru mereka bina....
Dia ingin menemui kedua putrinya, lalu ia menelpon seseorang...
( "Assalamualaikum Amel, apakah anak-anak ku masih bersama mu?") Tanya Desi
("Ya mba, anak-anak masih bersama ku, niatnya sore ini Laras dan Dewi minta pulang ke rumah nyai nya") ucap Amel dari sebrang sana
("Tapi anak-anak masih aman kan, mereka masih belum tahu kalau ayahnya sudah menikah lagi?") Tanya Desi
("Aman mba, aku gak berani kasih tau mereka yang ada nantinya suami, ibu dan bapak mertuaku marah sama aku") jawab Amel
("Bagus Mel, terima kasih atas bantuan mu Mel, bilang pada anak-anak aku akan menjemput mereka sekarang nanti biarkan aku saja yang menghantarkan mereka pulang Mel") Ucap Desi
("Ya mba baik, tapi ngomong-ngomong aku aman kan mba, mereka gak tau kan kalau aku yang memberi tahu mba tentang pernikahan mas Kevin?") Tanya Amel cemas
("Tenang saja Mel, mereka tidak tahu kok") jawab Desi...
Desi pun menutup telponnya lalu bersiap-siap untuk menjemput putri nya...!!
Mobilnya melaju perlahan meninggalkan pekarangan rumah yang selama ini menjadi tempat Desi tinggal sementara matahari mulai naik di ufuk timur, menandai pagi baru yang tampak hangat di permukaan, tapi menyimpan badai di baliknya..