DIKEJAR KAWIN

Kenangan buruk yang dialami bukan sesuatu yang baik untuk dikenang. Sebuah penyesalan tidak akan ada artinya sebelum kita sendiri yang mengubahnya seperti sesuatu hal yang dilakukan oleh Ayah satu anak ini. Ia sungguh menyesal akan kelakuannya dimasa silam. Kalau bisa waktu berputar ke masa lalu, ia akan mencoba untuk hidup lurus dan tidak bersikap kekanak-kanakan dengan melibatkan perempuan lain untuk dijadikan pelampiasan. Sungguh ia sangat menyesali semua yang telah terjadi.

Ya, lelaki itu adalah Rezel. Rezel seakan frustasi, ia menjambak rambutnya sendiri. Penampilannya seakan kusut memikirkan jalan keluar yang akan ia tempuh. Rezel tidak ingin istri tercintanya mengetahui kelakuan bejatnya. Tidak ...! itu tidak boleh terjadi.

Sebelum semuanya terjadi, Rezel harus melindungi puteranya sendiri agar tidak bertemu dengan Kinanti. Apapun caranya akan Rezel pikirkan nantinya. Kapan perlu, Rezel sendiri yang akan membuat perhitungan dengan Kinanti. Ya, Rezel harus menemui perempuan itu untuk membuat perhitungan agar tidak mengganggu sang putera.

Vira menatap kearah sang suami. Sedari tadi ia melihat gelagat yang mencurigakan dari gerak-geriknya.

Ada apa dengan suaminya itu? itu hal pertama yang di pikirkan Vira sendiri karena tidak biasanya sang suami bersikap seperti itu.

Vira mendekat dan memeluk sang suami dari arah belakang. Tentu hal itu membuat Rezel terkejut dan dengan reflek menghempaskan tangan Vira.

Vira tentu terkejut, tangannya sedikit sakit akibat hempasan kasar dari Rezel. Vira sama sekali tidak menyangka Rezel akan berbuat sekasar itu.

Vira menatap Rezel dengan mata berkaca-kaca karena baru kali ini Rezel bersikap kasar seperti itu. Ia mencoba menghela nafas kasar, meskipun terasa sakit akibat perlakuan Rezel sendiri.

"Maafkan aku sayang!" Rezel merasa bersalah, ia tidak tahu kalau Vira ada di belakangnya. Terlalu banyak beban pikiran membuat Rezel tidak berpikir jernih, ia kira Kinanti yang mendekapnya sehingga membuat Rezel menghempaskan tangan Vira seperti itu.

"Ada apa denganmu Bang?" Sungguh pertanyaan yang dilontarkan sang istri membuat dada Rezel sesak, ia benar-benar takut Vira mengetahui perihal yang di pikirkan olehnya sedari tadi.

Rezel mencoba tersenyum, untuk menghilangkan kecurigaan sang istri. Ini belum waktunya Vira mengetahuinya. Akan ada waktunya untuk Rezel jujur, tentu bukan sekarang waktunya.

Rezel mencoba menenangkan sang istri dengan memberikan sebuah pelukan dan ciuman di puncak kepala.

"Tidak apa-apa, Dek! Abang baik-baik saja." Tentu Vira belum sepenuhnya percaya namun hanya bisa mengangguk untuk memberi ruang kepada Rezel agar mau bersikap jujur sebelum ia mengetahui yang sebenarnya.

Vira mencoba untuk tersenyum meskipun senyum yang ia berikan seakan dipaksakan. Ia mesti mencari tahu, sudah cukup ia berdiam diri seperti ini.

~

Keesokan paginya ...

Sarapan pagi sudah terhidang di meja makan. Baik Azlan maupun Rezel hanya berdiam diri tanpa minat. Mereka berdua tampak bengong dan tidak banyak bicara. Tentu Vira sangat kesal dengan keduanya sedari makan malam hingga berganti dengan sarapan pagi keduanya kompak mendiamkan dirinya. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing, kalau ada masalah enaknya bercerita agar Vira sendiri juga mengetahuinya.

Vira menghempaskan sendok secara kasar, lalu beranjak meninggalkan anak dan suaminya. Ia cukup sedih dengan kehidupan yang dialaminya, apapun yang terjadi dengan mereka berdua Vira sama sekali tidak mengetahuinya.

Dalam hal ini, bukan Vira tidak ingin tahu. Namun suaminya sendiri yang seakan menutupi semuanya. Seperti halnya yang terjadi dengan Azlan beberapa hari yang lalu, sang suami sama sekali tidak mengabarinya. Berita itu ia ketahui setelah mereka berdua pulang terlambat dan saat ditanyakan keduanya kompak diam. Vira yang tidak mendapat jawaban dengan terpaksa menghubungi Marco untuk mengetahui apa yang telah terjadi dengan Azlan.

Vira menangis dalam diam, apa artinya ia sebagai istri? Semua yang terjadi seakan jelas di tutupi. Ingin berbagi cerita pun seakan percuma dan hanya bisa diam seperti seorang istri yang bodoh.

Mereka berdua langsung beranjak dari duduknya, ia tahu istrinya dalam mode merajuk seperti itu juga dengan Azlan ia tidak akan tega melihat Mamanya sedih seperti itu.

"Ma ..." Panggil keduanya. Rezel dan Azlan menatap Vira yang tengah melamun dan terlihat sekali sisa air mata di pipinya.

"Aku tidak ingin Mama sedih seperti itu. Jadi, tolong berbahagialah untukku, Ma!" Azlan hanya bisa menatap sang ibu dari jauh tanpa berani mendekat. Bukan tidak sayang, hanya saja ketakutan masih saja menghantuinya.

Sebagai ibu, tentu ucapan sang anak adalah obat yang mujarab agar membuatnya tenang. Kebahagian terbesar yang ia nanti selama ini, membuat putera satu-satunya bahagia.

Rezel tersenyum melihat sang istri yang tampak mulai tenang, ia masih bisa bersyukur diberikan kebahagian berkumpul dengan keluarga tercintanya. Meskipun nantinya akan ada, badai kehancuran akan menerpa rumah tangganya.

#Happy reading guys, mohon kasih like atau komennya agar bisa semangat dalam menulis. Dan terimakasih buat support teman-teman semuanya.