RINJANI (Cinta sejati yang menemukannya)
jani seorang gadis yang terlahir dari keluarga yang berantakan, dirinya berubah menjadi sosok pendiam. berbanding terbalik dari sikap aslinya yang ceria dan penuh tawa.
hingga jani bertemu dengan seorang pria yang merubah hidupnya, jani di perkenalkan dengan dunia yang sama sekali belum pernah jani ketahui,jani juga menjalin sebuah hubungan yang sangat toxic dengan pria itu.
Dapatkah Jani terlepas dari hubungan toxic yang dia jalani? atau Jani akan selamanya terjebak dalam hubungan toxic nya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AUTHORSESAD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BELAJAR MENAFKAHI
Dalam pelukan hangat Erlan, Rinjani semakin dalam menenggelamkan wajahnya, rasanya dia ingin menangis saat di peluk hangat seperti ini.
Tangan Erlan terus memberikan usapan kecil dan lembut pada punggung Jani. Sesekali Erlan akan memberikan kecupan lembut pada puncak kepala Jani.
"Masih mau peluk kayak gini?" Erlan sedikit menunduk melihat Jani yang masih menenggelamkan wajahnya di dada bidangnya.
Rinjani sedikit mendongak hingga tatapan mereka saling bertemu.
"Aku masih kangen" Jani menatap Erlan dengan tatapan manis dan suara yang manja.
"Ya udah, peluk sepuasnya deh" Erlan mengusap lembut pipi Rinjani. "Mau tetap di sini, apa pindah kamar?"
"Sini aja" Rinjani mengeratkan pelukannya pada Erlan "Kalau pindah nanti rasanya udah beda lagi" Imbuh Rinjani dengan kembali menenggelamkan wajahnya.
Erlan tersenyum dan ikut mempererat pelukannya. Hingga nampak Damar yang membawa sebotol minuman dingin dengan satu toples biskuit.
Melihat Damar, sorot mata Erlan langsung berubah, dari yang tadinya hangat dan lembut kini berubah tajam dan menusuk. Meski masih terlihat tenang, namun..... siapa sangka jika sebenarnya Erlan cemburu pada Damar yang datang bersama Rinjani.
Bisa di katakan jika Erlan adalah cowok posesif, namun Erlan belum menunjukkannya saja pada Rinjani, Erlan takut Jani akan tidak nyaman dan meninggalkan dirinya.
"Lo di sini?" Damar meletakkan botol minuman dingin dan toples biskuitnya di atas meja.
Erlan semakin menatap Damar tajam "Kenapa? Lo berharap kalau gue nggak ada di sini?!" Jawab Erlan datar dan dingin.
Damar tersenyum, dan duduk di depan Erlan yang semakin memeluk Rinjani erat, seakan-akan Erlan sedang menunjukkan pada Damar jika dirinya adalah pemilik sesungguhnya Rinjani.
Sedangkan Damar, bukannya dia tidak tau kalau Erlan sedang cemburu, sebagai sahabat dan orang yang dekat dengan Erlan tentu Damar sangat tau bagaimanapun sikap Erlan. Dan.... Damar tau jika Erlan tulus dan serius dengan Rinjani.
"Gue kira lo nggak dateng, soalnya lo bilang pengen ketemu nyokap sama bokap lo" Damar mengambil sebatang rokok berwarna putih dari bungkusnya.
"Ngak jadi" Jawab Erlan singkat.
Rinjani hanya mendengarkan pembicaraan mereka, tanpa ingin melepaskan pelukannya. Peduli dengan Damar lagipula dia pasti juga nggak masalah.
Sedangkan Damar dia hanya Mengangguk-angguk kecil, dengan asap yang rokok yang dia buang dari mulutnya. Takut jika dirinya mengganggu Damar bangkit ingin turun ke bawah, apalagi melihat tatapan Erlan membuat Damar ingin tertawa saja.
Bagaimana tidak, jika seorang Erlan yang terkenal sangat cuek dan anti romantis tiba-tiba saja bisa sangat BUCIN dengan seorang gadis. Bahkan sikapnya yang biasanya dingin kini mendadak hangat. Meskipun hanya saat bersama dengan Rinjani.
"Gue mau ke minimarket, ada yang mau lo titip?" Damar berdiri dengan rokok terselip di jarinya.
"Nggak" Jawab Erlan singkat.
"Bukan lo, tapi Rinjani" Damar sengaja meledek Erlan.
Damar sangat senang melihat wajah kesal Erlan, dan kapan lagi bisa mengerjai Erlan kayak gini. Apalagi melihat wajahnya yang kesal berbalut kecemburuan.
"Gue..... "
"Udah, Jani nggak mau apa-apa" Belum selesai Rinjani ngomong sudah di sela oleh Erlan "Lagian kalau Jani butuh sesuatu dia bakal ngomong sama gue"
Damar tersenyum puas dan pergi tanpa ingin menjawab omongan dari Erlan. Bagi Damar sudah cukup membuat Erlan kesal hari ini, jangan sampai dia malah kena imbasnya dari mengerjai Erlan.
Setelah Damar pergi, Erlan melepaskan pelukannya pada Rinjani, Erlan mengambil rokok dan mulai menyalakan nya, Rinjani yang masih ingin berpelukan kembali ingin memeluk sang kekasih yang tiba-tiba saja melepaskan pelukan mereka.
"Kenapa?" Protes Jani pada Erlan.
"Kenapa? bukannya itu kata-kata kata-kata aku ya buat kamu?" Erlan sedikit menahan kalimat nya, dia sedikit cemburu dan ingin marah.
Tapi gengsi—
"Apa?" Rinjani bingung.
Rinjani sungguh tidak tau kalau saat ini Erlan sedang marah dan cemburu.
Erlan menarik nafasnya dalam dan membuang kasar, dia sungguh tidak ingin marah pada Jani. Erlan sedikit memiringkan duduknya, rokoknya dia letakan di asbak, Erlan menatap hangat dan dalam pada Rinjani yang duduk di hadapannya, tangannya menggenggam tangan Rinjani dan membawa nya ke pangkuan Erlan.
"Aku nggak suka kamu deket-deket sama cowok lain" Erlan menarik nafasnya sejenak.
"Aku.... Cemburu" Erlan menundukkan wajahnya.
Dia malu, karena mengakui cemburu pada Rinjani, bagi Erlan ini adalah hal pertama kali yang di sampaikan pada seorang gadis. Rinjani menatap Erlan yang sedang menunduk malu dengan senyuman senang.
"Kamu cemburu?" Rinjani sedikit mendekat pada Erlan dan melihat wajah Erlan dari bawah.
Erlan mengangguk dengan mengalihkan wajahnya dari Rinjani, sungguh pemandangan ini sangat lucu bagi Rinjani. Di mana seorang Erlan bisa begitu lucu dengan sikap salah tingkah dan malu-malu nya, bahkan telinganya sampai memerah.
"Dih..... pacar aku cemburu nih" Rinjani menggoda Erlan yang sedang malu brutal.
"Apa sih" Ucap Erlan dengan wajah semakin memerah.
"Cemburu.... " Rinjani semakin menggoda Erlan, bahkan kini Rinjani sampai menggelitik pinggang Erlan.
"Geli sayang" Erlan menggeliat karena geli.
Namun Rinjani tidak memperdulikan ucapan Erlan, hingga Erlan langsung mendorong tubuh Rinjani ke sofa, Erlan mengunci tubuh Rinjani dengan berada di atasnya.
Mata mereka saling bertemu, Rinjani gugup dengan apa yang terjadi dengan dirinya dan Erlan.
"J–jangan kayak gini" Cicit Rinjani lirih
"Kenapa?" Erlan menatap Rinjani dalam dengan suara yang mulai serak.
"A–ak... " Erlan langsung melumat bi** Rinjani saat ucapan Rinjani belum selesai.
Ciuman yang Erlan berikan begitu lembut dan penuh kasih, hingga membuat Rinjani ikut terbuai dalam setiap permainan yang Erlan ciptakan. Bahkan Rinjani mulai lupa jika saat ini mereka berada di Basecamp, dan bisa kapan saja ada orang yang naik ke lantai atas.
Dua insan yang sedang kasmaran itu, semakin intens mengakses isi di dalam mulut satu sama lain, bahkan kini tangan Rinjani sudah melingkar di leher Erlan, dan tangan Erlan sudah memeluk tubuh Rinjani.
Merasa sudah cukup menyalurkan rasa cinta dan rindunya, Erlan melepaskan ciuman nya pada Rinjani, nampak Rinjani yang masih terbuai dengan ciuman Erlan tadi, bahkan Rinjani juga masih menutup matanya dengan bibir yang sedikit terbuka.
"Kamu suka Yang?" Erlan mengusap bibir Rinjani dengan ibu jarinya.
Merasa malu karena dirinya yang sangat menikmati ciuman Erlan, Rinjani langsung mengalihkan pandangnya ke samping. Erlan yang tau jika Rinjani malu langsung tersenyum tipis dan mengecup kening Rinjani lembut.
Erlan membawa Rinjani agar duduk kembali, kini mereka sudah kembali berpelukan. Rinjani hanya diam didalam dekapan Erlan.
"Dengerin" Erlan mengusap rambut panjang Rinjani "Aku nggak suka kamu deket-deket cowok lain, karena aku pasti akan cemburu dan aku.... " Kalimat Erlan menggantung saat Rinjani menyela.
"Tapi itu kan Damar, sahabat kamu sendiri" Rinjani sedikit mendongak agar bisa melihat wajah Erlan.
"Kalau aku lagi ngomong jangan di potong, dengerin dulu sampai selesai" Ucap Erlan lembut, tangannya mencubit gemas hidung Rinjani.
"Maaf" Rinjani langsung tertunduk, Jani sadar sudah salah kerena menyela orang yang sedang berbicara.
"Kenapa kamu bisa dateng bareng Damar?"
"Tadi.... " Rinjani sedikit ragu, apakah dia harus jujur atau berbohong pada Erlan.
"Jujur nggak usah bohong" Suara Erlan seperti perintah yang tidak bisa di ganggu gugat.
Erlan yang memiliki kepekaan tingkat tinggi tentu tau sinyal dari Rinjani yang hendak berbohong padanya. Rinjani menelan salivanya sedikit gugup, tapi..... bagaimanapun dia berbobot pada Erlan, Erlan pasti akan tau juga.
"Tadi bensin aku habis di jalan, terus ada cowok yang nolongin isi bensin aku" Mata Rinjani sedikit mencuri lihat pada Erlan, dia takut Erlan akan semakin cemburu.
Namun.... Erlan hanya diam memperhatikan dan mendengarkan cerita Rinjani yang akhirnya bertemu dengan Ezra. Erlan menarik nafasnya dalam dan membuangnya kasar.
"Kamu kenalan sama cowok yang nolongin kamu?"
Rinjani mengangguk lemah, ada rasa takut yang merasuki Rinjani. Bagaimana tidak jika saat ini tatapan Erlan begitu tajam. Meski masih terlihat tenang dan hangat, namun Rinjani melihat sorotan tajam dari mata Erlan.
"Siapa?" Sura Erlan berubah datar.
"Nidal"
Erlan terdiam cukup lama, hingga hanya ada kesunyian yang meliputi mereka. Bahkan suara detak jarum jam begitu terdengar menakutkan di telinga Rinjani. Tau jika ada sinyal bahaya dari Erlan, Rinjani langsung mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Erlan.
"Maaf" Rinjani mendongak "Kalau kamu nggak suka aku deket cowok lain aku nggak bakal lakuin lagi"
Sedikit luluh, Erlan sedikit menundukkan wajahnya agar bisa melihat wajah gadisnya, Erlan mengusap pipi Rinjani lembut. Dia ingin marah tapi tidak bisa, ada rasa takut jika Rinjani akan pergi meninggalkan dirinya.
"Kalau ada apa-apa, kamu telepon aku"
"Aku nggak mau ngerepotin kamu" Ucap Rinjani manja.
"Mending aku di repotin kamu, dari pada aku lihat kamu sama cowok lain" Erlan mengusap lembut rambut Rinjani.
Rinjani diam, dia bukannya tidak mau menelpon Erlan tapi..... dia sering ke habisan kuota data, Rinjani juga sering ikut tethering Fita atau Gibran kalau ada di kampus.
"Nanti aku isi kuota data tiap bulannya" Erlan mengecup puncak kepala Jani.
Rinjani melepaskan pelukannya pada Erlan, dia menatap Erlan dengan mata yang menyipit.
"Nggak usah gitu natapnya, kamu itu pacar aku, dan bakal jadi istri aku" Erlan menarik lembut tangan Rinjani hingga kini mereka kembali berpelukan.
"Jadi.... anggap aja kalau aku lagi latihan buat nafkahin kamu"
Rinjani seperti di terbangi ribuan kupu-kupu, bahagia? tentu–mendengar ucapan Erlan yang bakal menjadikan Rinjani istrinya, itu adalah keinginan terbesar Rinjani. Bahkan saat ini Rinjani sudah senyum-senyum sendiri di dalam pelukan Erlan, saat mengingat ucapan Erlan soal di yang akan menjadi istrinya.