Yura yang terjerat masalah terpaksa meninggalkan Hanan suaminya dan putri yang baru dilahirkannya, agar mereka tetap hidup karena kritis dirumah sakit akibat kecelakaan. Hanya keluarga suaminya yang memiliki uang yang bisa membantunya dengan satu syarat menyakitkan!
Lima tahun kemudian, Yura dipertemukan dengan anak yang dilahirkan, dibawa sebagai pengasuh oleh istri baru Hanan. Dengan kebencian dari keluarga Maheswari serta pria yang di cintai, mampukan Yura bertahan demi anaknya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29.
Yura tadi tidak sempat berfikir bahwa Aura akan mendengar semuanya, bukan hanya Aura, sekarang Yura baru kepikiran kalau para pelayan dirumah Hanan mendengarnya, yang membuat Yura khawatir kalau salah satu dari mereka mengadu pada Gendhis.
"Kenapa bibi diam? Apa benar kalau bibi Yura, ibu kandungku?" Aura kembali bertanya.
Yura sekarang sangat bingung menjawabnya. Yura takut kalau Aura membencinya karena selama lima tahun tidak pernah ada dan ikut berperan merawatnya. Lalu, Aura juga tahunnya ibu kandungnya telah tiada. Kalau Yura mengatakan bahwa ia adalah ibu kandungnya, apa Aura tidak syok?
Sementara Nicko hanya memperhatikan Yura maupun Aura, tidak berani ikut campur. Dia bisa merasakan kalau posisi Yura sekarang sangat sulit.
Yura berusaha mengukir senyum diwajahnya supaya Aura percaya apa yang akan dia katakan. "Bibi hanya berusaha melindungi kamu, sayang! Maaf ya, bibi jadi lancang. Bibi Yura sudah menganggap kamu sebagai anak kandung bibi!" Jawab Yura berusaha tetap tenang.
Sedangkan Aura kecewa mendengarnya, dia justru berharap kalau yang dia dengar benar. Yura adalah ibu kandungnya, betapa bahagianya Aura kalau memang Yura ibu kandungnya. Tapi justru ternyata tidak!
"Yah, Aura pikir bibi Yura ibu kandungku." Aura menjawab dengan sedih.
Nicko mengusap rambut lembut yang wangi khas anak kecil. "Jangan sedih, paman traktir ice cream mau?" Nicko berusaha membujuk.
Yura berdiri lalu berjongkok disamping Aura, "Bibi akan selalu melindungi Aura dari siapapun yang berniat jahat atau menyakiti Aura!"
Aura mulai tersenyum lagi, sikap Yura yang lembut dan penyayang membuatnya begitu nyaman dan hangat. Seandainya Yura memang ibu kandungnya, Aura pasti akan sangat bahagia.
Tetapi dia ingat kalau ibu kandungnya sudah meninggal setelah melahirkan dirinya. Itu yang diceritakan Eva padanya waktu itu, Aura merasa bersalah, seandainya ia tidak lahir mungkin ibunya masih hidup sampai sekarang.
"Terimakasih bibi. Kalau ada bibi, Aura merasa rindu, sama mama yang sudah dilangit. Tapi saat bersama bibi, rindu Aura jadi terobati!" Aura memeluk wanita disampingnya dengan erat.
Yura terharu dan sedih secara bersamaan mendengar kalimat putrinya. Seandainya ia bisa mengatakan kalau dia ibu kandungnya, tapi Yura takut Aura salah paham dan membencinya.
Ia membalas pelukan Aura dengan erat, melindunginya dengan cinta dan kehangatan supaya Aura selalu merasa nyaman dan aman bersamanya.
Yura sejujurnya ingin mengungkapkan semuanya, tapi waktunya tidak tepat. Aura berada dilingkungan keluarga Maheswari, yang dimana ibu tirinya Hanan tidak menyukainya. Bagaimana kalau setelah ia mengungkapkan, Eva akan menggunakan rencana buruk untuk membuat Aura membencinya.
Yura tidak mau kalau Aura membencinya, cukup Hanan, tapi tidak putri kandungnya!
'Maafkan mama, Aura. Mama janji akan menebus waktu lima tahun yang terlewat, mama selalu mencintai kamu dalam hati mana. Selama ada mama, tidak akan ada yang menyakiti kamu, mama akan melawan mereka semua! Kamu semangat hidup mama sekarang!'
Aura dan Yura sama-sama melepaskan pelukannya, wajah Aura kembali ceria, mudah sekali moodnya berubah. Tapi Yura bahagia melihat wajah putrinya yang kembali cerah.
"Malam ini, papa mau ngajak Aura, makan malam diluar. Karena tidak ada Aura dirumah... bibi Yura harus pergi dari rumah! Bibi Yura harus pergi, makan malam dengan paman tampan, mengerti!" Aura berkata dengan tersenyum.
Yura melotot begitu mendengar kalimat terakhir, perintah dari Aura untuk makan malam dengan paman tampan alias si peracun otak kecil itu, siapa lagi kalau bukan Nicko.
Yura berdiri, melirik Nicko yang duduk dengan santainya seolah merasa menang karena Aura berada dipihaknya. Dia lalu menjawab. "Maaf sayang, tapi bibi capek. Biarkan paman tampan makan malam sendiri, lagi pula... Dia sudah punya pacar!"
"Apaaa!!!" Aura kaget mendengarnya.
Sementara Nicko melotot karena merasa difitnah, jadi Yura mau membalasnya. Yura tersenyum mengejeknya.
"Itu tidak benar!" Nicko menyahut.
"Apa paman punya pacar? Kenapa dekati bibi Yura, kalau begitu! Paman, jahat!" Yura membalas dengan kesal.
Nicko segera membujuk, jangan sampai Aura berhenti mendukungnya bersama Yura. "Tidak! Paman tidak punya pacar! Percaya pada paman, bibi Yura hanya bercanda. Paman sangat setia, Aura!" Nicko meraih tangan kecil itu namun Aura menepisnya.
Nicko menatap Yura seolah meminta Yura untuk membujuk Aura, namun jelas Yura mengendikkan bahunya dan bodo amat!
'Rasain!'
"Tidak mau percaya!" Aura menjadi dengan tegas lalu tiba-tiba turun dari kursi memeluk Yura. "Ayo kita pulang. Aura tidak mau disini!" Gadis kecil itu merengek.
Mudah sekali Aura berubah pikiran, Yura jadi bingung sekarang. Bagaimana kalau Aura sungguh-sungguh mendiamkan Nicko, apa lebih baik atau tidak? Yura jadi bingung.
"Malam ini aku diundang makan malam keluarga, mereka mau menjodohkanku. Apa kamu mau kalau aku menikah lagi dengan wanita yang tidak kucintai, Yura?"
Yura tiba-tiba jadi teringat ucapan Nicko dirumah sakit, bagaimana kalau pria itu sungguh-sungguh mau dijodohkan. Yura merasa tidak rela, entah kenapa hatinya tidak suka dengan berita itu.
"Sayang, bibi hanya bercanda. Paman baik belum punya pacar, tadi bibi hanya mengarang!" kali ini Yura mengalah dari Nicko lagi.
Aura merasa tidak percaya, "Benarkah? Kalau begitu, malam ini bibi harus pergi sama paman!"
Nicko menahan senyum, sedangkan Yura menghela nafas dengan pasrah. "Bibi tidak bisa janji!" Jawab Yura.
"Kalau begitu Aura tidak mau bicara sama bibi!"
Yura sungguh bingung kenapa bisa Aura sungguh-sungguh berada di pihak Nicko. Bagaimana sekarang? Haruskah malam ini Yura menemani Nicko, kalau sampai keluarga Nicko tau dia wanita miskin, apa yang akan mereka katakan?
.....
Aura ketiduran sepanjang perjalanan pulang, mobil sudah dekat dengan rumah Hanan. Nicko tidak perduli kalau pria itu ada dirumah atau tidak yang jelas ia akan mengantarkan Yura sampai depan rumah.
"Seharusnya sampai sana saja!" Protes Yura.
"Aura tidur, kau akan keberatan menggendongnya terlalu jauh!" Balas Nicko.
Nicko masih saja memperhatikannya, padahal Yura sudah menolak ajakan makan malamnya, tapi karena Aura, Yura harus terpaksa ikut.
Masalahnya, Yura harus pakai baju apa. Ia tidak punya baju mahal ataupun baju yang terlihat bagus untuk acara makan malam. Tidak mungkin dia pakai baju yang dulu untuk kerja.
"Untuk makan malamnya... Apa kamu tidak takut malu, karena membawaku bersamamu Nicko?" Yura bertanya dengan pelan.
"Kenapa malu? Wajahmu tidak burik, kulitmu juga bersih!" Maksud jawaban yang diinginkan Yura bukan itu. Nicko menatap Herry. "Kau sudah siapkah yang ku pesan, Herry?"
Herry mengangguk. "Sudah tuan, sudah saya siapkan!"
"Jangan khawatirkan apapun, jam enam sore aku jemput! Aku akan bicara pada Gendhis supaya dia mengizinkanmu pergi tanpa dihalangi pria itu!"
Yura merasa lega meski sebenarnya hatinya masih tidak tenang. Ia hanya mengangguk pelan. "Oke!" Yura merebut Aura lalu turun daru mobil. "Terimakasih untuk hari ini!"
haissh dasar si nenek peott 😤
mantep gendhis mertua seperti eva itu harus tegas terlalu sombong harus sgra di basmi..
emang hanan punya adik cewek ya thor maaf aku juga lupa 🤭😅