Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19 Mulai Bertindak.
"Kenapa kamu harus mempertanyakan hal itu kepada saya?" tanya Askara
"Saya ingin mendapat jawaban apa semua ini pantas saya terima?" tanya Serra.
"Lalu bagaimana jika saya mengatakan ini tidak pantas kamu terima?" tanya Askara lagi.
"Lalu apa saya harus mengambil kembali hak saya dan membalas semuanya?" tanya Serra.
"Saya ingin melihat sejauh mana kamu melakukan hal itu," jawab Askara yang membuat Serra diam dengan kesulitan menelan ludah.
Keduanya saling melihat satu sama lain dengan mata saling bertemu dengan tatapan yang hanya mereka saja saling mengerti.
Setelah menjalankan operasi yang akhirnya Widya sudah dipindahkan ke ruang perawatan dan seperti apa yang dikatakan Askara sebelumnya kepada suster jika Askara menginginkan ruangan yang paling memiliki fasilitas terlengkap.
"Kondisi Ibu Anda semakin membaik dan kemungkinan besok pagi beliau akan siuman menurut obat bius yang masih bereaksi di dalam tubuh beliau," ucap Dokter beri keterangan kepada Serra yang berdiri di depan pintu ruangan Widya.
"Saya ucapkan terima kasih Dokter! Tolong berikan yang terbaik untuk Mama saya," ucap Serra.
"Kami akan akan melakukan yang terbaik untuk pasien rumah sakit ini dan kembali lagi sembuh tidak sembuhnya pasien hanya Tuhan yang menentukan dan kami hanya menjalankan kewajiban saja," ucap Dokter.
"Iya Dokter," sahut Serra.
"Baiklah Bu Serra kalau begitu saya permisi dulu!" ucap Dokter yang membuat Serra menganggukkan kepala yang membiarkan Dokter tersebut pergi.
Serra menghela nafas dan melangkah menghampiri ibunya yang juga di sana ada kedua adiknya.
"Kak, kenapa Mama belum sadar juga?" tanya Rara.
"Mama hanya menghabiskan obat bius saja, besok Mama pasti sudah siuman kembali," jawab Serra.
"Syukurlah kalau begitu! Rara sangat takut terjadi sesuatu pada Mama," ucap Rara.
"Kita berdoa saja yang terbaik untuk kesehatan Mama. Kakak yakin Dokter di rumah sakit ini juga akan memberikan fasilitas yang terbaik," ucap Serra yang membuat Rara menganggukkan kepala.
Serra melihat ke arah adik laki-lakinya yang sepertinya Serra ingin bicara dengan adiknya itu dan Roni seperti memiliki kesalahan yang tidak berani melihat Serra.
"Kamu jangan bekerja lagi," hanya kata itu yang diucapkan Serra.
"Jika tidak bekerja maka biaya sekolah Roni dengan apa, Kak. Roni melunasi uang SPP dan belum lagi kebutuhan yang lain," ucap Roni dengan gugup.
"Kakak akan mengembalikan kondisi ekonomi kita agar kamu dan Rara tidak tertunggak masalah pendidikan dan begitu juga masalah makan di rumah. Kakak akan berusaha untuk memaksimalkan sedemikian rupa," ucap Serra.
"Mama kemarin cerita, bahwa sebenarnya Kakak tidak mengetahui tentang pemasukan yang tidak diberikan keluarga suami Kakak. Kalau begitu dari mana Kakak akan mendapatkan uang dan sementara Kakak tidak bekerja? Apa Kakak akan bekerja kembali?" tanya Rara.
Serra terdiam sejenak memikirkan pertanyaan itu dan memang apa yang harus dia lakukan. Dia menyuruh adiknya untuk tidak bekerja dan sementara mereka semua membutuhkan uang untuk hidup.
"Jika memang harus bekerja kembali agar mendapatkan uang untuk kalian. Kakak akan melakukan hal itu," jawab Serra.
"Bukankah semenjak Kakak menikah sudah tidak diperbolehkan lagi untuk kerja dan apa Kakak akan boleh bekerja?" tanya Roni.
"Untuk apa aku harus mendengarkan larangan mereka, jika mereka saja tidak bisa memberikan apa yang aku inginkan dan bahkan hanya menginginkan kebutuhan untuk adik-adikku saja. Menuruti permintaan mereka juga tidak akan membuat adik-adikku makan," batin Serra yang sepertinya sudah bulat akan tekadnya.
Melihat keluarganya menderita tidak bisa membuat Serra hanya tetap diam saja dan apalagi menuruti keluarga yang tidak bisa memberikan apapun kepadanya. Semakin dia ditindas dan manfaatkan semakin tidak akan ada yang peduli kepadanya.
******
Jika sudah pagi hari yang pasti semua orang di rumah mewah itu sudah keluar dari kamar yang terlihat rapi-rapi untuk menjalankan aktivitas masing-masing. Langkah mereka juga berjalan menuju meja makan yang seperti biasa akan melakukan sarapan terlebih dahulu sebelum keluar dari rumah.
"What!" Netty yang terlebih dahulu sampai di meja makan dan melihat meja makan itu kosong tanpa ada apapun dan hanya ada itu di tengah.
"Apa-apaan ini!" ucapnya heran.
"Aku hampir telat, Kak Serra mau dibuatkan bekal sekalian!" Andre yang berteriak menuruni anak tangga menuju meja makan.
Andre yang terdiam melihat meja makan kosong dan apalagi melihat kakaknya yang tampak bengong.
"Sarapan belum selesai?" tanya Andre. Netty mengangkat kedua bahunya.
"Kak Serra!" panggil Andre yang tidak melihat siapapun di dapur.
"Ada apa ini? pagi-pagi seperti ini sudah ribut-ribut," sahut Niken akhirnya sampai juga di meja makan bersama dengan Bram.
"Mama lihat saja sendiri!" jawab Netty membuat Niken melihat meja makan yang cukup kaget melihat meja itu sangat polos.
"Apa-apaan ini. Apa Serra belum bangun?" tanya Niken.
"Mana aku tahu?" jawab Netty.
"Aiss, aku sudah hampir terlambat dan bagaimana dengan bekalku aku hari ini ada olahraga," protes Andre dengan wajahnya yang tampak kesal.
"Apa-apaan sih Serra," sahut Niken.
"Serra!"
"Serra!"
Niken beberapa kali memanggil menantunya itu dan tidak ada hutan sama sekali dan bahkan Serra juga tidak muncul.
"Tuh...." arah mata Netty melihat ke arah pintu yang barulah Serra baru terlihat.
"Kamu dari mana?" tanya Niken yang berdiri di hadapan Serra ketika menantunya itu sudah sampai di meja makan.
Serra melihat semua orang tampak tegang di tempat itu yang pasti Sera sudah tahu apa yang membuat mereka terlihat seperti itu karena memang tidak ada sarapan di meja makan.
"Serra kamu tidak punya mulut untuk menjawab hah! Apa yang kamu lakukan dari pagi dan sampai saat ini belum ada sarapan sama sekali. Kamu tidak tahu orang-orang di rumah ini harus beraktivitas dan kamu entah dari mana," ucap Niken melampiaskan semua amarahnya kepada Serra dan sementara Serra hanya diam saja.
"Kakak sengaja pagi-pagi seperti ini membuat gebrakan hah! Aku harus ke kampus dan tidak ada sarapan sama sekali," sahut Netty dengan kesal.
"Tauh nih. Aku juga ada kegiatan hari ini," sahut Andre.
"Sudah-sudah. Kalian ini jangan hanya menyalahkan Serra saja. Sebaiknya tanya dulu Serra dari mana," ucap Bram yang mencoba menenangkan.
"Bukankah sudah di tanya dan lihatlah sejak tadi dia hanya diam saja," sahut Niken semakin kesal.
"Ada apa ini? Pagi-pagi kalian suka sekali membuat keributan," tiba-tiba Kakek datang bersama dengan Askara.
Pandangan mata Askara melihat langsung kearah Serra yang wajahnya tampak kucel dan sepertinya lelah yang pasti seharian di rumah sakit.
"Bagaimana tidak ribut Kakek. Kak Serra entah dari mana, jam segini baru pulang, mentang-mentang suaminya ke Luar Kota dan dia seenaknya keluyuran," sahut Netty.
"Serra kamu habis dari mana dan kenapa baru pulang?" tanya Kakek.
"Saya baru saja dari rumah sakit. Mama baru selesai di operasi dan keributan di pagi ini bukan karena mempermasalahkan hal itu, tetapi karena saya tidak menyiapkan sarapan seperti biasa," ucap Serra yang cukup berani memberikan pernyataan itu.
Niken jelas kaget, Serra seolah mengadu pada Kakek jika orang-orang di rumah itu marah, karena dia tidak membuat sarapan dan langsung menyerangnya. Askara tersenyum miring mendengarnya yang mungkin cukup kaget dengan jawaban Serra.
Bersambung......