Cinta yang di awali kebencian Leon dengan seorang wanita yang bernama kirani, wanita yang berasal dari golongan orang yang tidak mampu. Sedangkan Leon yang berasal dari keluarga yang sangat kaya raya, akan kah kisah cinta berakhir bahagia… Jika penasaran baca kisah lengkapnya di novel ini ya…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Garis dua.
“Mbak tes pack tiga ya, yang beda merk.” Kirani berbisik ke apoteker, dia malu jika orang di sekitarnya mendengar dengan apa yang akan kirani beli.
“Sebentar ya mbak.” Apoteker tersebut menggambil tiga tes pack berbeda merk, denga segera apoteker tersebut menyerahkan ke kirani.
“Ini mb, total semuanya lima puluh lima ribu.”
“Ini mbak, kembaliannya ambil aja.”
Kirani segera pergi, dia mengendarai motor buyutnya menuju ke rumahnya. Angin berhembus dengan kencang, hawa dingin menusuk kulit tipis kirani.
“Sepertinya hari ini akan turun hujan.”
Melihat langit yang terlihat mendung, kirani merasa harus mempercepat laju motornya. Tapi sayang saat kirnai akan menambah kecepatannya, motor kirani tiba tiba mogok.
“Ya ampun, kenapa pake motor segala. Gimana ini, apa aku harus mendorongnya sampai rumah. Masih jauh juga ini, mana nggak bawa handphone lagi,”
Rani merasa kesal sendiri, dia merasa hari ini benar benar sangat apes. Tiba tiba hujan turun dengan tanpa permisi, rintik rintik hujan yang tadinya sedikit berangus semakin banyak.
Dengan sekuat tenaga kirani mendorong motor butut milik ayahnya itu ke sebuah bangunan yang terlihat kosong, hujan semakin deras dan beruntung di depan bangunan tersebut terdapat bangku yang kosong walau pun tampak berdebu.
Tak lama terlihat ada sebuah motor sport melaju ke arah di mana kirani berteduh, seorang pria yang menghentikan motornya tepat di samping kirani. Dia melepaskan jaketnya yang terlihat basah karena guyuran air hujan, kirani menetap pria tersebut yang sepertinya dia mengenalnya.
Saat pria tersebut melepaskan helmnya, betapa terkejutnya kirani. pria yang selama ini dia rindu berada di depannya, rasa sesak di dada kirani tiba tiba muncul. Air mata di pelupuk mata kirani tiba tiba keluar tanpa permisi, kirani berjalan perlahan mendekati pria tersebut.
“Leon.” Lirih kirani.
Leon yang tadinya tidak mempedulikan siapa orang yang berteduh bersamanya, terdiam tanpa berani menoleh ke belakang.
“Suara itu.” Batin Leon terkejut dengan suara wanita yang memanggilnya.
“Kemana saja kamu Leon, kenapa kamu pergi begitu saja.”
Kirani segera memeluk tubuh Leon dengan erat, hangatnya tubuh Leon dan wangi parfumnya seketika kirani rasakan.
Leon masih terdiam dan dan tanpa menjawab ucapan kirani, Leon mengepalkan kedua tangannya saat kirani dengan berani meraba dadanya dengan kedua tangannya.
“Leon aku rindu, kemana saja kamu selama ini.”
Kirani terisak menangis, dia tidak ingin Leon tiba tiba melepaskan tangannya begitu saja. Semakin erat pelukan yang rani lakukan, rasa rindu yang begitu kuat membuat kirani tidak ingin membiarkan Leon pergi begitu saja.
“Lepaskan…” ucap Leon berusaha melepaskan tangan kirani.
Kirani menggeleng cepat, dia semakin memeluk erat tubuh Leon. Leon yang tidak mampu melepaskan pelukan tangan kirani, hanya membiarkan begitu saja.
“Lepaskan kak kirani, jangan seperti ini.”
Mendengar Leon memanggilnya kak, membuat kirani segera melepaskan tangannya. Dia menatap Leon dengan tatapan penuh tanya, dia merasa tidak percaya dengan ucapan yang Leon katakan.
Leon berbalik dna menatap kirani, dia tersenyum smirk.
“Kenapa kak, terkejut… wajarkan jika aku memanggilmu seperti itu, sebentar lagi kamu akan menjadi kakak iparku.”
Leon menumpukan kedua tangannya di depan dada, dia masih menatap kirnai yang terlihat kebingungan.
Hujan pun terlihat sudah semakin mereda, dengan segera Leon menggambil jaketnya dan segera memakainya.
“Segera pulang, nanti tante bisa kawatir.”
Ucap leon sambil memakai helm dan menaiki motornya, kirani menggelengkan kepalanya cepat.
“Motorku mogok dan handphone ku ketinggalan di rumah.” Lirih kirani yang masih dapat Leon dengar.
“Ck… menyusahkan, aku akan menghubungi kak Thomas untuk menjemputmu.”
“Jangan…” kirani menghentikan Leon yang sudah menggambil handphonenya.
“Aku… pinjam handphone mu boleh…”
Tanpa berfikir panjang Leon menyerahkan handphonenya, tampak wajah Cindy dan Leon terlihat di depan layar handphone milik Leon.
rasa sedih dan kecewa terlihat di wajah kirani, tapi dia tidak ingin memikirkannya lagi. Segera dia menekan nomor telp kiano, sambungan pun terhubung dan terdengar kiano menjawab panggilan kirani.
“Halo… ini siapa…?”
“Kiano, ini kakak. Bisa jemput Kakak di dekat toko Koi emas, motor kakak mogok dan tidak bisa nyala lagi.”
“Baik kak, tunggu aku datang. Aku segera ke sana.”
Terdengar bunyi telpon terputus, sepertinya kiano segera mendatangi kirani.
“Terima kasih.”
kirani menyerahkan handphone milik Leon, dengan segera Leon menggambil handphonenya.
“Aku pergi dulu.” Ucap Leon setelah memasukkan handphonenya ke saku jaket, Leon menghidupkan motornya dan segera pergi meninggalkan kirani yang sendirian.
Kirani terdiam tanpa mau melihat kepergian Leon, dia kembali duduk di bangku menunggu kiano datang.
Tanpa kirani ketahui jika Leon berhenti di dekat pohon besar, dia mengawasi kirani dari kejauhan. Dia ingin memastikan keadaan kirani aman setelah dia tinggalkan, tapi seketika Leon terperanjat melihat kirani yang tiba tiba memegang perutnya dan muntah muntah di samping bangunan tersebut.
Rasanya Leon ingin menghampirinya dan menolong kirani, tapi Leon mengurungkan niatnya. Dia tidak ingin kirani mengetahui keberadaannya yang dari tadi masih mengawasinya, Leon masih setia menatap gerak terik kirani.
Satu jam pun berlalu, akhirnya kiano datang dengan mengendarai motor maticnya. Leon yang melihat kedatangan kiano segera pergi meninggalkan kirani, dia merasa sangat lega melihat kirani bersama kiano.
“Kata ibu kakak sakit, kenapa Kakak tidak menyuruhku saja.”
“Aku tidak apa apa Ki, kamu jangan kawatir. Kakak baik baik saja.”
Kiano berdecak kesal, dia mantap kirani dengan seksama. Melihat kantong plastik warna hitam yang kirani pegang, dia penasaran sampai menautkan ke dua alisanya.
“Kakak keluar sampai kehujanan seperti ini hanya kembali itu.”
Kirani menatap ke arah kantong plastik di tangannya, tawa pecah kirani terlihat dan dapat kiano dengar,
“Hahaha… iya, sudahlah ayo kita pulang.” Ajak kirani menaiki motor matic kiano.
“Lalu dia bagaimana…?”
“Sementara kita letakkan di situ dulu, tidak ada orang yang mau menggambil motor itu juga.”
“Beneran nih, nanti kakak nangis lagi.”
Kirani menepuk punggung kiano, dia kesal jika kiano sudah menggodanya seperti ini.
“Ayo jalan.”
Kiano segera menghidupkan motornya, mereka segera pergi dari tempat tersebut. Setelah mereka jauh pergi terlihat dua motor berhenti di depan bangunan tersebut, mereka turun dan mendekati motor milik kirani.
“Yang ini motornya mas.”
“Iya, tolong perbaiki sampai bisa jalan lancar lagi. Aku serahkan ke kalian, aku percaya kalian bisa memperbaikinya.”
Pria tersebut segera naik motor sportnya dan segera pergi meninggalkan kedua peria tersebut membawa motor milik kirani, mereka segera pergi sebelum hujan kembali turun.
Kirani dan kiano sudah sampai di depan rumah, terlihat rumah ria sudah terang dna lampu lampu yang menyala. Cuaca hujan hari ini membuat semua wilayah tersebut sedikit gelap karena mendung yang menyelimuti, dan matahari enggan muncul di atas langit.
Kirani segera masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan kiano masuk kedalam kamar.
Di dalam kamar mandi kirani menampung air seninya, dia mengeluarkan satu tas pack yang terlihat berbungkus plastik tebal. Kirani segera membukanya dan mencelupkan tas pack tersebut di atas air seninya.
Garis satu muncul dengan sangat jelas, dan satu garis terlihat samar. Detak jantung kirani berpacu dengan sangat cepat, meliaht kenyataan di depannya.
Dia merasa tidak percaya dan segera membuak seluruh tas pack yang masih terbungkus rapi, dia segera mencelupkan kedua tas pack yang berbeda merk tersebut.
Hasil yang keluar tetap sama saja, dua gadis merah yang muncul lebih jelas sepeti yang pertama. Kirani menaggis tersedu, dia bingung dengan apa yang akan dia lakukan setelah ini.