Jennaira (The Real Princess)

Ares yang didera penasaran, tiba-tiba memberanikan diri bertanya pada Jenna.

"Apa kamu mengikuti kelas memasak?"

"Enggak," jawab Jenna yang sejenak menghentikan suapan ke mulutnya. Ia menatap dan bersikap santai ke arah Ares. "Memangnya kenapa? Apa masakanku enggak enak ya, Kak?"

"Kurang garam sedikit," jawab Ares berkilah secara spontan.

Jenna tersenyum tipis mendengar jawaban Ares. Sepersekian detik Lusi mendadak bingung sambil menatap sisa makanan di piringnya yang tinggal beberapa sendok saja.

"Perasaan udah pas. Kenapa Tuan Ares bilang kurang garam?" batin Lusi.

Faktanya, makanan buatan Jenna sudah pas dari segi rasa. Tidak asin dan tidak terlalu manis juga. Namun, Ares sengaja berkilah agar Sovia tak terlalu besar kepala jika mendapat pujian darinya.

"Bilang enak saja kok susah banget. Gengsi oh gengsi," batin Jenna.

"Kenapa tiba-tiba masak menu ini?" tanya Ares sedikit menjeda ucapannya. Ia dilanda penasaran. "Apa ini termasuk makanan favoritmu?" sambungnya.

"Iya, Kak. Aku suka banget sama telur dan ikan. Jadinya aku sering membuat dua makanan ini terutama kalau ingat mommy,"

Jenna pun sengaja menyampaikan bahwa dahulu dirinya sering bermimpi didatangi Mommy Jenny yang membawakan bekal makanan untuknya sekolah. Makanan di kotak bekal itu persis seperti menu yang tersaji di meja makan saat ini.

Alhasil Jenna pun belajar memasak menu tersebut sesuai mimpinya. Tak mungkin ia berkata jujur pada Ares jika punya catatan pribadi ibunya. Belum saatnya ia bongkar pada Ares semua rahasia keluarga mereka.

"Kenapa ingatan Sovia tadi sama seperti kenangan manisku bersama Tante Jenny?" batin Ares.

Tak dapat dipungkiri hati Ares semakin rindu dengan Jenny. Perlahan tapi pasti, hatinya mulai menerima Sovia dengan versi yang saat ini.

Selepas makan siang, Ares meninggalkan ruang makan dan hendak menuju ke kamarnya. Sebelum naik lift, ia memanggil Jenna yang sedang membawa piring kotor ke arah dapur bersama Lusi.

Jenna sengaja melarang pelayan lain untuk mengganggu acara makan siangnya. Alhasil semua pelayan selain Lusi, berada di paviliun belakang.

"Sovia," panggil Ares.

"Ya, Kak?" sahut Jenna menoleh ke arah Ares.

"Terima kasih makan siangnya," ucap Ares.

Walaupun Ares memasang wajah datar, Jenna tau jika sang kakak tulus padanya.

"Sama-sama. Kalau kakak ingin ku buatkan makanan yang sama atau yang lain, bilang saja. Nanti pasti aku buatkan. Semoga sesuai selera kakak," ucap Jenna seraya memberikan senyum manisnya pada Ares.

Sungguh Jenna bahagia sekali hari ini bisa makan bersama dengan Ares. Terlebih menu yang tersaji berasal dari resep rahasia sang ibu. Berharap hubungannya dengan Ares semakin dekat dan membaik ke depannya.

"Semoga tak ada udang di balik batu," cibir Ares yang entah mengapa suka sekali memantik sisi emosi Jenna.

Bagi Ares, itu sesuatu yang menyenangkan dan lucu kala melihat tingkah sang adik perempuan versi sekarang.

"Gak enak makan batu. Kalau kakak mau makan batu, noh di halaman banyak." Balas Jenna. "Lebih enak udang di balik bakwan. Mamamia lezatos kriuk-kriuk," imbuhnya dengan mimik wajah meledek Ares seraya langkah kakinya berlalu masuk ke area dapur. Jenna pun meninggalkan Ares yang terpaku.

☘️☘️

Malam hari tiba.

Di negara lain tepatnya di sebuah hotel bintang lima, Daddy Aston, Della dan Oma Ruby sedang berada di sebuah pesta bangsawan.

Seorang pria seumuran Daddy Aston sedang berjalan menuju meja keluarga Bakari. Ada dua pria kekar berada di sisi kanan dan kirinya.

"Halo, Tuan Aston. Apa kabar?"

"Halo juga Tuan Smith," sapa Aston. "Kabar saya baik. Silahkan duduk," sambungnya.

Tuan Smith pun duduk di samping Daddy Aston. Della dan Oma Ruby menyapa baik Tuan Smith.

Mereka semua saling menyapa sebelum akhirnya Daddy Aston dan Tuan Smith sibuk berbincang membahas urusan bisnis dan acara para bangsawan.

Oma Ruby berbisik sesuatu pada Della. Lalu, tak lama Della pun menyampaikan pada sang suami jika mereka berniat akan kembali ke kamar terlebih dahulu.

"Mama sepertinya letih dan mengantuk. Aku juga ingin istirahat. Kami kembali ke kamar dulu ya, Mas?" pamit Della berbisik lirih pada Daddy Aston.

Izin sudah didapatkan maka Oma Ruby dan Della segera beranjak dari ruang pesta. Sebelum pergi mereka berdua tak lupa berpamitan pada Tuan Smith.

Kini di meja VIP tersebut hanya ada dua pria kaya raya dan berdarah bangsawan ternama yakni Daddy Aston dan Tuan Smith.

Tuan Smith Johnson adalah salah satu deretan pengusaha kaya raya di Negara X. Keluarga Bakari dan Johnson hampir setara perihal kekayaan serta kekuasaan bangsawan.

Keluarga mereka sudah saling mengenal. Terutama mendiang Opa George adalah sahabat dekat dari mendiang Opa Steven.

Smith Johnson adalah putra tunggal dari Opa Steven. Istrinya telah meninggal dunia beberapa tahun silam karena sakit. Hingga detik ini Tuan Smith memilih tak menikah lagi. Apalagi sang putra tak akan pernah merestui jika sampai ayahnya itu menikah lagi.

"Saya dengar-dengar perusahaan utama keluarga Bakari akan dipegang oleh putrimu-Sovia. Apa itu benar?" tanya Tuan Smith.

bersambung...

🍁🍁🍁