Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.
Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.
Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.
Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 ~ Fawn menangis
Fawn bangun dan memeluk Dana, jelas membuat Dana terkesiap kaget, jelas pelukan ini mirip sekali dengan adiknya.
Main peluk seperti ini, tapi dia bukan adiknya, bukan pula kekasihnya, ada apa ini? kenapa Fawn memeluk Dana?
"Fawn?" panggil Dana lembut namun penuh pertanyaan.
"Biarkan aku memelukmu Dana, aku ingin merasakan pelukan hangat seseorang," ucap Fawn seperti merindukan pelukan.
"Tapi aku takut ketahuan Fawn, aku takut di pecat," kilah Dana namun itu benar, takut tiba-tiba Frederick masuk dan melihat mereka seperti ini.
Jika tidak di pecat malah di nikahkan, keduanya benar-benar bahaya buat Dana, Dana hanya ingin menikahi gadis impiannya bukan Fawn.
"Biar aku jelaskan, aku menangis dan kamu menenengkan aku mudah bukan," ucap simple Fawn.
Padahal bagi Dana tidak sesimpel itu. Mungkin Fawn berharap lebih dari ini, tidak bagi Dana, kedekatan ini hanya untuk menjalankan misinya. Tidak lebih dari itu.
Ya Tuhan bagaimana ini?. Batin Dana mengeluh.
Fawn malah semakin mempererat pelukannya, sedikit cairan bening keluar dari pelupuk matanya membasahi pakaian yang dikenakan Dana.
Entah kenapa lama kelamaan ada rasa iba menghampiri hati Dana, hingga akhirnya Dana pun mengelus punggung Fawn dengan lembut.
"Apa yang sebenarnya terjadi? kenapa kamu seperti ini?" tanya Dana.
"Aku merindukan ibuku Dana, aku sekarang seperti hidup sendirian di bawah tekanan Ayahku, aku yang memiliki ilmu minim di tekan harus ini dan itu, aku hanya butuh sandaran Dana, maaf aku memelukmu seperti ini," ujar Fawn akhirnya jujur.
Dana tidak habis pikir, Apa yang sebenarnya terjadi dengan Fawn? kenapa Fawn seperti ini? seperti sangat merindukan sosok Ibunya?. Apa yang selama ini telah di lakukan Fernando?
Bukannya Fernando menginginkan harta? namun kenapa Fawn seperti kekurangan kasih sayang? bukannya dia anak kandungnya?
Begitu banyak pertanyaan yang hadir dalam diri Dana, namun sekarang itu hanya sekedar pertanyaan hanya ada rasa empati dari Dana.
Seakan Dana melupakan Sylvia kini tangannya memeluk erat Fawn. terlihat seperti sepasang kekasih yang lama tak bertemu.
Fawn semakin terisak, begitu menyesakkan dada, namun Dana begitu nyaman dan menenangkan.
Dana tidak pernah tega melihat bagaimana seorang wanita menangis seperti ini, pertahanannya selalu runtuh jika melihat wanita seperti ini.
Maka tangan Dana akan selalu terulur untuk meredakan hati wanita yang bersedih, apalagi ini pertama kali bagi Dana melihat wanita menangis dalam pelukannya tanpa penjelasan sebelumnya.
Saat mereka asik berpelukan tak lama ada yang memasuki ruangan Fawn.
"Fawn ...," teriak pria itu menyelenong begitu saja memasuki ruangan tersebut.
"Apa yang kalian lakukan? ini di kantor bagaimana kalau bukan saya yang memasuki ruangan ini?" cecar Aldo dengan menatap kaget ke arah Fawn juga Dana.
Dana dan Fawn langsung melepaskan pelukan mereka. Dana bingung dan kaget sekaligus.
"Maaf Ka, aku hanya –," jelasnya terpotong ucapan Aldo.
"Terserah apa yang kalian lakukan, tapi kamu tahu apa yang akan di lakukan jika Ayah kita yang melihat ini?" tanya Aldo sedikit emosi.
"Maaf ...," ucap Fawn tertunduk. dan Dana hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Ayah kita bisa menghukum Dana atau mengeluarkannya begitu saja, mending jika kalian di nikahkan, kalau di keluarkan bagaimana? apa kamu sanggup bekerja tanpanya?" cecar Aldo yang paham bagaimana kinerja adiknya itu.
Kembali Fawn hanya mengatakan maaf, dengan mata yang sembab dan masih terisak.
"Jelaskan kepada saya ada apa denganmu Fawn? apa yang membuatmu menangis?" tanya Aldo melembut, karena Aldo melihat ada kesedihan dalam diri adiknya.
Dan kini adiknya berdiri dan berlari memeluk sang Kaka. Membuat Aldo terkesiap dan menatap Dana.
Membuat Dana mengangkat bahunya tanda tidak mengerti.
Meski bukan adik kandung namun sebenarnya rasa sayang Aldo kepada Fawn begitu besar, hingga akhirnya Aldo pun memeluk erat adiknya yang terisak di pelukan dirinya.
Pertanyaan demi pertanyaan menghampiri benak Aldo persis seperti yang di tanyakan dalam benak Dana.
Kenapa Fawn sampai bersedih seperti ini? bukannya dia begitu di sayangi Fernando melebihi diriku? tapi kenapa tangisan ini seperti dia merasa tertekan ada perasaan yang tidak bahagia dalam diri Fawn. Begitulah feeling Aldo saat memeluk adiknya dengan erat.
Kembali Aldo dan Dana saling tatap, saling bertanya dalam tatapan mereka, ada rasa heran dan penuh pertanyaan. Membuat mereka seketika bingung.
Namun bertanya pun saat ini sepertinya percuma karena hanya akan membuat adiknya semakin bersedih.
Dana berinisiatif memberikan segelas air kepada Aldo untuk di berikan kepada Fawn. Aldo menerimanya dan memberikan kepada Fawn.
Fawn meneguknya bagai seseorang yang merasakan kehausan.
Setelah di rasa tenang Aldo mengelus rambut Fawn, dan bertanya dengan lembut. "Mau bercerita denganku?" ucap lembuat Aldo.
Fawn melirik ke arah Aldo, begitu ia merindukan sosok kakanya yang lama tidak berkata dan bermain dengannya.
Ada perasaan rindu yang membucah dalam hati Fawn, kembali Fawn memeluk erat sang kaka, dan kembali menangis dalam pelukannya.
Membuat sang kaka mengerutkan keningnya, semakin tidak paham dalam kondisi ini, sebenarnya ada apa?
Tapi Aldo membiarkan Fawn menangis dan memeluk dirinya, seperti pada umumnya sang kaka yang memeluk adiknya penuh kasih sayang.
Itulah yang terjadi pada mereka, dan Dana tersenyum melihat itu, dan teringat kepada Naya sang adik yang selalu menyambutnya pulang, membuat Dana menjadi merindukan adiknya.
Ingin sekali Dana kembali pulang dan menyambut pelukan sang adik, di mana sang adik itu selalu membuatnya lupa akan segala permasalahan yang di alami dirinya.
Rasa lelah dan penat sedari dia kecil harus menanggung beban tinggi hilang seketika oleh pelukan sang adik dengan manjanya.
Tak terasa air mata Dana menetes di pipinya, membuat dia begitu terharu dan rindu yang membucah kepada Naya sang adik.
Tanpa di sadari Dana, Aldo menatapnya dengan heran. Serapuh dan sesensitif itukah perasaan Dana hingga pelukan dirinya dan Fawn membuatnya begitu terharu?
Aldo pun menggidigkan bahunya juga ekspresi yang merendahkan Dana. Pria ko gini amat, mirip cewek saja. Aku kira Dana tidak seperti ini?, padahal saat dulu dia melihat Dana bertarung dengan dirinya, ada sosok tangguh dalam diri Dana, tapi sekarang mirip cewek. itulah yang hadir dalam benak Aldo saat menatap Dana.
Jangan sampai deh, adik gue suka sama Dana, cukup kita kerjasama dalam meruntuhkan kepemimpinan Fernando. Batin Aldo yang merasa jijik kala melihat pria begitu melow.
Dana hanya mampu menundukkan wajahnya karena menahan rasa sedih teringat adiknya, sedang apa? apakah adiknya sehat?. Karena saat tengah malam dia baru bisa beristirahat dan jelas adiknya telah tertidur lelap.
Sehingga Dana begitu merindukannya, sulit bagi dirinya untuk menghubunginya, hanya karena ingin melindungi adik dan keluarga juga kekasihnya dari Fernando membuatnya kini harus jauh dari keluarganya.
Sedih jelas harus berjauhan dengan keluarga sendiri, dan semua itu semenjak dirinya memasuki perusahaan keluarganya.
Nasib-nasib beginilah menjadi penerus yang tersembunyi.
Bersambung ...