Yuan Chen, seorang yatim-piatu yang hidup dilanda kemiskinan. Direndahkan, dikucilkan, dihina, dan diperlakukan tidak baik oleh semua orang, sudah menjadi makanan sehari-hari baginya.
Di dunia yang mengandalkan kekuatan sebagai hal utama, Yuan Chen tak mempunyai kesempatan untuk berlatih, ia selalu sibuk setiap harinya hanya untuk mencari sesuap nasi.
Namun, kehidupannya perlahan berubah, di saat takdir mempertemukannya dengan seorang Kakek tua yang memberinya Batu Hitam yang memberikannya kekuatan dan menjadikannya sangat kuat. Dan saat itulah Yuan Chen pun bangkit dari keterpurukannya dan memulai perjalanannya di dunia kultivasi yang kejam ini. Inilah kisah Yuan Chen, seorang pemuda yang berhasil menguasai Tiga Alam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Telur Misterius
"Ke— kemana kakek itu pergi?" kata Yuan Chen sembari memegangi tengkuknya, merasa bingung.
Beberapa detik yang lalu, Yuan Chen jelas melihat Kakek tua itu masih berada dihadapannya, tetapi di saat pandangannya terfokuskan pada batu hitam, tiba-tiba Kakek tua dihadapannya menghilang dalam sekejap mata. Membuat Yuan Chen sangat begitu bertanya-tanya: siapa dia? Dan kemana perginya?
Batu Hitam yang berukuran kepalan tangan itu nampak sangat menarik. Terlihat seperti batu biasa, tetapi juga terlihat seperti sisik yang membulat seperti bola bulat.
Tiba-tiba, Batu Hitam itu mengeluarkan cahaya putih yang lemah, tetapi semakin lama semakin cemerlang, membuat Yuan Chen pun menutupi matanya menggunakan punggung tangannya.
Sesaat kemudian, Yuan Chen menurunkan tangannya yang menutupi pandangannya, tetapi Yuan Chen tiba-tiba berteriak, sangat begitu terkejut, di saat Batu Hitam tiba-tiba melesat cepat, mengarah kepada Yuan Chen.
"Haaaa...!" teriaknya dengan suara yang lantang, membuat Yuan Chen kembali memejamkan kedua matanya.
Namun, di saat Yuan Chen membuka kembali kedua matanya, tiba-tiba dia sudah berada di tempat yang sangat asing. Langit gelap yang di taburi bintang-bintang kecil yang begitu indah, tetapi dengan kesadaran penuhnya, Yuan Chen menyadari bahwa saat itu masih sore hari.
Pandangan Yuan Chen pun berkeliling, merasa bingung dengan apa yang terjadi saat itu. Hingga pandangan Yuan Chen pun tertuju ke bawah kakinya, melihat dirinya yang berada di atas air, dia benar-benar berdiri di atas air. Hingga pandangannya semakin meluas, melihat itu seperti lautan yang tak berujung, walaupun langit gelap seperti malam hari, tetapi pijakan air itu nampak begitu cemerlang. Anehnya, jauh di depan sana, nampak sebuah telur besar berwarna hitam yang terkurung dalam lingkaran cahaya.
Kedua sudut mata Yuan Chen melebar, menatap benda hitam yang melayang di kejauhan.
"Apa itu?" ucapnya, penuh tanda tanya.
Yuan Chen pun berjalan dan terus berjalan untuk menghampiri benda hitam itu. Tetapi semakin lama ia berjalan, keberadaan itu seolah-olah terasa semakin menjauh, bahkan kini Yuan Chen berlari dan terus berlari lebih cepat lagi, tetapi usahanya sia-sia, benda itu seolah-olah berada di dalam batasan yang tak bisa ditempuh oleh Yuan Chen, hingga tubuhnya pun runtuh karena lemas, dan terbaring di atas permukaan air yang tenang.
Tiba-tiba, ia pun kembali ketempat sebelumnya, di sebuah jalan anak tangga, satu jalan yang menghubungkan Akademi Tujuh Warna dengan Desa Embun Pagi, tempat Yuan Chen tinggal.
Keberadaan Akademi Tujuh Warna tidaklah mudah untuk di tempuh, tempatnya yang berada di atas pegunungan Nirwana, dan satu-satunya jalan yang aman hanyalah mendaki seribu anak tangga yang terbuat dari lapisan batu bata. Selain jalan itu, semuanya dinyatakan berbahaya bagi mereka orang-orang biasa.
Pegunungan Nirwana terkenal angker dan dihuni oleh binatang-binatang aneh. Bagi manusia biasa, binatang itu merupakan ancaman bagi keselamatan mereka. Tetapi bagi seorang praktisi, binatang-binatang itu dapat membantu kemajuan kultivasi mereka, di saat mereka mendapatkan inti binatang ketika binatang itu mati.
'Apa yang sebenarnya terjadi? Tempat apa yang baru saja aku lihat itu? Apakah itu hanya halusinasiku saja?' gumam Yuan Chen, di dalam hatinya.
Namun, di saat keheningan dan kebingungan memenuhi isi kepala Yuan Chen, tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan yang menyerukan namanya.
"Yuan Chen!" suara yang lantang menggema di tengah hutan. Dan di kejauhan, nampak seorang anak laki-laki yang tengah berlari ke arahnya.
Dia adalah Ding Zhi— 18 tahun, seorang Murid biasa atau murid kelas pertama di Akademi Tujuh Warna, dia juga merupakan teman Yuan Chen yang berasal dari Desa Embun Pagi.
Ding Zhi adalah kebanggan Desa Embun Pagi. Selama tiga puluh tahun terakhir, hanya Ding Zhi lah yang bisa memasuki Akademi Tujuh Warna, dan memastikan dirinya menjadi seorang ahli bela diri. Walaupun bakatnya tidak terbilang tinggi, tetapi itu cukup bagus, bahkan di usianya yang telah mencapai usia delapan belas tahun, Ding Zhi telah berada pada tahap Penempaan tubuh, tingkatan ranah kedua dari tiga belas tingkatan ranah.
"Kak Ding." Yuan Chen melambaikan tangannya, segaris senyumannya masih menggantung. Namun, tiba-tiba kelompok Mu Ling datang lagi.
"Ha ha ha!" Mu Ling dan teman-temannya tertawa dengan sangat lantang, "Bocah Bau! Akhirnya aku menemukanmu!" sambung Mu Ling, tatapannya begitu tak enak terhadap Yuan Chen.
"Mu Ling! Apa yang ingin kau lakukan?" telunjuk Ding Zhi terangkat, menunjuk Mu Ling tanpa rasa takut.
Segera Mu Ling pun memalingkan pandangannya, mengarah kepada Ding Zhi.
"Hoo... Ding Zhi, kan?" ejek Mu Ling.
Yuan Chen pun segera berlari ke belakang Ding Zhi, ia pun berbicara, 'Kak Ding, kita pergi saja!' ajak Yuan Chen, berbicara di samping telinga Ding Zhi dengan nada yang rendah, hampir tak terdengar.