NovelToon NovelToon
Bayangan Di Balik Gerbang

Bayangan Di Balik Gerbang

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Mengubah Takdir / Akademi Sihir / Keluarga / Kontras Takdir
Popularitas:968
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Di dunia Eldoria, sihir adalah fondasi peradaban. Setiap penyihir dilahirkan dengan elemen—api, air, tanah, angin, cahaya, atau bayangan. Namun, sihir bayangan dianggap kutukan: kekuatan yang hanya membawa kehancuran.

Kael, seorang anak yatim piatu, tiba di Akademi Sihir Eldoria tanpa ingatan jelas tentang masa lalunya. Sejak awal, ia dicap berbeda. Bayangan selalu mengikuti langkahnya, dan bisikan aneh terus bergema di dalam kepalanya. Murid lain menghindarinya, bahkan beberapa guru curiga bahwa ia adalah pertanda bencana.

Satu-satunya yang percaya padanya hanyalah Lyra, gadis dengan sihir cahaya. Bersama-sama, mereka berusaha menyingkap misteri kekuatan Kael. Namun ketika Gong Eldur berdentum dari utara—suara kuno yang konon membuka gerbang antara dunia manusia dan dunia kegelapan—hidup Kael berubah selamanya.

Dikirim ke Pegunungan Drakthar bersama tiga rekannya, Kael menemukan bahwa dentuman itu membangkitkan Voidspawn, makhluk-makhluk kegelapan yang seharusnya telah lenyap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 – Api dan Bayangan

Suasana akademi berubah sejak kejadian di arena latihan. Bisikan tentang “bayangan hitam” menyebar cepat di antara murid-murid. Beberapa menatap Kael dengan rasa ingin tahu, sebagian lain dengan ketakutan, bahkan ada yang berbisik di belakangnya bahwa ia pembawa kutukan.

Kael mencoba mengabaikannya. Ia hanya berjalan cepat dari kelas ke kelas, menundukkan kepala. Tapi di dalam dirinya, suara itu semakin keras. Umbra tidak lagi sekadar bisikan samar, melainkan suara yang jelas, kadang terdengar seperti teman, kadang seperti penjara.

“Mengapa kau menahan diriku, Kael? Kau sudah melihat kekuatanku. Dengan sedikit keberanian, kau bisa menelan semua ejekan mereka.”

Kael menggenggam erat buku catatannya, mencoba menahan desakan itu. Ia tahu jika ia melepaskannya, ia bisa saja kehilangan kendali.

---

Hari itu, Akademi mengadakan latihan gabungan: simulasi pertempuran kelompok. Murid dibagi dalam tim kecil dan ditugaskan merebut bendera yang dijaga tim lawan di hutan pelatihan.

Kael, Lyra, dan dua murid lain—Soren dan Elira—ditempatkan dalam satu tim. Lawan mereka dipimpin langsung oleh Eryndor.

Sejak awal, Kael tahu ini tidak akan mudah. Eryndor tersenyum penuh tantangan saat namanya diumumkan. “Si pembawa bayangan akan jadi beban. Mudah bagi kami untuk menang.”

Lyra menatap Kael penuh keyakinan. “Jangan dengarkan dia. Kau bisa mengendalikan dirimu.”

Kael hanya mengangguk pelan.

---

Hutan pelatihan gelap dan penuh kabut buatan. Pohon-pohon menjulang seperti dinding raksasa, dan suara langkah tim lawan bergema samar dari kejauhan.

Soren, yang ahli sihir angin, memimpin sebagai pengintai. Elira menggunakan sihir tanah untuk membuat penghalang di sekitar mereka. Lyra menjaga Kael tetap dekat, seolah takut ia akan hilang begitu saja.

Namun tak butuh waktu lama hingga mereka disergap. Petir biru menghantam tanah di depan mereka—serangan khas Eryndor.

“Serahkan benderanya, atau kalian akan gosong!” teriaknya dari balik kabut.

Pertarungan pun pecah. Soren mengirimkan pusaran angin untuk memecah formasi musuh, sementara Elira menciptakan dinding batu. Lyra meluncurkan panah es yang menghujam dari balik pohon.

Kael mencoba menahan diri, hanya menggunakan sihir api sederhana untuk membantu. Namun lawan semakin menekan. Petir Eryndor menghantam penghalang Elira hingga retak.

“Tidak cukup kuat!” seru Elira panik.

Kael merasakan desakan dari dalam tubuhnya. Umbra berbisik, semakin keras. “Lepaskan aku. Biarkan aku menghabisi mereka. Kau hanya perlu berkata ya.”

Kael menggigit bibir. “Tidak… aku tidak bisa…”

Lalu Eryndor muncul dari balik kabut, tangannya menyala dengan kilatan listrik. Ia melompat tinggi, siap menghantamkan serangan terakhir. “Inilah akhir kalian!”

Tanpa sadar, Kael berteriak—dan bayangan meledak dari bawah kakinya. Gelombang hitam menyebar cepat, menelan tanah dan pepohonan. Tombak-tombak bayangan muncul, melesat ke segala arah.

Ledakan itu menghantam pasukan Eryndor. Beberapa terhempas jauh, sementara Eryndor sendiri terjebak dalam pusaran bayangan, matanya terbelalak oleh teror.

“Kael! Cukup!” suara Lyra terdengar panik, tapi Kael sudah sulit mengendalikan dirinya.

Bayangan itu hampir menusuk dada Eryndor—sampai Kael berhasil menghentikannya di detik terakhir. Napasnya tersengal, keringat dingin menetes di wajahnya.

Arena hutan hening seketika. Murid-murid lain menatap dengan campuran takut dan kagum.

Eryndor jatuh tersungkur, wajahnya pucat. “Kau… kau monster…” bisiknya.

Kael terdiam, tubuhnya gemetar. Ia ingin menyangkal, ingin berkata bahwa ia bukan monster. Tapi tatapan semua orang berkata lain.

---

Latihan segera dihentikan. Master Selene sendiri turun tangan, menenangkan murid-murid yang ketakutan. Sementara itu, Kael dibawa terpisah ke ruang guru.

Master Orlan menatapnya dengan sorot mata berat. “Kael… aku sudah menduga kekuatanmu akan muncul. Tapi aku tidak menyangka secepat ini.”

Kael menunduk. “Aku tidak bermaksud… aku hanya ingin bertahan. Jika aku tidak melepaskannya, timku akan kalah.”

“Dan kau hampir membunuh murid lain.” Suara Master Selene dingin. “Umbra bukan sekadar kekuatan. Ia adalah kutukan yang bisa melahap jiwamu dan dunia ini. Kau harus belajar mengendalikannya… atau kau akan dieliminasi dari akademi.”

Kael merasa dadanya sesak. Dieliminasi berarti bukan hanya kehilangan tempat di akademi, tapi juga kehilangan satu-satunya kesempatan untuk memahami siapa dirinya.

Orlan meletakkan tangan di bahunya. “Aku percaya padamu, Kael. Tapi jalanmu akan lebih berat dari siapapun. Pertanyaannya: apakah kau sanggup menanggungnya?”

Kael menatap ke bawah. Dalam bayangannya, sosok gelap itu kembali muncul, tersenyum samar.

“Sanggup atau tidak… kau tidak punya pilihan. Aku sudah menjadi bagian darimu.”

---

Malam itu, untuk pertama kalinya Kael berdiri di balkon akademi, menatap jauh ke arah luar tembok. Dari kejauhan, samar-samar ia bisa melihat cahaya kota Eldoria, dan di baliknya gunung-gunung yang menjulang. Dunia luas menantinya, tapi juga ancaman yang lebih besar.

Ia menggenggam buku Umbra di dadanya. “Jika ini jalanku… maka aku harus menemukan kebenaran. Entah harus melawan, atau menerima bayangan ini sepenuhnya.”

Di kejauhan, seolah menjawab tekadnya, suara gong misterius terdengar dari arah utara—dari balik hutan dan pegunungan. Bunyi itu menggema, pertanda bahwa sesuatu di luar akademi mulai bergerak.

---

1
Anonymous
😍
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa supportnya
total 1 replies
Anonymous
lanjut thor
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa support
total 1 replies
Anonymous
lanjut
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa supportnya
total 1 replies
Ardi
bagus
Sang_Imajinasi: terimakasih jangan lupa supportnya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!